Eks Menag Lukman Hakim Disindir Keras, Tokoh NU: Sama LGBT Lunak, Sama UAS Anda Galak

Eks Menag Lukman Hakim Disindir Keras, Tokoh NU: Sama LGBT Lunak, Sama UAS Anda Galak

Pendukung UAS Minta Dubes Singapura Minta Maaf-Taufiq TV-YouTube Channel

JAKARTA, DISWAY.ID - Tokoh Nadhlatul Ulama (NU), Umar Hasibuan menyindir mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin.

Menurut Umar Hasibuan atau biasa disapa Gus Umar, Lukman Hakim sangat lunak dengan kaum LGBTm namun kepada Ustaz Abdul Somad yang merupakan seorang ulama menunjukkan sikap sebaliknya.

“Sama LGBT anda Lukman Saifuddin lunak. Sama UAS ulama anda galak,” ucap Umar Hasibuan.

Setelah menuding Lukman Saifuddin lebih condong ke LGBT dibangdinkan UAS, Gus Umar juga mendesak agar KPK RI umumkan kasus dollar di laci eks Menag ini. 

BACA JUGA:Hati-hati Dubes Singapura, Cepat Minta Maaf atau Segera Angkat Kaki dari Indonesia

“Coba KPK RI umumkan ke publik kasus dollar dilaci ex menag ini. Apa sudah selesai atau nggak,” ujar Gus Umar, dikutip dari Twitter @UmarHasibuan70_, pada 20 Mei 2022.

Tak hanya itu, Umar Hasibuan juga membagikan berita pernyataan Lukman Hakim soal LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).

Sebelumnya, Lukman Hakim menilai umat beragama wajib mengajak umat yang menyimpang dari ajaran agama untuk kembali ke jalan yang benar.

BACA JUGA:Elon Musk Dituduh Lakukan Pelecehan Sexual Pramugari Jet Pribadi, Apa Terkait Akusisi Twitter?

Lukman Hakim juga meminta agar  pemuka agama aktif secara perlahan memberikan pengertian kepada pelaku tindak LGBT dan kumpul kebo agar kembali mengikuti ajaran agama yang baik dan benar.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi juga ikut mengomentari kasus Ustaz Abdul Somad (UAS) yang 'diusir' dari Singapura.

Menurutnya, hal yang terpenting adalah untuk lebih mengerti soal etika hidup bertetangga, terlebih antar negara.

BACA JUGA:Terbukti! Warga Bandung Datangi Kodam lll Siliwangi Demi Coba Nikuba, Katanya: Nyaman Sama Kayak BBM

Muhadjir menilai setiap negara memiliki etika dan tata caranya masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: