Bahaya Cessium-137 di Cikande: Butuh 70 Hari untuk Bersihkan Radiasi dari Tubuh, Obatnya Ternyata Langka!
Satgas penanganan radioaktif Cessium-137 (Cs-137) melakukan dekontaminasi radioaktif Cs-137 di Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, belum lama ini.-Andika/Bantenraya.com-
SERANG, DISWAY.ID — Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) memberikan penjelasan soal bahaya paparan zat radioaktif Cessium-137 (Cs-137) terhadap tubuh manusia.
Pasalnya, proses alami tubuh untuk mengeluarkan zat ini memakan waktu cukup lama — sekitar 70 hari — dan obat penangkalnya, Prussian Blue, sangat langka di Indonesia.
Pranata Humas Ahli Madya Bapeten, Abdul Qohhar, mengatakan bahwa tubuh manusia memang mampu mengeluarkan zat radioaktif Cs-137 secara alami melalui feses, urin, dan keringat. Namun, proses ini berlangsung lama dan membuat tubuh terus terpapar radiasi selama lebih dari dua bulan.
“Secara alami zat radioaktif yang masuk ke tubuh akan keluar sendiri dalam waktu sekitar 70 hari,” ujar Qohhar, Senin (3/11/2025).
Menurut Qohhar, paparan radiasi Cs-137 dengan dosis tinggi dapat merusak sel tubuh dan memicu berbagai gangguan kesehatan serius.
"Kalau harus menunggu 70 hari, mau tidak mau tubuh menerima paparan radiasi terus-menerus. Padahal itu tidak perlu terjadi kalau zatnya bisa segera dikeluarkan,” jelasnya.
Karena itu, penanganan medis sebaiknya dilakukan sesegera mungkin agar dosis radiasi yang diterima tubuh tetap minimal.
BACA JUGA:Beras Befood Resmi Dijual, Ini Perbedaan Utama dengan SPHP dari Bulog!
Prussian Blue, Obat Langka Penetral Radiasi
Qohhar mengungkapkan, cara paling efektif untuk mempercepat pengeluaran zat radioaktif Cs-137 dari tubuh adalah dengan menggunakan obat Prussian Blue. Obat ini bekerja dengan cara mengikat partikel Cs-137 agar lebih mudah dikeluarkan lewat sistem ekskresi tubuh.
"Secara kimiawi, Prussian Blue akan mengikat Cs-137 di tubuh sehingga bisa lebih cepat dikeluarkan. Tapi obat ini tidak dijual bebas dan stoknya sangat terbatas,” ungkap Qohhar.
Ia menambahkan, ketersediaan obat Prussian Blue di Indonesia saat ini sangat minim. Bahkan, Bapeten, BRIN, dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum memiliki stoknya secara mandiri.
“Di BRIN juga tidak ada, Kemenkes pun masih impor. Untuk harga dan bentuknya seperti apa, saya belum lihat. Lebih lengkapnya bisa dikonfirmasi ke pihak terkait,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: