bannerdiswayaward

Nestapa Timothy Anugerah, Psikiater Sebut Bullying Adalah Puncak Kegagalan Dukungan Kampus!

Nestapa Timothy Anugerah, Psikiater Sebut Bullying Adalah Puncak Kegagalan Dukungan Kampus!

Universitas Udayana menyampaikan duka cita atas meninggalnya Timothy.-ist-

JAKARTA - Kasus dugaan bunuh diri yang menimpa mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Timothy Anugerah Saputra, akibat perundungan (bullying) di lingkungan kampus telah memicu keprihatinan nasional.

Menanggapi tragedi ini, Psikiater Klinis dr. Indah Wulan, Sp.KJ, dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan bahwa kasus ini harus dilihat sebagai alarm merah atas krisis empati, khususnya di ruang digital, serta kegagalan sistem dukungan kesehatan mental di institusi pendidikan.

BACA JUGA:Israel Kembali Serang Gaza, Barisan Bantuan Tak Dapat Disalurkan

BACA JUGA:Link Live Score Hasil Denmark Open 2025 Hari Ini, Pantau Perjuangan Fajar/Fikri dan Jojo di Partai Final

Dr. Indah Wulan menjelaskan bahwa perundungan, baik secara langsung maupun melalui media sosial (siberbullying), memiliki dampak destruktif yang mendalam dan kumulatif, terutama pada individu yang sudah memiliki kerentanan psikologis.

"Perundungan bukanlah sekadar candaan atau gesekan biasa. Bagi korban, ini adalah trauma berkelanjutan yang mengikis harga diri, memicu rasa putus asa, dan membuat mereka merasa sendirian di tengah tekanan," ujar dr. Indah.

Ia menduga kuat bahwa keputusan tragis yang diambil Timothy adalah puncak dari akumulasi tekanan psikologis yang tak tertanggungkan. Media sosial sering memperburuk situasi karena perundungan menjadi viral dan abadi, membuat korban tidak punya tempat berlindung.

BACA JUGA:Mahfud Merasa Aneh Diminta KPK Lapor Soal Mark Up Whoosh: Mestinya Aparat Selidiki

BACA JUGA:Menko AHY Apresiasi Open House 24 Jam Kementerian Transmigrasi: Wujud Pemerintahan Terbuka dan Partisipatif

"Ketika  rasa malu, isolasi, dan hopelessness (keputusasaan) memuncak, pikiran untuk bunuh diri bisa muncul sebagai satu-satunya jalan keluar untuk mengakhiri rasa sakit yang tidak terlihat," tambahnya.

Kritik Terhadap Sistem Dukungan Kampus

Lebih lanjut, dr. Indah Wulan menyoroti perlunya introspeksi bagi seluruh institusi pendidikan tinggi. Ia mempertanyakan sejauh mana kampus telah menyediakan sistem dukungan kesehatan mental yang efektif dan mudah diakses:

 1. Aksesibilitas Layanan Psikologis: Apakah layanan konseling benar-benar terjangkau dan bebas stigma? Mahasiswa sering enggan mencari bantuan karena takut dihakimi atau dicap lemah.

 2. Edukasi Antar-Mahasiswa: Kampus harus aktif mengedukasi mahasiswa tentang etika komunikasi dan bahaya bullying, terutama siberbullying. Perlu ada penanaman empati yang kuat, bahwa perkataan di media sosial memiliki konsekuensi nyata.

3.Proses Pelaporan yang Jelas: Korban harus merasa aman dan percaya bahwa sistem kampus akan melindungi mereka dan menindak tegas pelaku perundungan tanpa memihak.

BACA JUGA:Kasus Kematian Timothy, Kampus Udayana Tegaskan Bukan Akibat Bullying

"Kasus Timothy adalah pengingat bahwa kampus tidak hanya bertugas mencetak lulusan pintar, tetapi juga individu yang sehat mental dan beretika. Stigma terhadap masalah mental harus dihilangkan total," tegas dr. Indah.

Mengenai mahasiswa Unud yang diduga menjadi pelaku perundungan, dr. Indah Wulan menekankan bahwa penindakan disiplin harus dilakukan. Namun, ia juga menambahkan bahwa pelaku perlu mendapatkan intervensi psikologis.

"Pelaku bullying sering kali juga membutuhkan pertolongan, mungkin mereka sendiri adalah korban dari masalah di masa lalu atau memiliki masalah kontrol emosi dan empati. Hukuman harus beriringan dengan edukasi dan intervensi untuk memutus rantai perilaku destruktif ini," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads