Buya Syafii Maarif Mantan Jurnalis yang Hidup dalam Kesederhanaan dan Tak Haus Kekuasaan

Buya Syafii Maarif Mantan Jurnalis yang Hidup dalam Kesederhanaan dan Tak Haus Kekuasaan

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat saat bertakziah dan menyampaikan belasungkawa secara langsung kepada segenap keluarga almarhum, Jumat 27 Mei 2022. -Foto-foto: Setpres/Muchlis Jr-Disway.id

BACA JUGA:Anies Masih di London, Ridwan Kamil Sowan ke Airlangga, Ganjar Jenguk Buya Syafii yang Terbaring Sakit

Selanjutnya, Presiden Jokowi berpamitan dengan istri almarhum, kemudian turut mengantarkan jenazah keluar masjid menuju mobil jenazah. Setelahnya, Presiden bersama dengan rombongan menuju Pangkalan TNI AU Adi Sutjipto untuk kembali bertolak ke Jakarta.

Turut mendampingi Presiden saat bertakziah yaitu Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Buya Syafii sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, sejak 14 Mei 2022 karena mengalami sesak napas. Sebelumnya pada pada Maret 2022, Buya Syafii juga sempat dirawat rumah sakit yang sama karena mengalami serangan jantung ringan.

Kepergian Buya Syafii tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi warga Muhammadiyah, namun juga bagi umat Islam dan segenap bangsa Indonesia.

Buya Syafii lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau, pada 31 Mei 1935, dari satu keluarga yang sederhana.

Semasa mengeyam pendidikan di jurusan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, Syafii muda pernah menggeluti beberapa pekerjaan demi menyambung kehidupan, di antaranya menjadi guru mengaji, buruh, pelayan toko, berdagang serta guru honorer.

Dia juga pernah berkecimpung di dunia jurnalistik dengan menjadi redaktur majalah Suara Muhammadiyah hingga sebagai anggota Persatuan Wartawan Indonesia.

Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini meraih gelar master di Departemen Sejarah Universitas Ohio, AS.

Kemudian gelar doktor diperolehnya dari program studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS, dengan disertasinya berjudul "Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia".

Syafii menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, menggantikan Amien Rais.

Setelah tak lagi menjabat di PP Muhammadiyah, Syafii kemudian aktif di lembaga advokasi dan pendidikan yang didirikannya, yakni Maarif Institute.

Syafii juga dikenal sebagai penulis. Banyak pemikirannya yang mewarnai dunia Islam. Pada Tahun 2015 Syafii pernah menjadi Ketua Tim Independen yang mengatasi konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: