Matahari Kembar

Matahari Kembar

--

Seramai apa pun permusuhan dua sahabat seperti Donald Trump dan Elon Musk. Segembira apa pun kemenangan timnas sepak bola kita atas Tiongkok. Hari ini saya harus menulis tentang sahabat saya sendiri yang satu ini: Junaini KS. Ia meninggal dunia Sabtu pagi kemarin. Di tempat kelahirannya: Pontianak.

Tahun kelahirannya sama dengan saya: 1951. Ia lahir empat bulan lebih awal. Ia wartawan paling senior di Pontianak. Perokok berat. Jarang sakit. Sekali sakit, sakit sekali: kanker paru. Langsung stadium empat.

Awalnya hanya mengeluh sakit perut. Dua bulan lalu. Tidak kunjung sembuh.

Setelah dokter minta darah diperiksa ketahuanlah kanker. Sempat dilarikan dengan mobil ke RS di Kuching, Serawak. Pontianak ke Kuching, dengan mobil pribadi, sejauh enam jam perjalanan. Yakni lewat perbatasan Entekong.

Di Kalbar memang beredar kabar, kanker stadium empat berhasil sembuh di RS Kuching. Junaini pulang dari Kuching langsung masuk RS di Pontianak. Minggu depan ini, menurut rencana, kembali dibawa ke Kuching. Keburu meninggal dunia.

Saya mengenal Junaini di majalah TEMPO. Sesama koresponden di daerah. Junaini di Kalbar, saya di Kaltim. Ketika saya pindah menjadik kepala biro TEMPO di Surabaya, Junaini tetap di Pontianak.

Maka saya pilih Junaini untuk mewakili saya di Pontianak. Yakni saat saya diserahi membangun kembali surat kabar daerah yang sedang sulit di sana: Akcaya (baca: Aksaya).

Junainilah yang saya minta untuk menjadi pemimpin redaksi surat kabar itu. Terbitnya pun saya ubah: dari mingguan menjadi harian.

Junaini dikenal sebagai sosok tidak mau kompromi. Dalam prinsip maupun dalam keseharian. Ia wartawan yang anti amplop –maupun yang lebih penting dari amplop, yakni isinya.

Saya tidak pernah bertanya apa arti KS di belakang namanya. Baru kemarin saya bisa menduga. Yakni dari edaran pemberitahuan meninggalnya: Junaini bin Kasimin. Rupanya Kasimin disingkat KS.

"Kok nama ayahanda ayah Anda seperti nama Jawa?"

"Kakek memang orang Jawa," jawab Iqbal, anak bungsu Junaini.

Tentu saya tidak pernah menyangka Junaini anak orang Jawa. Gaya bicaranya sangat Melayu-Kalbar. Kadang saya sulit menangkap maknanya.

Sang ayah bukan transmigran Jawa di Kalbar. Ia pegawai negeri di kementerian pekerjaan umum yang dipindah ke Pontianak. Yakni saat ibu kota Kalbar membangun Pontianak Convention Center. Ia ikut di proyek itu.

Di Pontianaklah sang kakek ketemu jodohnya: wanita keturunan Pidie, Aceh. Lahirlah Junaini. Jadi wartawan.

Sang wartawan bertemu seorang siswi kebidanan yang indekos di dekat rumah Kasimin. Saling jatuh cinta. Tapi ada tembok di antara cinta itu. Gadis itu Tionghoa. Katolik. Bermarga Tan. Dia berasal dari daerah Mempawah, sekitar 50 km dari Pontianak.

Tembok itu jebol. Tan yang menerobosnya. Lahirlah anak pertama: Qadhafy. Lalu mereka mengambil anak angkat, seorok bayi dari keluarga Tionghoa. Tak lama kemudian lahir anak laki-laki terakhir: Iqbal.

Si anak angkat, tetap ikut agama orang tua asli: Konghuchu. "Kami tetap bersaudara. Tetap kami anggap kakak," ujar Iqbal.

Setiap ke Pontianak saya makan bersama Junaini. Biasanya di resto masakan Tiuchu terkenal di Pontianak. Terakhir tahun lalu. Yakni setelah saya pulang dari Chaozhou, satu kabupaten dekat kota Shantou.

Kepadanya saya pamer diri: baru pulang dari Chaozhou. Saya pikir hanya orang seperti saya yang bisa sampai ke Chaozhou. Lalu saya pamer cerita: betapa lezatnya masakan Chaozhou di sana.

"Saya sudah dua kali ke Chaozhou," ujar Junaini.

"Hah? Untuk apa ke Chaozhou?"

"Ke makam kakek. Kakek istri," katanya.

Istri Junaini yang bermarga Tan (Chen) itu ternyata suku Tiuchu. Asal Chaozhou. Kata Chaozhou dibaca Tiuchu di sini. Boleh dikata, separo Tionghoa di Kalbar adalah suku Tiuchu. Separonya lagi suku Haka. Maka orang Haka di Kalbar bisa bahasa Tiuchu. Orang Tiuchu bisa bahasa Haka. Saya tidak bisa dua-duanya.

Di Tiongkok sana, asal usul orang Haka (Meixian/Meizhou) hanya berjarak tiga jam perjalanan mobil dari asal usul orang Tiuchu di Zhaozhou.

Tentu saya pernah ke rumah Junaini. Yakni di dekat pasar sebelah barat sungai Kapuas. Dulu kalau ke Pontianak harus menyeberang pakai perahu kecil.

Tentu Junaini tidak selamanya di harian Akcaya. Suatu saat ia curhat: sulit membentuk tim yang solid di Akcaya. Saya menangkap isi pedalaman hatinya: ingin berkuasa penuh.

Itu tidak mungkin. Pendiri Akcaya, Pak Tabrani Hadi, masih tetap jadi pemegang saham di Akcaya. Orangnya baik. Lemah lembut. Tutur katanya lirih, pelan, dan hati-hati. Setiap mengucapkan satu kalimat ia seperti harus lebih dulu memilih kata-kata seperti ibu saya memilih kerikil di ayakan gabah.

Saya bisa memahami gejolak hati Junaini. Maka ia mengusulkan agar saya bikin koran baru di Pontianak. Serahkan manajemen kepadanya sepenuhnya.

Maka lahirlah koran baru: Equator. Bersaing dengan Akcaya. Bersaing dalam selimut. Saya yakinkan teman-teman di Akcaya: itu tidak apa-apa. Pesaing pasti akan datang. Cepat atau lambat. Sebelum pesaing dari luar datang lebih baik kita ciptakan pesaing dari dalam.

Dua-duanya jalan. Junaini berhasil mengembangkan Equator –meski tidak pernah mampu mengalahkan Akcaya. Ia juga berhasil membangun gedung di jalan utama kota itu.

Belakangan ketika zaman koran sudah lewat gedung itulah yang masih tersisa sebagai peninggalan kerja kerasnya. Setidaknya Junaini telah berjasa ''menyehatkan'' internal Akcaya: tidak lagi ada matahari kembar di dalam manajemen Akcaya.

Matahari kembar seperti itu selalu membuat manajemen tidak sehat. Tapi menghilangkan matahari kembar sangatlah tidak mudah. Apalagi dua-duanya sangat berjasa. Dua-duanya tidak ada yang mau mengalah. Maka saya harus pindahkan salah satu matahari itu.

Dalam kasus Akcaya terbitlah Equator.

Di Jambi, terbitlah Jambi Ekspres di luar Jambi Independen. Muncul pula dua stasiun TV lokal di sana.

Pun di kota-kota lain. Memisahkan dua matahari bukan berarti memadamkan salah satunya. Matahari kembar bisa dipisah menjadi dua matahari di dunia yang berbeda.

Dunia masih memerlukan lebih banyak matahari –asal tidak saling membakar. Junaini adalah matahari yang pilih minta bersinar di dunia yang berbeda –agar tidak jadi matahari kembar di dunia yang sama.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 7 Juni 2025: Menanti Kurban

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

DIALOG PRABOWO VS PEMAIN TIMNAS: “KAMU DARI MEDAN?” Usai kemenangan Timnas Indonesia atas Tiongkok di Kualifikasi Piala Dunia 2026, suasana Stadion GBK tak hanya meriah—tapi juga menghangat oleh momen dialog cerdas dan penuh keakraban antara Presiden Prabowo Subianto dan striker Timnas, Ole Romeny. Turun langsung ke lapangan bersama Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Prabowo menyapa para pemain. Saat bertemu Ole, sang Presiden bertanya, “Kamu dari mana?” Sebelum Ole sempat menjawab, bek Rizky Ridho dengan refleks membisikkan, “Indonesia,” seolah jadi juru bicara tidak resmi—layaknya asisten pribadi mendadak. Ole pun akhirnya menjelaskan.. “Medan, nenek saya dari Medan.” “Kamu dari Medan?” sahut Prabowo, setengah kaget. “Nenek aku,” balas Ole, tersenyum. Ternyata, sang nenek, Helene Wilhelmina Romenij, lahir di Medan tahun 1923. Dialog singkat ini menyentuh: karena berbicara tentang akar, identitas, dan kebanggaan. Ole, pencetak gol kemenangan, bukan sekadar pemain. Tapi simbol diaspora yang kembali ke tanah leluhur untuk mengangkat Merah Putih. ### Dari stadion ke hati rakyat, ini bukan cuma laga bola. Ini tentang rasa: haru dan harapan.

Suharno Maridi

Masyarakat turut andil dalam proses buruknya demokrasi pada parpol. Sulitnya masyarakat u move on dari tokoh2 tertentu dimanfaatkan oleh ketua2 parpol untuk terus bercokol dan menarik keluarganya u jadi pengelola parpol tsb. Maka jadilah dinasti itu. Masyarakat yg seharusnya menghukum buruknya reputasi parpol justru begitu mudah hanyut oleh drama dan permainan politik yg dibuat oleh parpol. Kasus korupsi oknum parpol tidak menjadi perhatian masyarakat dibanding berita intrik politik. Parpol dengan mudah mengalihkan perhatian masyarakat bila ada kasus penting. Demokrasi sebagaimana asal katanya memang milik masyarakat bukan milik penguasa. Masyarakat memang harus mengambil peran utama dalam demokrasi. Masyarakat yg harus memaksa parpol u menerapkan demokrasi. Adalah naif mengharapkan penguasa u menerapkan demokrasi karena itu akan meeugikan pengiasa itu

Wilwa

Satu kurban lagi dinanti. Hmmm. Kalimat provokatif. :):):). Tapi yang menyita perhatian saya belakangan ini adalah berita Trump vs Musk. Trump di media sosialnya, Truth Social, menulis: “Cara termudah menghemat miliaran dollar dalam anggaran adalah menghentikan subsidi dan kontrak pemerintah ke Elon Musk”. Sebaliknya Elon Musk di media sosialnya, X, menyerukan pemakzulan Trump. “Trump punya 3,5 tahun lagi sebagai presiden tapi saya akan bertahan selama 40 tahun lebih”, cuit Elon Musk yang mungkin sangat jengkel karena saham Tesla anjlok 14% gegara Trump. ☕️

Leong Putu

Sabar... Semua ada waktunya. Entah esok hari Entah lusa nanti Entah Sungguh mati, perempuanku Aku tak mampu Beri sayang yang cantik Seperti kisah cinta di dalam komik Sungguh mati, perempuanku Buang saja angan-angan itu Lalu cepat peluk aku Lanjutkan saja langkah kita Rasalah Rasalah Rasalah Rasalah Apa yang terasa Apa yang terasa Seperti biasa Aku diam tak bicara Hanya mampu pandangi Bibir tipismu yang menari Seperti biasa Aku tak sanggup berjanji Hanya mampu katakan Aku cinta kau saat ini Entah esok hari Entah lusa nanti Entah *Entah Lagu Iwan Fals dan d'Masiv ‧ 2015

Nimas Mumtazah

ISTI ( Shalih ) Penggemar Iwan Fals juga. Pak Leong ada bagus milik Slank Ku tak bisa jauh. Nyanyikan deket Bu Niluh, atau milik Crisye liriknya sedikit sy ingat denting piano.

Tivibox

Saya tak paham, mengapa puisi di atas dimulai dari kata 'sapi' Kemudian dibawahnya ada kata 'demokrasi' Kemudian ada kata-kata 'anti meritokrasi' Saya meraba-raba Mungkinkah itu maksudnya? Ya, kata petinggi-petingginya... Arus bawah masih menghendaki

djokoLodang

-o-- SAPI EMOSI Pernah kah Anda --saat berkendara-- berada di belakang truk pengangkut sapi? Melihat penderitaan mereka selama di jalan. Kemudian, sampai di tujuam, sapi-sapi itu melihat sesamanya disembelih. Sejatinya, bukan hanya manusia, sapi juga punya rasa dan emosi. Takut, cemas, marah, dan sebagainya. Setelah disembelih, emosi itu masih melekat, belum hilang dari tubuhnya. Sehingga saat dagingnya dikonsumsi pun, terbawa serta. --koJo.-

Ismail Hasan

Pak Dahlan Iskan jarang menulis soal si kulit bundar, sangat bisa dimaklumi, karena Jurgen Klopp pernah berujar, " banyak hal lebih penting diluar sepakbola"

Achmad Faisol

seorang komika yang biasa ngeroasting penonton bertanya ke salah satu yang hadir, "anda dari mana...?" "ukraina," jawab yang ditanya... "ooo... saya bisa jadi presiden selanjutnya di sana..." semua tertawa...

Fiona Handoko

Selamat pagi bpk jokosp. Kurban = "sacrifice". Menurut kbbi. Arti kurban : Mempersembahkan sesuatu sebagai kurban. Membuat orang lain menjadi kurban. Korban = " Victim" Menurut kbbi. Arti korban : Pemberian untuk menyatakan kebaktian. Orang, binatang yg menderita akibat suatu kejadian

Sadewa 19

Kata "partai" berasal dari bahasa latin yaitu "partire" yg artinya "membagi" atau "berbagi". Dalam konteks politik dapat diartikan suatu golongan yg saling mengambil bagian untuk suatu tujuan politik bersama. Terjemahan bebas inggris dan bahasa, akan jadi begini : PART = bagian TAI = kotoran Partai di konoha sudah banyak melenceng, hampir semua anggotanya (bahkan bendahara partainya) pernah kebagian kotoran. (Korupsi)

Jokosp Sp

Yang aneh terjadi hari Kamis saat kerja bakti buat pasang tenda dan pasang peralatan kurban hari Jum'atnya kemarin. Tiba-tiba datang seseorang naik suprabapack ke panitya "Pak.....adakah kartu kurban untuk warga kami di RT.18?". Pak Ketua nanya balik "Loh...di tempat bapak tidak ada yang kurban?". Dijawabnya "Tidak ada pak, kami mengharapkan qurban dari sumbangan pak bupati seperti tahun-tahun sebelumnya". Pak Ketua "Loh sekarang bupatinya sudah beda orang". "Lagian...di RT kami ini murni kurban dari warga masyarakat, tidak ada satupun dari kurban sumbangan". "Artinya ini benar kurban dari warga RT kami. Kalau sumbangan berarti namanya bukan kurban. Merekalah yang berkurban, bukan warga kami". Orang itu "berarti tidak ada untuk warga kami di RT 18?". Pak Ketua "Ini khusus untuk warga kami RT 2 dan 3, juka diperuntukkan untuk warga kami". Orang itu akhirnya ngacir pergi. Dan Pak Ketua bilang "Mau kurban kok mengharapkan bantuan orang lain. Kurban ya kurban saja dari diri masing-masing. Kan pahalanya buat penebus dosa dirinya". "Padahal mereka di komplek itu mobil setiap rumah ada, sepeda motor pasti punya, rumahnya juga dibilang orang berada, la tinggalnya saja di komplek perumahan berada. Kok bisanya warga masih mengharapkan sumbangan orang, sampai untuk kurban saja tidak ada kegiatan". "

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

HARI RAYA KURBAN: DUA PEKURBAN.. Di desa Karangjati, Hari Raya Kurban selalu ditunggu karena hangatnya kebersamaan. Tahun ini, warga dikejutkan oleh sumbangan seekor sapi limosin besar dari seorang anonim: “Hamba Allah.” Pak Karman, ketua RT, memimpin persiapan kurban. Di tengah riuh, muncul Rafi, anak kelas 6 SD, membawa celengan hasil menabung setahun. Ia ingin ikut berkurban. Meski uangnya hanya cukup untuk kambing kecil, niatnya tulus. “Aku sayang uang ini, tapi lebih pengin lihat orang lain senang,” ucapnya. Warga terharu. Panitia mencatat namanya di daftar pequrban: Rafi bin Salim. Saat sapi disembelih, seorang pria tak dikenal mengamati dari jauh lalu pergi, meninggalkan amplop berisi catatan: “Terima kasih telah menerima kurban saya tanpa bertanya siapa saya. Tahun depan, insyaAllah kita bertemu lagi. —@Hamba Allah.” Hari itu, warga Karangjati belajar: Kurban bukan soal besar kecilnya hewan, tapi ketulusan hati—seperti yang ditunjukkan Rafi, dan sang dermawan misterius.

Faradilla Febrianti

Ada Pak Mirza Ada Pak Agus Ada Ko Liam Ada Ko Liang Ada om L300 Ada Pak Achmad Ada Bu Dipa Ada Pak Ahmad Zuhri Dll Mnurut saya mereka2 ini org2 jujur yg lebih pantas jadi wakil rakyat.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

PENGHUKUMAN KORUPTOR DI SINGAPORE.. (CHDI-nya terkait kurban. Tetapi kok komentarnya banyak terkait penghukuman kepada koruptor di Tiongkok dan Singapura). NAH, di bawah ini adalah penghukuman kepada koruptor di Singapura. Kalau di Tiongkok tidak saya kutip, karena anda sudah tau: Langsung dihukum mati, gak nunggu lama. 1). Di Singapura, koruptor tidak dihukum lama, tapi dihabisi secara sosial dan finansial. 2). Lembaga antikorupsi CPIB bekerja langsung di bawah Perdana Menteri dan bebas memeriksa siapa pun. 3). Proses hukum cepat dan tegas. Hukuman penjara biasanya hanya 2–5 tahun, namun disertai penyitaan total aset. 4). Koruptor dimiskinkan, bahkan harta sah bisa ikut disita jika tidak bisa dibuktikan sumbernya. 5). Setelah keluar dari penjara, karier koruptor tamat. Mereka disanksi sosial permanen, dijauhi perusahaan, tidak lagi dipercaya masyarakat, dan tidak ada "tiket pemutihan" untuk kembali berkarier. 6). Singapura juga tidak mengenal diskon hukuman, grasi politik, atau negosiasi hukum. 7). Kesimpulan: Meski tak dihukum mati seperti di Tiongkok, di Singapura koruptor tetap “mati”—secara sosial, ekonomi, dan masa depan.

Lagarenze 1301

Santai Sejenak. Donald Trump dan Elon Musk naik helikopter untuk mendiskusikan perbedaan di antara mereka yang tampaknya akan berujung pada permusuhan. Helikopter lepas landas. Setelah 20 menit terbang, terdengar bunyi “bip” terus-menerus dan pilot terlihat panik. Pilot: “Sial, helikopter tidak mampu menahan beban. Saya tidak dapat mengendalikannya.” Trump: “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Pilot: “Satu orang harus melompat keluar.” Trump dan Musk saling tunjuk siapa di antara mereka yang harus berkorban. Mereka mulai bertengkar dengan mengatakan betapa pentingnya peran masing-masing. Tak lama, keduanya saling mencaci. Pilot: “Karena kalian berdua orang sangat penting dan tidak ada yang mau berkorban, saya telah mengambil keputusan untuk mengorbankan diri saya sendiri.” Trump dan Musk langsung berhenti saling caci. Mereka bertepuk tangan dan mengucapkan slogan-slogan patriotik sebagai tanda dukungan. Pilot lalu melompat dengan parasut.

Lagarenze 1301

Santai Sejenak. Donald Trump dan Elon Musk naik helikopter untuk mendiskusikan perbedaan di antara mereka yang tampaknya akan berujung pada permusuhan. Helikopter lepas landas. Setelah 20 menit terbang, terdengar bunyi “bip” terus-menerus dan pilot terlihat panik. Pilot: “Sial, helikopter tidak mampu menahan beban. Saya tidak dapat mengendalikannya.” Trump: “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Pilot: “Satu orang harus melompat keluar.” Trump dan Musk saling tunjuk siapa di antara mereka yang harus berkorban. Mereka mulai bertengkar dengan mengatakan betapa pentingnya peran masing-masing. Tak lama, keduanya saling mencaci. Pilot: “Karena kalian berdua orang sangat penting dan tidak ada yang mau berkorban, saya telah mengambil keputusan untuk mengorbankan diri saya sendiri.” Trump dan Musk langsung berhenti saling caci. Mereka bertepuk tangan dan mengucapkan slogan-slogan patriotik sebagai tanda dukungan. Pilot lalu melompat dengan parasut.

Tivibox

"Kurban itu politik partai" Kalimat yang satu itu sangat menarik. Saya langsung tanya Chat GPT, apa yang dimaksud kalimat itu ? Maka, dijawab begini : "Dahlan (maksudnya Pak DI) sering menggunakan gaya bahasa singkat, padat dan simbolik. Kalimat itu dimaksudkan menggugah dan menyindir, bukan sebagai pernyataan langsung. Kalimat itu memang tajam : "kurban itu politik partai" - bisa berarti politik partai adalah seni memilih siapa yang harus dikorbankan demi menang". Jadi, siapa yang akan jadi korban politik partai, agar partai bisa meraih kemenangan?

Komentator Spesialis

Pemprov Jateng kucurkan anggaran Rp 125 Milyar untuk dana hibah ormas tahun 2025. Meningkat dibanding tahun yang lalu sebesar Rp 80 Milyar. Wuih, ini keterlaluan nggak sih. Rakyat miskin di Jateng masih banyak. Jateng yang Gubernurnya didukung si kowi itu tega teganya mementingkan ormas dibanding fokus memberantas kemiskinan.

Wilwa

Satu kurban lagi dinanti. Hmmm. Kalimat provokatif. :):):). Tapi yang menyita perhatian saya belakangan ini adalah berita Trump vs Musk. Trump di media sosialnya, Truth Social, menulis: “Cara termudah menghemat miliaran dollar dalam anggaran adalah menghentikan subsidi dan kontrak pemerintah ke Elon Musk”. Sebaliknya Elon Musk di media sosialnya, X, menyerukan pemakzulan Trump. “Trump punya 3,5 tahun lagi sebagai presiden tapi saya akan bertahan selama 40 tahun lebih”, cuit Elon Musk yang mungkin sangat jengkel karena saham Tesla anjlok 14% gegara Trump. ☕️

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 185

  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Jo Neca
      Jo Neca
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
    • Wilwa
      Wilwa
  • Nimas Mumtazah
    Nimas Mumtazah
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • didik mangkubata
    didik mangkubata
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Beny Arifin
    Beny Arifin
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Wilwa
      Wilwa
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • sinung nugroho
    sinung nugroho
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Dahlan Batubara
    Dahlan Batubara
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • didik mangkubata
      didik mangkubata
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Runner
    Runner
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Tivibox
    Tivibox
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Rizal Falih
      Rizal Falih
    • Tivibox
      Tivibox
  • Runner
    Runner
  • Mora Edu Indonesia
    Mora Edu Indonesia
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Tivibox
    Tivibox
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Tivibox
      Tivibox
  • Rizal Falih
    Rizal Falih
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • Gerring Obama
    Gerring Obama
  • Wilwa
    Wilwa
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Lègég Sunda
      Lègég Sunda
    • didik mangkubata
      didik mangkubata
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Wilwa
    Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Wilwa
      Wilwa
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Wilwa
      Wilwa
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
  • Sadewa 19
    Sadewa 19
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • Suharno Maridi
    Suharno Maridi
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Mujiburohman Abas
    Mujiburohman Abas
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Tivibox
      Tivibox
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • xiaomi fiveplus
    xiaomi fiveplus
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Jo Neca
    Jo Neca
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Ima Lawaru
      Ima Lawaru
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis