bannerdiswayaward

Dari Tunggul Mati Jadi Ekspor, Kisah Menggeris di Tenggarong

Dari Tunggul Mati Jadi Ekspor, Kisah Menggeris di Tenggarong

Dari tunggul kayu di Kutai, lahir jam tangan dan aksesori eco-fashion bernilai ekspor karya Iendy Zelviean Adhari.-Salsabila/Nomorsatukaltim -

BALIKPAPAN, DISWAY.ID – Dari tunggul pohon mati di pedalaman Kutai Kartanegara, lahirlah karya berkelas yang menembus pasar modern.

Di tangan dingin Iendy Zelviean Adhari, limbah kayu terlupakan itu berubah menjadi jam tangan, kacamata, hingga aksesori bergaya urban bernama Menggeris — diambil dari nama kayu asalnya, Koompassia excelsa.

Uniknya, bahan baku Menggeris bukan dari pohon yang ditebang, melainkan dari banir dan tunggul tua yang tertinggal puluhan tahun di tanah.

BACA JUGA:Pantai Dusit Balikpapan, Tempat Nongkrong Murah Meriah dan Instagramable di Akhir Pekan

“Kami tidak menebang pohon. Pohon yang sudah mati, tunggulnya satu meter ke bawah, itu yang kami karyakan,” ujar Iendy di sela Mahakam Investment Forum 2025 di Balikpapan.

Dari satu tunggul, bisa lahir ribuan produk: jam tangan, kacamata, hingga tali jam untuk Apple Watch — semua dibuat dengan pendekatan ramah lingkungan dan nilai estetika tinggi.

Perjalanan Menggeris bermula dari riset akademik Iendy pada 2021 di tengah pandemi. Lulusan Universitas Mulawarman itu kini menempuh disertasi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Saya ingin menciptakan produk yang sustain. Bahan bakunya langka, tapi cara pengambilannya tidak merusak alam,” tuturnya.

Pada 2024, ia mewujudkan riset itu menjadi bisnis kreatif. Workshop berdiri di Samarinda, sementara gudang produksi di Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Semua bahan diambil dari sekitar agar menggerakkan ekonomi lokal.

BACA JUGA:Pemerintah Legalkan Sumur Minyak Rakyat, Bahlil: Negara Harus Berpihak pada Masyarakat

Menggeris bukan sekadar produk, tapi warisan budaya. Dalam tradisi masyarakat Kalimantan, pohon menggeris dianggap sakral dan menjadi rumah bagi beragam fauna. Karena itu, keberadaannya dijaga, bukan ditebang.

Dengan riset mendalam, Menggeris memadukan kayu lokal dengan mesin Seiko Jepang, menghasilkan jam tangan elegan berharga Rp500 ribu hingga Rp6 juta.

Produk lain seperti card holder dan kacamata kayu juga jadi favorit, terutama perempuan muda yang mencapai 80 persen pembeli.

“Desainnya lebih stylish, banyak disukai anak muda. Kadang yang laki-laki malah beli untuk hadiah,” ujarnya sambil tertawa.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads