BRIN Kembangkan Teknologi Radiasi Nuklir untuk Daur Ulang Limbah Plastik

BRIN Kembangkan Teknologi Radiasi Nuklir untuk Daur Ulang Limbah Plastik

Rakor perkembangan teknologi nuklir untuk daur ulang sampah plastik BRIN dan IAEA-Disway/Annisa Zahro-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembangkan teknologi radiasi nuklir untuk mendaur ulang limbah plastik.

Dalam hal ini, Indonesia ditunjuk oleh Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) menjadi salah satu pilot country program NUTEC Plastics.

BACA JUGA:Dukung ESG, PNM Kolaborasi dengan BRINS

BACA JUGA:Asteroid Bennu Ancam Tabrak Bumi, BRIN Beberkan Dampak Kerusakannya

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Syaiful Bakhri menjelaskan penggunaan teknologi nuklir ini menjadi pendekatan baru dalam pengolahan sampah, dari yang sebelumnya dikenal dengan 3R (reduce, reuse, recycle).

"Teknologi nuklir ini punya kemampuan untuk mendegradasi material untuk mengubahnya dari sampah tadi sehingga menjadi material baru," terang Syaiful pada rapat koordinasi IAEA RAS1031 di Jakarta, 17 Februari 2025.

Dengan begitu, material baru yang dibentuk bersama dengan daur ulang plastik tersebut akan memberikan nilai tambah yang ramah lingkungan.

BACA JUGA:Sosok Febrini, Wakepsek SMAN 1 Mempawah yang Kerap TikTokan Saat Jam Kerja Bikin Siswa Geram

BACA JUGA:Ahli Bahasa BRIN Jelaskan Bedanya Tip dan Sogokan, Bisa Berujung Pemerasan?

"Tidak hanya nilai tambah 'kemampuan' atau 'struktur material' itu saja, tetapi teknologinya harapannya memang lebih ramah lingkungan, bisa diterima di berbagai sektor industri dan seterusnya," paparnya.

Koordinator Nasional Proyek RAS1031 IAEA Tita Puspitasari menambahkan, nantinya proses radiasi akan dilakukan pada limbah plastik yang sudah diolah sehingga teroksidasi.

Salah satu produk yang tengah dikembangkan pihaknya saat ini adalah kompatibilizer yang biasa digunakan di industri komposit.

"Ketika dioksidasi, akan terjadi konversi di gugus fungsinya menjadi karbonil yang suka air (hidrofilik), dan satu lagi masih memiliki gugus yang hidrofobik."

Dengan kedua sifat tersebut, kompatibilizer menjadi jembatan bagi pembentukan material baru tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads