Konflik Tinju Amatir Indonesia: Pertina Protes KOI, Atlet Jadi Korban?
Konflik KOI-Pertina: Mengapa Atlet Tinju Indonesia Tidak Bisa Tanding di Dunia?---Dok. Istimewa
JAKARTA, DISWAY.ID - Dunia tinju amatir Indonesia diisukan tengah menghadapi krisis serius.
Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina), organisasi yang telah membina atlet sejak 1959 dan melahirkan ribuan petinju berprestasi, menyatakan protes keras terhadap Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Keputusan KOI membuat Indonesia gagal ikut serta dalam Asian Youth Games di Bahrain dan Kejuaraan Dunia Tinju, menimbulkan kekecewaan mendalam di kalangan atlet dan pelatih.
BACA JUGA:Pengakuan Pelatih Tinju yang Onani di depan Anak SD Jaksel di Luar Dugaan: Saya Dapat Sifilis
KOI Cabut Keanggotaan Pertina, Dukung Organisasi Baru
Persoalan berawal dari keputusan KOI mencabut keanggotaan Pertina. KOI berdalih menyesuaikan kebijakan International Olympic Committee (IOC) yang menghentikan afiliasi dengan International Boxing Association (IBA) dan mengakui World Boxing (WB).
Sebagai pengganti, KOI resmi mengakui Pengurus Besar Tinju Indonesia (PERBATI) sebagai satu-satunya anggota resmi cabor tinju yang berafiliasi dengan WB dan Asian Boxing.
Namun, Pertina menilai PERBATI sebagai organisasi belum matang, karena baru berdiri kurang dari enam bulan, didirikan oleh mantan pengurus Pertina, dan memiliki hubungan keluarga dengan Ketua Umum KOI.
Selain itu, KONI Pusat menegaskan bahwa organisasi tinju selain Pertina tidak sah secara legal, menimbulkan kekosongan kepengurusan yang membingungkan.
BACA JUGA:Polisi Amankan Pria Berbuat Senonoh di Depan Anak SD di Jaksel, Ternyata Pelatih Tinju
“Kami melihat ada kepentingan pribadi di balik semua ini. Anak-anak Pertina seolah durhaka pada organisasi yang membesarkan mereka,” ujar Sri Syahril, perwakilan PP Pertina.
Filosofi Pembinaan Tinju Terancam
Pertina menyoroti perbedaan mendasar antara pendekatan organisasi lama dan baru. Mereka menuduh PERBATI lebih fokus pada panggung dan acara yang mendatangkan dana, sementara pembinaan atlet amatir yang membutuhkan waktu, disiplin, dan pengorbanan bertahun-tahun diabaikan.
Selama puluhan tahun, Pertina menekankan prinsip latihan keras di sasana sederhana, pembentukan fisik dan mental atlet, serta kerja keras tanpa pamrih. Filosofi ini kontras dengan organisasi baru yang lebih terlihat mengejar keuntungan finansial dari event besar.
“Tidak bisa hanya urus event yang menghasilkan uang. Organisasi pembinaan harus siap berkorban, membangun prestasi dari nol, seperti yang kami lakukan selama 66 tahun,” tegas pihak Pertina.
Atlet Menjadi Korban?
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: