Perempuan Pemberani Afghanistan

Rabu 24-12-2025,08:50 WIB
Oleh: Prof. Jamhari Makruf, Ph.D

Setibanya di Indonesia dan mulai berkuliah, Sadia kerap tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan nasib perempuan Afghanistan.

“Hati saya hancur,” katanya, “melihat anak-anak perempuan kecil yang dulu berangkat sekolah dengan wajah ceria, kini terkurung di rumah, hanya bisa menatap dunia dari balik jendela.”

Suaranya bergetar, matanya basah oleh tangis yang ditahan.

Kisah lain datang dari Adila Haidari.

Ia adalah perempuan dengan karier mapan, kehidupan keluarga yang harmonis, dan komunitas sosial yang saling mendukung.

Meninggalkan Afghanistan adalah keputusan yang sangat berat baginya.

BACA JUGA:Bay Area, Rumah Kedua Diaspora Indonesia: Merajut Kebersamaan, Kreativitas, dan Kepedulian Tanpa Batas

BACA JUGA:Menelusuri Mozaik Islam di Turki

Meski negaranya penuh tantangan, Adila menyaksikan ketangguhan masyarakatnya untuk bertahan. Itulah yang sempat membuatnya ragu pergi ke luar negeri.

Namun pada akhirnya, Adila memilih melanjutkan studi dengan satu harapan: suatu hari ia dapat kembali ke Afghanistan untuk ikut membangun negerinya.

“Today, I stand in a place I once thought I would never reach,” ujarnya sambil mengusap air mata.

Meski kini berada jauh dari tanah kelahiran, Afghanistan tetap memiliki tempat khusus di hatinya.

Kini Sadia dan Adila berjuang menempuh pendidikan di tanah rantau.

Mereka membawa harapan besar bahwa suatu hari perempuan Afghanistan dapat kembali bersekolah dan meraih impian mereka.

BACA JUGA:Sinergi Baru Akademisi Indonesia dan Turki

BACA JUGA:Kunjungan Delegasi Indonesia ke Hayrat Foundation Istanbul: Menguatkan Islam Wasathiyah dan Kolaborasi Global

Kategori :