JAKARTA, DISWAY.ID -- Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan komitmennya untuk memperkuat implementasi ekoteologi sebagai gerakan nasional dalam pendidikan.
Penegasan ini disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, saat membuka International Conference on Moral Teachers yang menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Guru Nasional.
Konferensi ini juga menjadi lanjutan dari agenda internasional bertema “Caring for the Universe with Love” yang sebelumnya digelar untuk memperkuat gerakan pendidikan ramah iklim di lingkungan Kemenag.
BACA JUGA:Perdana, Kemenag Gelar MHQ Internasional Disabilitas Netra
BACA JUGA:KPK Hormati Klaim Ridwan Kamil yang Tak Tahu Aksi Korporasi BANK BUMD: Itu Kan Pendapat
Dalam sambutannya, Sekjen menekankan bahwa ekoteologi kini berada pada fase implementasi, bukan sekadar wacana.
Ia menyampaikan bahwa pembahasan teoretis mengenai hubungan spiritual manusia dan alam sudah cukup panjang, dan saat ini Kemenag bergerak menuju langkah teknis yang terukur.
“Konsep ekoteologi telah lama dibahas. Yang kini jauh lebih penting adalah bagaimana memastikan langkah-langkah teknis dan terukur agar konsep ini benar-benar terimplementasi dan berdampak pada lingkungan,” tegasnya di Jakarta pada Selasa 12 Desember 2025.
Kamaruddin menyebut bahwa Kemenag memiliki potensi sosial yang sangat besar untuk menggerakkan perubahan ekologis.
Dengan lebih dari satu juta guru, sepuluh juta siswa madrasah, serta 1,5 juta peristiwa nikah setiap tahun, Kemenag memegang kekuatan transformasi yang tidak dimiliki institusi lain.
BACA JUGA:Peningkatan Kasus Demam Pasca Banjir: Kemenkes Laporkan 376 Kasus Terbanyak di Sumatera
BACA JUGA:Natalius Pigai Geram soal Dugaan Pemaksaan Makan Daging Anjing Oleh Kalapas Enemawira
“Jika setiap guru menanam satu pohon, kita bisa menanam minimal satu juta pohon setahun. Jika setiap calon pengantin menanam satu pohon, kita menambah 1,5 juta pohon lagi. Potensinya sangat besar,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi peran guru sebagai aktor utama dalam membentuk karakter ekologis peserta didik.
Menurutnya, teladan dari Jepang dan Finlandia yang menempatkan cinta lingkungan sebagai bagian dari pendidikan moral dapat menjadi inspirasi.