Yang gawat, fenomena gelombang PHK tersebut diperkirakan belum berakhir.
Termasuk, yang sedang jadi pembicaraan saat ini adalah potensi terjadi PHK pabrik tekstil besar Sritex dengan karyawan mencapai lebih dari 50 ribu orang.
BACA JUGA:Kejagung Akan Buka Opsi Tersangka Baru Kasus Impor Gula, Zulhas Tidak Termasuk?
BACA JUGA:Mendagri akan Lapor Presiden Soal Usulan Revisi UU Politik Melalui Omnibus Law
Terkait dengan kabar puluhan ribu karyawan Sritex ada potensi kena PHK, Wakil Menteri Tenaga Kerja sampai datang langsung ke Sritex.
Selain berunding dengan pemilik pabrik tekstil besar di Solo itu, Wamen secara demonstratif tampil di depan karyawan, dan menjanjikan tidak ada PHK.
Dampak Kolektif
Tulus melanjutkan, selain dampak psikologi secara individu, PHK bisa menimbulkan dampak psikologis kolektif.
Dampak kolektif itu menurut dia muncul dari karyawan yang belum kena PHK. Termasuk jajaran manajemen.
BACA JUGA:Eks Pimpinan Datangi KPK, Minta Segera Bereskan Perkara yang Seret Keluarga Jokowi
BACA JUGA:Penerbangan Perdana Rute Makassar-Wakatobi Resmi Beroperasi
“Mereka akan merasakan dan mengalami suasana kerja yang penuh dengan ketidakpastian, dan menurunnya rasa aman. Juga munculnya survivor guilt yaitu perasaan bersalah melihat rekan dan pegawainya terkena PHK,” katanya lagi.
Pakar yang baru saja merilis buku berjudul Psikologi Perubahan Organisasi ini juga berkomentar tentang mengapa perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan dan maju bisa bangkrut atau mengalami pailit.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan besar itu umumnya memiliki histori yang sangat menggembirakan.
Oleh karena itu, lanjut dia, biasanya mereka merasa sangat yakin berhasil dan mampu mengahadapi tantangan finansial.
Ini menjadikan manajemen menjadi berani mengambil resiko tanpa mempertimbangkan kegagalan.