Kemendagri Antisipasi Keramaian saat Perayaan Nataru, Belajar dari Tragedi Itaewon
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar rapat koordinasi bersama sejumlah instansi untuk membahas persiapan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.--Anisha Aprilia
JAKARTA, DISWAY.ID - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar rapat koordinasi bersama sejumlah instansi untuk membahas persiapan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Dalam arahannya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan salah satu poin penting yang perlu disiapkan yaitu sistem transportasi.
"Di mana di momen Nataru seperti ini yang paling penting adalah masalah satu adalah sistem transportasi baik di darat, laut, maupun di udara karena mobilitas masyarakat akan tinggi. Baik untuk merayakan Natal, liburan pulang kampung, atau liburan ke tempat-tempat wisata. Ini perlu kita siapkan bersama," kata Tito dalam rapat di Kemendagri, Senin, 1 Desember 2025.
BACA JUGA:Akses Terisolasi, Kemendagri Fokus Pulihkan Akses Komunikasi di Banjir Sumut-Sumbar
Tito mengatakan poin keamanan juga menjadi hal penting yang perlu disiapkan jelang Nataru.
Tito mengatakan pihaknya mengantisipasi tempat-tempat wisata yang berpotensi menimbulkan kepadatan di titik-titik untuk perayaan malam tahun baru seperti kalau di Jakarta di Ancol dan lain-lain.
"Kemudian juga tentu ada dimensi keamanan. Keamanan baik lalu lintas maupun keamanan-keamanan yang berhubungan dengan bencana alam, tempat-tempat wisata yang ombaknya besar, kemudian udara yang buruk misalnya. Juga kepadatan di titik-titik untuk perayaan malam tahun baru seperti kalau di Jakarta di Ancol dan lain-lain," imbuhnya.
BACA JUGA:Heboh Selisih Rp 18 Triliun Dana Simpanan Pemda, BI dan Kemendagri Saling Klarifikasi
Ia mengatakan pemerintah tak ingin seperti tragedi Perayaan Halloween di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan.
Diketahui, tragedi itu menimbulkan ratusan orang hilang bahkan meninggal dunia.
"Kita tidak ingin terjadi peristiwa seperti di Seoul, Korea pada saat terjadi Halloween beberapa tahun yang lalu. Itu tidak diamankan dengan baik, tidak diantisipasi baik, sehingga akhirnya mengakibatkan cukup banyak korban yang meninggal, 151 hampir 500 termasuk yang hilang. Dan itu sama di negara yang modern tapi persiapannya tidak dilakukan," tukasnya.
BACA JUGA:Heboh Selisih Rp 18 Triliun Dana Simpanan Pemda, BI dan Kemendagri Saling Klarifikasi
"Akibatnya apa? Akibatnya terjadi desak-desakan, meninggal ini, kemudian dilakukan pengusutan investigasi, Walikotanya menjadi tersangka, Kepala Polisi daerah itu, Itaewon ini jadi tersangka semua. Karena dianggap tidak mampu untuk mengantisipasi dan menetralisir potensi kerawanan," sambungnya.
Karena itulah, Tito mengatakan pemerintah menggelar rapat koordinasi untuk mengantisipasi Nataru.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: