Netanyahu Panik! Khawatir Isolasi Ekonomi Israel, Tuduh Negara Arab dan China Terlibat Propaganda

Netanyahu Panik! Khawatir Isolasi Ekonomi Israel, Tuduh Negara Arab dan China Terlibat Propaganda

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang menyampaikan pidato pada acara tahunan "Fourth of July" di Yerusalem pada 13 Agustus 2025.--Ronen Zvulun / POOL / AFP

BACA JUGA:Prabowo Naikkan Kuota Rumah Subsidi 350 Ribu Unit, KUR Perumahan Rp130 Triliun

Reaksi Negara Arab dan Internasional

Negara-negara Arab bereaksi dengan keras terhadap tuduhan Netanyahu. Qatar, melalui Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menyebut serangan di Doha sebagai "terorisme negara" dan menuntut Netanyahu diadili di Pengadilan Kriminal Internasional atas pelanggaran hukum internasional.

Arab Saudi, UEA, dan Oman menyatakan solidaritas dengan Qatar, memperingatkan "konsekuensi serius" dari agresi Israel.

Uni Eropa mendukung langkah sanksi, dengan negara seperti Spanyol dan Irlandia yang telah menerapkan larangan impor barang dari permukiman Israel.

AS, di bawah Presiden Donald Trump, menyatakan kekhawatiran bahwa serangan di Qatar "tidak menguntungkan," tapi Trump menegaskan bahwa keputusan serangan adalah milik Netanyahu, bukan AS.

PBB dan organisasi hak asasi manusia mengecam pernyataan Netanyahu tentang "Greater Israel," yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan Arab dan potensi pembersihan etnis di Gaza.

Koalisi negara Arab dan Muslim mengutuk pernyataan itu sebagai "ancaman langsung terhadap keamanan nasional Arab."

BACA JUGA:Pramono Segera Revitalisasi 60 Pasar Kumuh di Jakarta

Dampak dan Implikasi

Isolasi ekonomi Israel berpotensi merusak industri pertahanan dan teknologi, yang bergantung pada ekspor. Netanyahu menekankan bahwa prioritas utama adalah menghilangkan "ancaman eksistensial" dari konflik, meskipun itu berarti mengorbankan isu ekonomi dan sosial.

Namun, analis memperingatkan bahwa tuduhan terhadap negara Arab dan China bisa memperburuk hubungan regional, terutama dengan negara-negara Teluk yang sebelumnya mendekati normalisasi melalui Abraham Accords.

Serangan di Qatar juga menjadi peringatan bagi sekutu AS di Teluk, yang mempertanyakan manfaat investasi triliunan dolar mereka di AS jika tidak melindungi dari agresi Israel.

Dengan perang Gaza yang berlangsung 22 bulan, tekanan ekonomi dan diplomatik terhadap Israel semakin meningkat.

Kekhawatiran Netanyahu atas pembatasan ekonomi Israel mencerminkan krisis yang lebih dalam yakni isolasi internasional akibat kebijakan militernya.

Tuduhannya terhadap negara-negara Arab dan China sebagai dalang propaganda justru memicu kemarahan lebih lanjut, memperburuk ketegangan regional.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads