Hidup Mati
--
Ini urusan hidup atau mati. Kalau hidup bagaimana caranya. Kalau mati, tinggal tunggu besok atau lusa. Anda sudah tahu, saya akan menulis apa: bisnis udang. Yang kondisinya lagi kritis. Stadium empat.
Amerika Serikat menolak udang dari Indonesia. Satu juta tenaga kerja terancam kehilangan pekerjaan. Petambak udang menghadapi sakaratul maut.
Hampir 70 persen udang kita diekspor ke Amerika Serikat. Nilai devisa yang dihasilkan USD2,2 miliar. Untuk ekspor non-migas udang hanya kalah dari sawit. Udang adalah primadona Indonesia. Dan sang primadona kini lagi kena serangan jantung.
Amerika tidak salah. Tapi terlalu cepat ambil keputusan. Pemerintah kita tidak salah. Tapi dinilai lambat bergerak.
Peristiwa yang menyebabkannya sendiri Anda sudah tahu: di bulan Juli lalu. Saat itu Amerika menemukan kandungan radio aktif (Cs-137) di salah satu kontainer udang dari Indonesia. Eksporternya: PT BMS --Bahari Makmur Sejati.
PT BMS tidak punya tambak udang. Ia pedagang udang. Pedagang besar. Ia memiliki pabrik processing udang. Memiliki cold storage. Besar sekali. Di empat lokasi: Surabaya, Banyuwangi, Medan, dan di Cikande, Serang.
Yang di Cikande inilah yang jadi sumber masalah. BMS sendiri heran kenapa gudangnya bisa terkontaminasi Cs-137. Menjawabnya mudah: Cs-137 tidak ada di alam. Itu radioaktif buatan manusia: produk sampingan proses nuklir berbahan bakar uranium.
Pemakai Cs-137 biasanya pabrik baja. Yakni untuk mengukur ketebalan baja. Radiasi Cs-137 bisa menembus benda pun sepadat baja.
Di pertanian, Cs-137 dipakai untuk mencari di mana ada sumber air. Di rumah sakit, barang itu dipakai untuk mendeteksi kanker saat dilakukan MRI.
Maka kecurigaan pertama langsung ke pabrik baja yang ada di sebelah PT BMS di Cikande. Ada pabrik peleburan baja di komplek industri Cikande: PT Peter Metal Technology (PMT). Yang dilebur adalah besi tua dan rongsokan. Besi tuanya banyak diimpor dari Filipina.
Pemerintah menugaskan Bapeten untuk melakukan penyelidikan. Bapeten punya otoritas di bidang nuklir. Temuan Bapeten: rerobong PT PMT mengeluarkan Cs-137 dalam kadar di atas yang diperbolehkan: 0,3. Harusnya lebih kecil dari 0,1.
Radioaktif itu lantas menempel di kontainer pengangkut udang milik PT BMS. Terbawa sampai ke Amerika. Cs-137 tidak mudah hilang. Dalam 35 tahun hanya hilang separonya. 35 tahun berikutnya berkurang separonya dari separo yang masih ada. Perlu lebih 100 tahun untuk bisa hilang sendiri.
Di Amerika udang dari Cikande dikirim ke puluhan supermarket milik Walmart. Maka pemerintah Amerika mewajibkan Walmart memusnahkan udang dari Indonesia itu. Juga meminta agar kontainer yang sudah tiba di Amerika untuk dikembalikan ke Indonesia. Ratusan kontainer. Yang masih di perjalanan harus putar balik di tengah laut --kembali ke Tanjung Priok.
Amerika juga langsung keluarkan jurusan Sapujagat. Tidak hanya udang PT BMS yang dilarang masuk Amerika, juga semua udang dari Indonesia. Siapa pun eksporternya.
Bahkan Amerika bikin sanksi tambahan. Untuk bisa masuk Amerika tidak hanya harus lolos FDA, tapi juga harus bersertifikat. Masih belum jelas lembaga apa yang mengeluarkan sertifikat nir-radioaktif.
Pesaing udang Indonesia tentu memanfaatkan situasi ini. "Pesaing utama kita adalah Ekuador, Vietnam, India, dan Thailand," ujar Prof Dr Andi Tamsil, ketua umum asosiasi udang Indonesia.
Dr Andi adalah ahli pembiakan ikan dari IPB Bogor --setelah S-1 dan S-2 di Unhas Makassar. Kini ia dosen perikanan di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
"Pemerintah lambat sekali. Harusnya langsung melancarkan diplomasi udang dengan Amerika," ujar Prof Andi Tamsil. "Sampai hari ini saya minta menghadap Pak menteri pun belum bisa," katanya.
"Yang terkontaminasi kan hanya yang dari BMS. Itu pun bukan akibat kelalaian BMS. Udang BMS dari tiga pabrik lainnya pun masih aman," ujar Dr Andi.
Andi masih menyisakan dua harapan: agar cepat dilakukan diplomasi dengan Tiongkok. "Ekspor udang kita ke Tiongkok amat sangat kecil. Hanya dua persen," ujarnya. "Apalagi kalau benar PT PMT itu PMA asal Tiongkok," tambahnya.
PT PMT telah menimbulkan bencana nasional. Primadona Indonesia sedang kejang-kejang. Ratusan triliun rupiah menguap. Satu juta orang akan kehilangan pekerjaan.
Kita kehilangan segala-segalanya: devisa, lapangan kerja, pasar Amerika, dan kehilangan bisnis andalan negara.
Saya bisa merasakan alangkah pusingnya Henry Hidayat, pemilik BMS. Padahal ia lagi semangat-semangatnya ingin mengalahkan bisnis udang milik ayahnya: PT Bumi Menara Internusa (BMI).
Kini usaha udang sang anak terpukul berat. Pun memukul bisnis orang tuanya. Memukul bisnis saya juga. Memukul Indonesia. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 9 Oktober 2025: Kilang Subsidi
djokoLodang
-Tulisan Abah tentang Purbaya.mengingatkan saya pada Gereja Purbayan di Solo. Saya, yangg lahir dan besar di Solo pada pertengahan abad lalu, pernah tahu ada gereja Katolik yang dikenal dengan nama "Gereja Purbayan". Tapi sudah lama lupa, karena sejak 1972 saya bermukim di Bandung. Purbayan artinya rumah kediaman bangsawan bernama Purboyo. Mangkuegaran adalah kediaman Mangkunegoro. Margoyudan kediaman Margoyudo. *) Kenapa di Solo ada gereja Katolik yang dikenal dengan nama Gereja Purbayan? Saya tanya teman SMP yang masih bermukim di Solo. Gereja dimaksud --nama resminya Gereja Santo Antonius Purbayan-- sebelumnya adalah kediaman Pangeran Purboyo, putera Pakubuwono IX yang memerintah pada Abad 19. Oleh Paku Buwono IX, kediaman Purboyo diberikan kepada umat Katolik di Solo untuk dijadikan gereja yang letaknya berdampingan dengan Kantor Balaikota Surakarta. Karena jasanya itu PB IX dianugrahi kalung rosario dari Vatikan. Jadi lah Pakubuwono IX satu-satunya raja Solo yang memakai kalung salib; agama yang dianutnya tetap Islam. Itu kisah dua abad yang lalu. *) Bagaimana jaman "now"? Putra Mahkota Kasunanan Solo saat ini adalah KGPAA Hamangkunegoro, yang juga dikenal sebagai Gusti Purbaya. Ia diangkat sebagai putra mahkota pada Februari 2022 oleh Sri Susuhunan Pakubuwana XIII dan memiliki nama lengkap KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram. Sekarang beliau sedang kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang.. --koJo.-
djokoLodang
-o-- ... *artikel sengaja tayang pukul 3 agar pemburu Pertamax -yang juga penonton timnas- tidak keburu ketiduran. ... *) Lain padang, lain belalang. Lain lingkungan, lain pula istilah yang digunakan. Di lingkungan Pertamina, "premium" kastanya paling rendah. Istilah yang sama --premium-- di lingkungan di luar Pertamina artinya istimewa. Layanan youtube premium, misalnya. Kartu kredit Premium paling dihargai. Apa lagi, ya? Layanan rumah sakit "Premium" lebih tinggi daripada Kelas-1. Di dunia penerbangan "Fisrt-Class" (Kelas-1) yang paling atas, di bawahnya ada Kelas Bisnis, lalu Kelas Executive. Paling bawah Kelas Ekonomi. Sama-sama melayani jasa transportasi, Kelas Eksekutif kereta api lebih tinggi daripada kelas bisnis. Di bawahnya ada kelas ekonomi premium, bawahnya lagi baru kelas ekonomi. Masih banyak contoh-contoh yang lain. Yang menarik, :general" artinya umum. Pelayanan umum, Anda tahu maknanya kan? Pelayanan untuk orang biasa, pelayanan untuk rakyat kebayakan. * Tapi di kalangan militer, "general" bisa berubah jadi Jendral. Sampai-sampai, para jenderal atau mantan jendral --tidak semuanya-- masih cenderung membawa "kejendralannya" saat berinteraksi dengan masyarakat di luar lingkungan militer, --koJo.-
rid kc
Baru ngerti kalau PLN harus beli listrik dari PLTS. Kalau aturannya seperti itu dirubah aja. PLN tidak wajib beli listrik hasil PLTS. Gitu aja kok repot. Kasihan PLN kalau diwajibkan beli listrik PLTS itu. Mengapa ada aturan seperti itu yang merugikan PLN. Yang buat aturan siapa itu? DPR kah? Kalau DPR berarti jelas DPR tidak berpihak pada kepentingan negara.
Tiga Pelita Berlian
Apakah dapat disimpulkan bahwa proyek PLTS tsb masuk kategori proyek BTAK? Biar Tekor Asal Kesohor dgn jargon energi terbarukan atau jargon green energy Seklangkong
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PLTS CIRATA: TRAGEDI ATAU "BIAYA BELAJAR"? Menyebut PLTS Cirata sebagai tragedi memang terlalu dramatis. Masalah utamanya bukan pada panel suryanya, tapi pada konteks energi kita yang belum seimbang. Mengapa dibilang tragedi? Produksi listriknya hanya siang hari, padahal Jawa justru sudah kelebihan listrik di jam siang. Di lain pihak, PLN wajib membeli listrik itu dengan harga lebih mahal dan menjual lebih murah. Akibatnya, subsidi bengkak dan APBN yang kena getahnya, sementara beban puncak malam hari tetap tak tertolong. Namun ada juga sisi positifnya. PLTS Cirata adalah showcase, bukti bahwa Indonesia bisa membangun solar farm terapung skala besar, 100 MW, yang menarik perhatian investor. Teknologi ini juga pintu masuk transisi energi, mengurangi ketergantungan batu bara dalam jangka panjang. Jadi, alih-alih tragedi, lebih tepat menyebutnya "biaya belajar" yang "mahal". Kita memang membayar lebih sekarang, tapi dapat pengalaman, infrastruktur, dan pijakan untuk merancang energi terbarukan berikutnya lebih cerdas. ### Toh, Cirata masih dipakai—meski shift kerjanya salah. Siang rajin, malam absen.
Taufik Hidayat
Judul artikel kali ini sebagai mana kebiasaan abah adalah pakai dua kata . Yuk langsung kita bahas saja. Kata pertama adalah kilang. Ini mengingatkan saya ketika di Malaysia suka bertemu dengan Bas Kilang. gak ada hubungan dengan Petronas apalagi Pertamina karena Bas Kilang adalah bus jemputan karyawan menuju ke pabrik . Kilang memang artinya pabrik kalau di sana. Selanjutnya karena sudah pakai bahasa melayu saya langsung ingat kampung kedua saya di Brunei. Nah ingat kilang minyak saya juga ingat sebuah monumen di Brunei yang namanya keren, Billiontg Barrel Monument yang ada di Seria , Kawasan (Distrik) Belait . Saya ingat ke saya sekitar tgl 1999 naik mobil Mazda milik teman yang karyawan Royal Brunei yang odomenternya mati di 57 ribu, jadi mau dipakai keliling Brunei pun gak berubah asal isi bbm di Shell aja .. Lalu kaya bersubsidi mengingatkan saya akan status sekolah swasta zaman dulu ada yang namanya smp bersubsidi . Kalau universitas sih ada yg terdaftar, diakui dan disamakan.. sudah dulu yah dongengnya !
Sadewa 19
Beberapa kali saya naik gojek, dan beberapa kali supir nya seorang sarjana. Begitupun hari ini, seorang sarjana tua bergelar haji pula. Saya suka iseng nanya, apakah happy jadi supir ojek online. Rata-rata jawaban mereka sama. Tidak happy, penghasilan jauh dari UMR. Berbeda dengan ojek online di Bangkok, atau Singapore. Saya juga tanya mereka, Berapa penghasilannya per hari. Mereka tampak happy. Bahkan kata supir online di Bangkok. Seorang wanita 5i. Penghasilan dari ojek online rata-rata 1 juta rupiah / hari. Mobil nya pun bukan mobil subsidi. Mobil mewah untuk ukuran sini. Mereka happy. Tinggal hitungan hari, pemerintahan Prabowo Gibran genap satu tahun. Jika ada janji menciptakan 19 juta lapangan kerja. Seharusnya per tahun ada 3.8 jt lapangan kerja tercipta. Jika tahun ini belum, maka target akan digulung ke tahun depan. Begitu seterusnya. Rakyat menantikan itu. Jangan meminta rakyat untuk mikir. Para pejabat dan anggota dewan yg terpilihlah saatnya mikir. Pikirkan agar subsidi 350 tn itu lebih tepat guna. Lebih cepat tercipta lapangan kerja. Jangan dulu memikirkan 2 periode. Jangan azan sebelum waktunya sholat.
Ibnu Shonnan
Iya benar juga, apa yang dikata pak Menkeu; "Kalian yang harus mikir. Masa saya". Tapi, realita di dunia medsos saat ini, 99,99% tidak berpikir seperti pak Menkeu. Coba perhatikan, setelah timnas kalah dengan Arab Saudi. Semua netizen di medsos seolah memikirkan apa dan bagaimana yang tepat meramu timnas. Belum lagi berita-berita viral sebelumnya. Yang bukan ahli ilmu Kalam (taqdir) rame-rame ikut memikirkan dan berkomentar akan ilmu itu, dst. Hingga saat ini, yang cocok dari pak Menkeu adalah "masa saya yang harus memikirkan".
Muh Nursalim
"Mosok saya yang mikir, ya kamulah yang mikir". Doktrin baru yang sebenarnya bukan baru. Di dunia militer berbeda. "tidak ada prajurit salah. Yang salah adalah komandan." Ya. Prajurat hanya bisa bilang. "Siap. Kerjakan !". Ndak boleh mikir. Ndak boleh tanya kenapa.
Akem SNJ
Untuk warga Jawa Barat, ada aplikasi Sapawarga. Salah satu menunya ada Sambara untuk cek dan bayar pajak kendaraan secara online. Ada pilihan cek pajak kendaraan orang lain. Suatu sore di lampu merah, pas berhenti di belakang mobil tangki Pertamina. Iseng buka Sambara. Pengen tau, berapa pajak mobil tangki. Pas dicek, hasilnya KENDARAAN TIDAK TERDAFTAR. Kepikiran mau ulang dari awal dengan screen recorder. Kalau dishare di medsos bisa viral. Tapi ya sudahlah. Cukup tau saja. Nanti kalau ketemu mobil tangki pertamina, mau coba cek lagi. Kalau ternyata hasilnya sama, berarti.. Eng ing eeeeng.. Wkwkwkwk..
Hasyim Muhammad Abdul Haq
Yang perlu ditambah itu sebenarnya kilangnya atau sumur minyaknya? Menambah kilang memang mengurangi impor BBM jadi, tapi tetap saja kita harus impor minyak mentah. Kondisi kilang yang sudah tua-tua dan sumur yang nggak bertambah itu berbanding terbalik dengan batu bara yang masih melimpah. Itulah kenapa beralih ke mobil listrik bisa jadi solusi karena mengalihkan kebutuhan BBM ke listrik (batubara). Di sisi lain PLTU ditekan internasional untuk tak lagi dipakai -padahal kita punyanya ya itu. Dari semua itu, menurut saya, Pak Purbaya lebih baik mendorong segera peralihan mobil (dan motor) BBM ke mobil listrik. Lalu bangun PLTU-PLTU baru biar listrik makin murah. Subsidinya ke bangun PLTU saja. Soal tekanan internasional, tampaknya Pak Purbaya adalah model Menteri yang berani melawan desakan internasional. Soal rokok saja ia berani melawan arus. Internasional mendesak mematikan industri rokok. Tapi kalau mengurangi lapangan kerja, ya ngapain ngijutin maunya internasional. Mari kita komporin Pak Purbaya untuk selalu berani melawan tekanan internasional. Yang harus kita pikirkan adalah bangsa kita sendiri.
Muh Nursalim
Harga kambing ancur. Harga susu kambing ancur. Peternak kambing bertumbangan. Ternyata pemerintah impor karkas kambing dari Australia. Kementerian haji semoga punya solusi untuk para peternak kambing. Hlo, Apa hubungannya ? Begini. Kita punya kuota haji 221 ribu. Setiap jamaah wajib menyembelih kambing yang disebut hadyu. Nah, kalau kambing2 itu berasal dari peternak indonesia. Tentu ekosistem haji akan berdampak kepada peternak. Biaya beli kambing sertakan saja di biaya haji. Tinggal nanti di share ke para peternak.
istianatul muflihah
Saya baru nonton drama korea, Under The Umbrella's Queen... Cerita tentang seorang ratu yang membesarkan 5 anak laki-lakinya yang 4 di antaranya dianggap 'berandal'. Salah satu obrolan dengan salah seorang anak, "bukan berarti ibu selalu benar, hanya karena lebih tua." Cerita zaman kerajaan korea nampaknya memang lebih dihafal penonton drakor, daripada sejarah majapahit atau sriwijaya. Meskipun ide ceritanya sering mirip, Tentang dendam, manusia manusia licik dan haus kuasa, juga jebakan dan siasat, tapi kadang dalam problem solving drama itu ada ilmu toksikologi klinik saat mengungkap kasus kematian, ada ilmu farmakognosi dalam upaya pembuktian. Dalam drakor Under The Umbrella's Queen, utamanya menjadikan sosok ratu sebagai ibu negara, ibu bagi anaknya, sebagai pribadi yang kadang juga rapuh dan kerap sedih, tapi juga ambisius dan rajin belajar biar ngga mudah terjebak permainan dan intrik.
Suardi Usman
Setuju.. Pertamina bukan malas, tapi lagi mikir keras. Mungkin saking kerasnya sampai sulit keluar solusinya. mungkin perlu diganti kalimatnya: Pertamina sedang menunggu momentum. Itu pun kalau momentumnya nggak kelewatan kayak nunggu angkot yang udah penuh dari tadi.
daeng romli
Klo menurut saya Bah, apa yg dikatakan oleh pak Purbaya bukan celetukan. Itu realita yg memang terjadi. Klo Pertamina itu malas2. "Ini Benar" Sdh lama katanya mau membangun kilang sendiri, tapi tdk realisanya. Dalam hati orang2 pertamina berkata "Mengapa harus membangun kilang sendiri, klo utk menyewa itu lebih Nikmat" Itu pendapatku Bah..... #wesngonoae
djokoLodang
-o-- Diplomasi Kakek + Kamu duduk di kursiku, Cucu. - Iya, Kek. Ternyata memang enak duduk di sini. + Tahukah kamu apa yang terjadi pada orang yang duduk di kursi favorit Kakek? - Apa itu, Kek? + Perlahan-lahan mulai berubah menjadi orang tua sepertiku! Oh, lihat, sepertinya sudah ada bintik botak kecil di kepalamu. - Haaa!!....... (Cucu melompat dan berlari pergi ...) --koJo.-
Juve Zhang
Bos CHDI sering nulis Panel Surya Cirata jengkel sudah ke ubun ubun beliau.....harga jual mahal kerja siang doang....malam nyari ..... wkwkwk...ketika listrik surplus banyak eh malah beli listrik mahal buatan Om Jin Ping....wkwk....namanya sudah jatuh ketiban tangga....gede juga 100 MW....mending kalau posisi kekurangan listrik....ini surplus banyak bahkan beberapa PLTU akan mati Muda.....tukang strum bengong saja kalau bisnis Raja harus dijamin Cuan....kalau bisnis rakyat sabodo amat rugi urusan dia.....itulah produk pemimpi kita ,lebih sayang Raja dari rakyat.....Raja gak boleh rugi...Cuma biasa....gas melon beli ke Raja....Suraya panel harus dibeli....semua demi kesejajaran Raja yg sudah kaya raya....lihat dompet rakyat 5 lembar nominal 2000 an Amsiong!....
Gregorius Indiarto
"* artikel sengaja tayang pukul 3 agar pemburu Pertamax -yang juga penonton timnas- tidak keburu ketiduran." Ini adalah tanda bahwa perusuh begitu istimewa dihati Juragan. Terkhusus perusuh pemburu Pertamax. Pemburu Pertalite pasti juga istimewa, meski tidak diistimewakan pada CHD hari ini. Met siang, salam sehat, damai dan bahagia.
Liam Then
Masalah listrik produksi panel surya, bukankah sudah ada pelajarannya dari apa yang terjadi di Jerman tahun 2000-an? Perusahaan listrik disana alami rugi luar biasa karena aturan "penghijauan" pemerintah dalam hal kewajiban membeli listrik produksi surplus siang hari dari panel surya. Saya ingat baca liputan khusus tentang ini disebuah majalah jauh sebelum panel surya jadi trend di Indonesia. Mengapa bisa dibiarkan terjadi ulang di Indonesia oleh pemegang kebijakan? Apakah mereka tak tahu, tak mau tahu, atau pura-pura tidak tahu? Kalau tak tahu tak mungkin, karena berita tentang energi, harusnya mereka lebih awas. Tak mau tahu juga tak mungkin karena lingkup pekerjaannya. Menyisakan yang terakhir.. pura-pura tidak tahu. Ah saya malas menebak, karena ini hanya Langit Yang Diatas yang tahu.
Liam Then
Whoosh saya kira tidak salah, asal jangan separoh-separoh seluruh kota besar di Jawa harus terhubung Whoosh. Barulah efek ekonomi maksimal bisa tercapai. Operasional pesawat sungguh mahal, perjalanan darat pergerakan seratusan juta populasi pakai kendaraan mobil, ciptakan tekanan besar pada anggaran pemerintah untuk pemenuhan BBM. Jadi agak kontradiksi, kalau Ko Juve dukung mobil listrik tapi tak dukung Whoosh. Di Tiongkok kereta cepat itu digalakan untuk agar interkoneksi kantong populasi mereka bisa tidak terlalu tergantung pada pesawat yang biayanya sangat besar. Lihat saja berapa pesawat yang dioperasionalkan oleh maskapai lokal disana. Pesawat teknologinya praktis dimonopoli oleh yang anda sudah tahu. Ndak ada pesawat yang murah. Jika sewaktu -waktu embargo diterapkan, sektor transportasi nasional mereka disana bisa mendadak lumpuh. WHOOSH terpilih karena ada klausul persetujuan alih teknologi, dibanding dengan kontraktor Jepang. Ko Juve sudah tahu, berapa puluh tahun industri otomotif Jepang cuan di Indonesia, alih teknologinya apakah sudah ada? Terakhir cuma Agya yang dipropagandakan sebagai hasil kreasi anak bangsa, utnuk bikin senang. Apakah kita pernah diberi tahu, berapa juta dollar cuan yang ditransfer balik ke Jepang akibat operasional cuan berpuluh tahun di Indonesia, untung penjualan sparepart, tanpa ada alih teknologi signifikan? Di Tiongkok, ini tidak terjadi, perusahaan WV, Ford, GM, silahkan masuk , tapi ketat harus alih teknologi, hasilnya jelas.
Liam Then
Pak Bos pernah tulis tentang pembangunan PLTU batu bara di Tiongkok yang kembali marak. Kemarin ketemu seorang YouTuber, yang menampilkan grafik, dimana saja pembangunan PLTU dibangun diseluruh Tiongkok. Grafiknya sungguh mengejutkan, hampir merata diseluruh provinsi Tiongkok. Barusan AI tunjukan, jumlah kapasitasnya sungguh bikin kaget, cobalah baca kalimat ini : "New coal power capacity approved in 2024 66,7 gigawatt" Perlu diingat total KESELURUHAN kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional kita, ada diangka 91,16 gigawatt saja. Jadi soal hal perihal pemenuhan kebutuhan energi nasional secara swadaya, kayaknya kita butuh bentuk tim khusus, kontak embassy Tiongkok, tanya apakah bisa tugaskan mereka belajar ke Tiongkok. Sudah saatnya kita belajar ke yang terbaik dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional yang terbukti mampu ciptakan kondisi ideal : kedaulatan nasional tetap terjaga, kondisi ekonomi terjaga dan terpelihara (tariff listrik industri di Tiongkok merupakan salah satu yang termurah di dunia). Pemimpin nasional Tiongkok Deng Xiaoping dulu, tak sungkan belajar ke yang lebih ahli, ke Singapura, ke Amerika, ke Rusia, ke mana saja. Yang bersangkutan ndak gengsi. Mungkin sudah saatnya pemimpin kita juga.
Bahtiar HS
Entah ini saya kok lagi iseng banget: Pak Bos menulis setiap 1 juta mobil memerlukan BBM 1,3 juta kiloliter BBM per tahun. Asumsinya: setiap mobil berjalan 15.000 km/tahun. Setiap satu liter bisa untuk 12 km-- kecuali mobil Anda. Padahal kalau dihitung kan = (1 juta x 15.000 km)/12 km = 1.250.000.000 liter atau 1,25 juta kiloliter. Lha kok "dibulatkan" 1,3 juta, Bos? Memang cuma selisih angka di belakang koma. Tp ini order jutaan kiloliter. Selisihnya 1,3 juta dengan 1,25 juta kiloliter = 50.000 kiloliter = 50.000.000 liter. Jika ini pertamax yg harganya sekarang Rp 12.200 / liter, maka selisih itu jika dirupiahkan = 50.000.000 liter x Rp 12.200 / liter = Rp 610.000.000.000 alias Rp 610 T! Ini korupsi ugal-ugalan, Bos! Lebih dari 2 kali lipat korupsi Timah yg dilakukan HM. Bisa penjara 20 tahun! Itu baru untuk 1 juta mobil. Belum 19 juta mobil! Bisa selisih Rp 11.590 T hanya karena selisih koma. Angka yang mengingatkan saya pada seseorang yang pernah menyebut angka Rp 11.000 T ada di kantongnya, sepuluh tahunan yang lalu. Mungkin uang itu sekarang ada di bungkernya --belum sempat dipotong2 :))
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 210
Silahkan login untuk berkomentar