Menyusuri Akar Budaya PalmCo: Kisah dari Gedung Tua, Kebun VOC, dan Teh Kayu Aro
PalmCo ternyata menyimpan warisan budaya yang hidup - dari gedung tua peninggalan Belanda, kebun berusia lebih dari seabad, hingga pabrik teh yang masih mengepul di lereng gunung.-dok disway-
Di pusat Kota Medan, berdiri megah gedung tua berarsitektur kolonial yang kini menjadi kantor PTPN IV Regional II. Bangunan ini masih memancarkan aura masa lalu dengan langit-langit tinggi, jendela besar, dan detail arsitektur khas Belanda.
Tak hanya menjadi pusat administrasi, gedung ini juga menjadi saksi hidup perjalanan BUMN perkebunan Indonesia, serta sarana edukasi bagi generasi muda melalui program seperti Siswa Mengenal Nusantara (SMN).
Kebun Pulu Raja: Warisan VOC yang Tetap Produktif
Sekitar dua jam perjalanan dari Medan, di Kabupaten Asahan, terdapat Kebun Pulu Raja, salah satu kebun tertua di Indonesia yang sudah ada sejak masa VOC.
BACA JUGA:KAI Siapkan Kereta Khusus Petani dan Pedagang, Tarifnya Disubsidi
BACA JUGA:KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid, Tercatat Punya Utang Rp1,5 Miliar dalam LHKPN
Kebun ini kini masih produktif dengan hasil sawit mencapai 32 ton per hektare, menjadikannya contoh unik bagaimana warisan kolonial bisa terus beradaptasi dan memberi manfaat bagi generasi modern.
Bekri dan Ophir: Jejak Kolonial di Sumatera Barat dan Lampung
Selain di Sumatera Utara, beberapa kebun bersejarah lainnya juga masih beroperasi di bawah naungan PalmCo. Salah satunya Kebun Ophir di Sumatera Barat, peninggalan perusahaan perkebunan Belanda yang dibangun awal abad ke-20.
Kebun ini dikenal dengan pabrik pengolahan sawit tua yang masih aktif, serta rumah dinas bergaya kolonial yang tertata rapi di tengah lanskap hijau.
Sementara Unit Bekri di Lampung juga menyimpan sisa-sisa sejarah kolonial yang kini bertransformasi menjadi kawasan perkebunan modern.
Pabrik Teh Kayu Aro: Permata dari Lereng Kerinci
Naik ke ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut, di kaki Gunung Kerinci, Jambi, berdiri Pabrik Teh Kayu Aro—pabrik teh tertua kedua di dunia yang masih aktif beroperasi.
Didirikan oleh Belanda pada tahun 1925, pabrik ini memproduksi teh hitam kualitas premium yang pernah menjadi teh favorit Ratu Elizabeth II.
Lebih dari sekadar tempat produksi, Kayu Aro kini menjadi ikon wisata sejarah dan agroindustri, menarik ribuan wisatawan setiap tahun yang ingin melihat langsung bagaimana teh bersejarah itu diproses dengan cara tradisional.
BACA JUGA:Ekonom Global: Indonesia Teladan Ketahanan Makro di Tengah Turbulensi Dunia
BACA JUGA:Nomor HP Kamu Terima Saldo DANA Gratis Rp357.000 ke Dompet Digital Khusus Siang Ini 4 November 2025
Menjaga Warisan, Menyambung Peradaban
Aset-aset bersejarah di bawah PalmCo bukan sekadar peninggalan masa lalu. Ia adalah penanda perjalanan panjang ekonomi Indonesia — dari masa kolonial, nasionalisasi, hingga transformasi menuju industri modern.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: