Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen, Tapi Aliansi Ekonom Ingatkan 7 Desakan Darurat

Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen, Tapi Aliansi Ekonom Ingatkan 7 Desakan Darurat

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarsom menyebutkan pertumbuhan sepanjang Semester I-2025 mencapai 4,99 persen, terutama ditopang konsumsi domestik-ist-

JAKARTA, DISWAY.ID – Perekonomian Indonesia di kuartal II-2025 berhasil menunjukkan ketahanan solid dengan pertumbuhan 5,12 persen (y-o-y). Namun, di balik capaian itu, para ekonom mengingatkan bahwa situasi global masih penuh ketidakpastian dan menuntut langkah cepat pemerintah.

Aliansi Ekonom Indonesia baru saja merilis “Tujuh Desakan Darurat Ekonomi” pada Selasa (10/9/2025), yang berisi dorongan agar pemerintah segera mengambil kebijakan strategis demi menjaga stabilitas.

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarsom menyebutkan pertumbuhan sepanjang Semester I-2025 mencapai 4,99 persen, terutama ditopang konsumsi domestik.

BACA JUGA:Target Pertumbuhan 8 Persen, Menkop Ferry: Koperasi Jadi Pilar Ekonomi Rakyat

“Capaian tersebut memberi optimisme bagi arah kebijakan ke depan, sekaligus menegaskan resiliensi perekonomian nasional,” ujarnya di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Susiwijono juga menekankan pentingnya integrasi Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam kebijakan pemerintah dan praktik dunia usaha. Menurutnya, penerapan ESG akan menjadi fondasi untuk pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan.

Katadata ESG Index bahkan menilai sektor perkebunan, energi, dan pertambangan sebagai yang tertinggi dalam kepatuhan ESG, sekaligus menjadi andalan ekspor nasional.

Alarm Dini dari Ekonom

Meski pemerintah optimistis, ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, memberi catatan penting.

Ia menyoroti penurunan Indeks Keyakinan Konsumen ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA:Aturan Baru TKDN Resmi Berlaku: Sertifikasi Lebih Mudah, Investor Asing Dapat Bonus 25 Persen!

“Ketika harga beras dan kebutuhan pokok menanjak, rumah tangga menahan belanja. Mesin konsumsi, yang menyumbang porsi terbesar PDB, seperti kehilangan oktan,” jelas Achmad kepada Disway.

Ia juga menyoroti isu misalokasi anggaran, salah satu poin dalam tujuh desakan darurat. Menurutnya, tata kelola fiskal harus lebih tajam dan disiplin.

“Defisit 2–3 persen PDB bukan masalah jika dikelola dengan disiplin. Masalah muncul jika belanja melebar lebih cepat daripada penerimaan dan pembiayaan kian mahal,” tegasnya.

Tantangan ke Depan

  • Kinerja kuartal II positif (5,12% y-o-y), tapi konsumsi rumah tangga melemah.
  • Aliansi Ekonom Indonesia dorong 7 desakan darurat, termasuk perbaikan tata kelola fiskal.
  • ESG jadi sorotan, dengan sektor perkebunan dan energi mencatat nilai tertinggi.
  • Risiko global masih tinggi: harga pangan, ketidakpastian geopolitik, dan pembiayaan yang makin mahal.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads