Gila! Simon Tahamata Temukan Banyak Talenta Alami di Bagian Timur, Soroti Pembinaan Usia Dini di Indonesia dan Belanda
Simon Tahamata, Kepala pemandu bakat PSSI, mengungkap hasil awal dari tugasnya menjaring talenta muda sepak bola Indonesia-Tangkapan Layar Instagram@simon_tahamata-
“Ada banyak pemain potensial di luar radar akademi besar. Saya lihat anak-anak dari Maluku, Sulawesi, dan Pulau Jawa seperti saat saya memantau turnamen U-16 di Yogyakarta, ada beberapa pemain dengan talenta alami yang luar biasa,” tuturnya.
Simon juga membagikan pengalamannya saat menemukan pemain muda yang menarik perhatiannya di Persipal Palu.
“Saya pernah melihat seorang anak kecil di Palu. Meski bertubuh mungil, dia mampu melewati lawan yang lebih besar dengan cerdik. Itu menunjukkan dia punya kecerdasan bermain dan mental kuat. Tugas kami adalah memastikan anak-anak seperti itu mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang,” tegas Simon.
BACA JUGA:Empat Bulan Cedera Lutut, Enzo Fernandez Akhirnya Putuskan Rehat dari Argentina
BACA JUGA:Solusi Instan! Berlian Jerman Sepakat Gabung Garuda Gantikan Thom Haye, Duet Baru Joey Pelupessy
Dengan temuan tersebut, Simon menegaskan komitmennya untuk terus menelusuri bakat-bakat tersembunyi di seluruh penjuru negeri, demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih cerah.
Simon Tahamata Soroti Perbedaan Pembinaan Usia Dini di Indonesia dan Belanda
Kepala pemandu bakat PSSI, Simon Tahamata, menyoroti perbedaan signifikan antara sistem pembinaan usia dini di Indonesia dan Belanda.
Menurutnya, hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi pengembangan sepak bola nasional agar Indonesia bisa bersaing di level internasional.
Seperti diketahui, Simon resmi dipercaya PSSI sejak 26 Mei 2025 untuk mencari dan memantau bakat-bakat muda potensial di seluruh penjuru negeri.
BACA JUGA:Tak Tega Mendengarnya! Simon Tahamata Sindir Gaya Kepelatihan Nova Arianto, Timnas U-17 Terancam
BACA JUGA:Ronaldo Pamer Jet Pribadi Rp1 Triliun Bareng Joao Felix, CR7 Bikin Ricuh Bandara Arab Saudi
Mantan bintang Ajax Amsterdam itu bertugas membangun fondasi pembinaan pemain muda demi masa depan Timnas Indonesia.
Dalam keterangannya, Simon mengungkapkan bahwa proses pembinaan di Indonesia umumnya dimulai terlalu terlambat dibandingkan dengan sistem di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya.
Hal ini, menurutnya, berpengaruh terhadap kualitas teknik dasar pemain muda Tanah Air.
“Di Belanda, seleksi bagi calon pemain masa depan sudah dimulai sejak usia 8 tahun. Sementara di Indonesia, seleksi baru dilakukan pada usia 13 atau 14 tahun. Itu sudah terlambat,” ujar Simon, dikutip Minggu 9 November 2025.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: