Sodiq Amin
--
SRI LANKA kini diibaratkan kapal yang sedang tenggelam. Sedang Pakistan sudah berusaha tetap mengapung.
Sudah diputuskan: Sri Lanka tidak bisa membayar utang. Sabtu lalu. Terserah mau diapakan.
Perdagangan saham pun dihentikan. Seminggu dulu –entah bagaimana selanjutnya. Saham itu, kalau tidak distop, pasti rontok.
Listrik di sana sudah byar-pet. Parah. Tidak tertahankan. Bensin dan solar juga harus diantre. Bahan makanan tidak cukup. Devisa untuk impor pun tidak ada.
Benar-benar seperti kapal mau tenggelam.
Kita aman. Mestinya. Ekspor kita terbesar dalam sejarah –devisa kita tertinggi sejak 1945. Ekspor sawit, batu bara dan nikel mencapai kejayaannya: terima kasih Rusia?
Sedang ekonomi Sri Lanka sekarang ini yang terburuk. Dalam sejarahnya sebagai negara merdeka. Terburuk sejak 1948.
Tiongkok tidak bisa lagi diutangi. Juga India. Itulah sikap dua pemberi utang terbesar Sri Lanka.
Sejak dua tahun lalu Tiongkok dan India sudah mengerem ekspansi keuangannya. Mereka sudah melihat tidak ada lagi kemampuan Sri Lanka untuk membayar utang.
Tiongkok justru menyarankan agar Sri Lanka –juga Pakistan– untuk kembali ke IMF. Mereka adalah anggota IMF –dan IMF wajib menolong anggotanya.
Tapi Anda sudah tahu: prosedur di IMF sangat panjang. Dan rumit. Dan harus prudent. Tidak mungkin IMF bisa mengucurkan dana mendadak.
Padahal istana presiden Sri Lanka sudah dikepung pendemo. Sudah lebih satu minggu. Tuntutan mereka kian keras: Presiden Gota Rajapaksa harus mundur.
Di Pakistan lebih baik. Militer kian terlihat pendukung Perdana Menteri Baru Shehbaz Sharif.
Pemimpin baru itu sudah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM. Juga menahan kenaikan tarif listrik –bahkan akan menurunkannya.
Putra sulung Sang Perdana Menteri justru menyusul terpilih sebagai Gubernur Punjab. Pekan lalu. Itulah provinsi terpenting di Pakistan.
Konsolidasi keluarga Sharif kelihatannya terus dilakukan. Tinggal mantan Perdana Menteri Imran Khan yang masih terus berusaha memojokkan Sharif.
Imran begitu marah dengan pengkhianatan di partainya. Yang membuat ia sampai kehilangan jabatan.
Memang tidak ada istilah dagang sapi di perpolitikan Pakistan. Tapi ada dagang kuda –istilah yang sama dengan di Eropa.
Juga tidak ada istilah loncat pagar di sana. Tapi ada ''pelintas lantai''.
Pedagang kuda dan pelintas lantai itu disebut Imran sebagai bukan orang yang sodiq dan amin. Dua istilah itu, di Indonesia, sering diucapkan sebagai ''sodiq dan amanah''.
Intinya: politisi yang seperti itu tidak bisa dipercaya. Menurut Imran mereka harus dilarang jadi anggota DPR. Seumur hidup. Mereka dianggap melanggar keterwakilan seperti yang dimaksudkan konstitusi. Mereka melanggar konstitusi.
Begitulah inti surat yang dikirim kuasa hukum mantan perdana menteri Imran Khan. Surat itu ditujukan ke Mahkamah Agung. Tindasannya ke banyak pihak. Termasuk ke pemerintahan baru Pakistan yang menggantikannya.
Imran menghendaki agar MA mengeluarkan putusan: mencabut hak politik mereka yang tidak sodiq dan amanah itu. Agar tidak bisa dipilih lagi sebagai anggota DPR. Seumur hidup mereka.
Itu menunjukkan betapa jengkel Imran atas pengkhianatan anggota DPR dari partainya. Yang menyeberang dari lantai pemerintah ke lantai oposisi.
Memang tidak ada pagar yang memisahkan antara tempat duduk kedua blok itu. Mudah. Tinggal menyeberang begitu saja. Justru akibatnya yang sulit –bagi Imran Khan: ia jatuh dari kursi pusat kekuasaan.
Di Amerika yang seperti itu biasa. Terang-terangan. Pun pekan lalu. Beberapa anggota Senat dari Partai Republik memilih Ketanji Brown Jackson sebagai hakim agung yang baru. Padahal kebijakan Partai Republik jelas: jangan pilih dia.
Dia dicalonkan oleh Presiden Joe Biden. Dia adalah wanita kulit hitam pertama yang menjadi calon hakim agung.
Di AS, Hakim Agung itu jabatan seumur hidup. Beranggotakan 9 hakim agung. Mereka hanya bisa kehilangan jabatan kalau meninggal dunia. Atau mengundurkan diri.
Ketanji Brown, 51 tahun, lulusan Harvard University yang top itu. Kelulusannyi pun summa cum laude. Suaminyi kulit putih. Dua anaknyi punya kulit seperti bapak mereka.
Akibat pembelotan tiga anggota Senat dari Republik itu Ketanji menjadi sejarah 233 tahun Amerika. Wanita kulit hitam pertama terpilih sebagai hakim agung.
Di Pakistan yang membelot itu 24 orang. Cara membelotnya pun dramatik. Mereka tidak hanya menyeberangi lantai. Mereka juga menyeberangi jalan. Berhari-hari mereka bersembunyi di suatu tempat. Tidak jauh dari ''perumahan'' DPR. Alasan mereka: untuk menyelamatkan diri dari ancaman.
Tempat persembunyian mereka itu yang jadi masalah: di Sindh House. Itu mirip hotel bintang lima. Bagus. Mewah. Dengan halaman yang luas. Perbukitan di belakangnya. Secara hongsui itu membawa hoki: bersandar ke gunung, memandang ngarai yang luas.
Dari namanya saja Anda sudah tahu: ''hotel'' itu milik Pemda Provinsi Sindh. Itulah provinsi terpenting kedua di Pakistan. Pejabat-pejabat dari Sindh tinggal di situ –kalau lagi ada urusan di ibu kota Islamabad.
Pemda Sindh perlu membangun itu karena, sebagai IKN baru, kala itu, Islamabad dianggap belum punya hotel yang memadai.
Provinsi Sindh selalu dikuasai PPP –partainya keluarga Bhutto yang ikut menggulingkan Imran.
Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto memang orang Sindh. Meninggal digantung. Benazir Bhutto, anaknya, yang juga pernah menjabat perdana menteri, meninggal ditembak.
Ketika itu Zardari Bhutto yang masih 17 tahun diangkat jadi ketua partai. Ia menggantikan Sang Ibu. Sampai sekarang. Kini Zardari umur 30 tahun. Jadi anggota DPR.
Mungkin karena masih merasa terlalu muda, Zardari tidak bersaing untuk merebut kursi perdana menteri. Ia pilih mendukung Shehbaz Sharif dari Punjab.
Provinsi Punjab selalu dikuasai partai PMN-N milik keluarga Nawaz Sharif.
Imran tidak mendapat tempat di dua provinsi utama itu. Ia orang Pashtun, meski lahir di Lahore, ibu kota Punjab.
Waktu Imran jadi anggota DPR dapilnya memang Mianwali, masih masuk Punjab, tapi distrik ini di perbatasan Boluchistan –provinsi miskin yang suku Pashtunnya dominan.
Maka di Pakistan itu, Sindh milik Bhutto. Punjab milik Sharif. Dan Imran hanya mungkin kebagian tempat di Balochistan. Tragisnya, yang kemarin la shodiqon wala aminan itu justru dari sana.
Masih ada satu provinsi lagi di Pakistan. Terlalu kecil untuk jadi basis politik: Khyber.
Bahwa mereka bersembunyi di Sindh House - -dalam istilah politik di Indonesia disebut ''dikarantina''– itulah yang mencurigakan: mereka pasti telah dibeli. Atau dipaksa. Agar Imran jatuh.
Tentu, waktu itu, wartawan mengejar mereka ke tempat persembunyian itu. "Memangnya kami ini anak-anak kok bisa dipaksa," kata mereka.
"Apakah kalian akan memberikan suara ke blok oposisi?" tanya wartawan Pakistan saat itu.
"Kami akan memberikan suara sesuai hati nurani," jawab mereka, diplomatis.
Jarak antara perumahan parlemen dan Sindh House itu hanya 2 km. Kota Islamabad memang tidak besar –sengaja dibangun hanya untuk ibukota baru. Lokasinya sedikit di luar kota Rawalpindi –ibukota lama.
Waktu itu pengikut Imran pun tahu di mana pembelot itu bersembunyi. Masa Imran berusaha mendatanginya. Tidak bisa masuk. Hanya bisa teriak-teriak di luar pagar. Sambil menendang-nendang bagian yang kuat -agar tidak terjadi kerusakan yang bisa menjerat mereka.
Akankah MA mengabulkan permintaan Imran Khan itu?
Rasanya sulit. Mesti mereka diusung partai, tapi rakyat memilih mereka sebagai perorangan. Berdasar suara terbanyak pula. Tidak seperti zaman Orde Baru: mencoblos tanda gambar partai.
Imran seperti salah langkah berkali-kali. Ia memang membuat langkah baru untuk memperbaiki kesalahan langkah lama tapi justru menambah kesalahan.
Misalnya ini: anggota DPR dari partainya tidak hanya disuruh WO. Yakni di pemungutan suara untuk menjatuhkan dirinya. Imran sekaligus minta mereka untuk mengundurkan diri dari keanggotaan DPR.
Melihat langkah itu, partai oposisi –sekarang menjadi partai pemerintah– tentu cuek bebek. Justru bersyukur. Maka pemerintahan Shehbaz Sharif sekarang ini tanpa oposisi sama sekali.
Itu belum pernah terjadi.
Sri Lanka dan Pakistan sama-sama bekas jajahan Inggris. Dengan warisan demokrasinya yang kuat. Tapi belum pernah ada partai yang benar-benar bisa menguasai parlemen. Pemerintahan pun begitu rentan. Sepanjang masa.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Percaya Dokter
eko puspitowarno
Saya percaya Profesi Dokter tetap yg terbaik, kalo rendah kita Yang jadi bahan percobaan seperti TAP, metode yg beliau pakai hanya DSA biasa untuk melihat pembuluh darah di otak ada penyumbatan atau tidaknya, sama halnya di Jantung ada DCA untuk mendiagnostik ada penyumbatan di dalam pembuluh darah jantung tapi Dokter Jantung intervensi tidak menyebutnya tindakan cuci Jantung dengan cairan Heparin Yang sama dengan DSA. Abah bisa tanya lebih jelas lewat Dr Jeffrey D. Adipranoto, SP.Jp. Salam sehat. Klinik tongfang & ponari viral karena testi, semoga kedokteran berdasar ilmiahnya Yang terus terjaga
Erik Sugianto
Maaf oot. Saya baca dan amati komentar yang dipilih Abah, antara tulisan Desi A dan Demo A. Komen yg dipilih dari Tulisan Demo A: tengah dan cendrung mendukung Ade Komen yang dipilih dari Tulisan Desi A: Cenderung semua mendukung Adi. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa sebenernya Abah mendukung Ade. Bukan kadrun. (Jika yg memilih komentar untuk dipost di tulisan hari besoknya adalah Abah)
Leong putu
Hahaha...buat @Mas Heri Kurniawan, jangan terlalu terbawa perasaan. Sebab kadang perasaan itu bisa menipu. Saya punya cerita tentang itu : Waktu kelas tiga SMP, saya merasa ada satu cewek yang naksir saya. Dia selalu mendekat ke saya. Ehhh....ketika saya kirim surat ke dia, saya nyatakan cinta. Ternyata dia mendekat karena ingin nebeng "belajar" nulis aksara Bali. Dan yang lebih parah lagi, hasil contekannya dia bagi ke pacarnya. Sakit gak ? Sakiiiiiiiiit bianget Mas....
Liam Then
@ Bang Leong , ah saya dulu lebih parah, ada gadis yang saya kira naksir saya, senyum-senyum terus, saya deketin mau tak ajak makan bakso malam minggu nanti. Makin saya mendekat makin lebar senyum nya, lesung pipit nya sungguh tak tahan. Blom saya ngomong eh dianya ngomong duluan : "Resleting kamu kebuka"
Richolas Tjhai
Ngomongin istri saya juga punya cerita, kemarin saya dan istri bertengkar hebat. Masalahnya saya ingin beli mobil baru, sedangkan istri saya kepingin beli kalung dan gelang 24karat untuk investasi. sedangkan kami belum punya uangnya, Mohon solusinya om Leong
Budi Mulyono Gunawan
Om Leong jika mengacu pada kaidahnya istri haruslah 3 kalo cuman 1 is one, 2 is two kalo 3 barulah istri.Apakah om Leong atau cak Otong Sutisna berminat ? Yang pasti menentang bung Aat boro2 tiga wong satu aja kagak nyantol wakakak. Maaf sekedar intermezo
Leong putu
Saya patut berbangga. Istri saya sangat percaya pada saya. Dia begitu yakin bahwa saya tidak akan menduakannya. Itu terjadi sejak ATM tempat gaji dan bonus ditransfer dipegang olehnya. Sungguh kepercayaan yang berharga. I love my wife. She love me to. .. Oh so sweet..... #edisi_gaya_ngingris
Johannes Kitono
Membaca Disway itu seperti minum Narkoba. Tingkat ketergantungannya tinggi. Kalau sedang baca atau tulis komentar bisa lupa anak isteri. Disway mungkin satu satunya media yang sangat demokratis di Indonesia . Membebaskan para pembaca mengkadrun dan mencebongkan juragan Disway tanpa kena sensor atawa blokir. Tapi ternyata itu membuat sang juragan resah dan ngambek mau pensiun. Atau pura pura resah sekedar mau Tes Air saja. Now para pembaca khususnya komentator yang resah. Kalau Disway tanpa juragan DI apakah masih enak dibaca. Anda pasti sudah tahu jawabannya.
Tikto Priharnomo
Abah jgn pensiun kecuali 'alam' yg memaksakan pensiun, mereka yg tdk 'hormat' dgn tulisan Abah biarin saja, mereka ini gerombolan org2 yg hanya punya nafsu ingin di senangkan, tulisan ttg AA sdh proporsional (krn sdh dimuat pro dan kontra nya), kalau mereka nggak mau baca lagi tulisan Abah menurut saya malah bagus, nantinya akan ada seleksi alam bahwa yg hanya ingin disenangkan hatinya bukanlah tipe manusia yg baik utk di ajak bergaul.
mzarifin umarzain
Semoga jadi kadrun yg pro faqir miskin, terbuka, damai, bebas, adil, patriotik, pancasilais, bernkri, konstitusionalis, win2 solution.
sipaka souvenir
Pensiun aja bah dari disway Setelah itu buatlah disRoad
Nurkholis Marwanto
Saya tidak yakin Abah benar-benar pensiun. Meskipun akhirnya kepercayaan disway terus menurun. Abah akan terus mencari cara memulihkan kepercayaan. Karena jiwa Abah ya menulis, ya wartawan. Wartawan kalau sudah senior tingkatannya sudah seperti Ilmuan profesor. Terus berpikir. Saya hanya bisa membayangkan, bagaimana benar-benar pensiun mau jadi apa. Politisi?
ahmad faqih
Sungguh puasa mengajarkan pada kita ttg kesabaran dan ketulusan. Sabar menahan lapar dan dahaga Tulus berbuat walau tak terlihat Alhamdulillah bila tingkat kepercayaan publik pada guru/pendidik masih tinggi Ditengah ganasnya disrupsi akibat perkembangan teknologi. Pak dahlan yg kukenal, adalah sosok yg tegar dan menginspirasi Membaca tulisanmu, ijinkan aku mjd santrimu Tak ada manusia yg sempurna Selalu ada yg tak sama Bahkan terkadang memantik kontoversi dan praduga Justru disanalah tersembunyi indahnya dunia
Aji Muhammad Yusuf
Pengen percaya pemuka agama nanti malah di jejeli promo sedekah, di jejeli promo saham, di jejeli promo paytren, sama di jejeli promo token. Pemuka agama no game play, kami punya big data. Siapa saja pemuka agama yang kurang alim dalam artian "suka ngecap seenaknya", atau kurang arif billah "mau saja di pakai pansos untuk membuat trust value" wkwkwkwkwk
Agus Buddy
Setiap saya bangun pagi pasti baca Disway, saya sangat menantikan tulisan Pak Dahlan yang enak dibaca dan mengajak berpikir. Menurut saya, dengan buruknya penilaian terhadap wartawan sekarang, justru karya2 Pak Dahlan ini lah yang menjadi rujukan, bagaimana jurnalisme itu seharusnya. Tetap menulis ya Pak kami semua selalu mendukungmu...
Agus Suryono
SAYA PERCAYA DOKTER Lha dua anak saya jadi dokter. Masak saya gak percaya.. He he . Tapi memang.. Saya liat bagaimana mereka sekolah.. Lihat bagaimana mereja menghadapi uji kompetensi (UKDI).. Lihat sumpah dokternya.. Lihat ketatnya organisasi mereka, IDI, menegakkan dan memaksakan profesionalitas kepada anggotanya, melalui kode etik.. Lan sak panunggalanipun..
grha statistika
Saya sepakat bapak pension Saja. Akhir2 ini Saya tidak suka dengan topik yang bapak tulis.
Marcell M
Berarti Abah harus bikin menu/tombol tambahan di tiap artikel. Isi klik tombolnya : A. Isi artikel dipercaya B. Isi artikel tidak dipercaya C. Masa bodoh dengan akurasi artikel. Tiap akun hanya bisa klik sekali. Jadi semacam survey kecil-kecilan utk mengetahui tingkat kepercayaan/kesukaan pembaca terhadap isi artikel Abah.
alam barawa
Udah nulis aja dah Abah, di deretan profesi2 yg ada Abah udah gak laku lagi wkwkw. Apa lagi kalau mau jadi politisi lagi. Ambyar deh. Canda Abah. Peace love n respect
achmat rijani
Baru awal bulan tadi dighosting. Baru beberapa hari CLBK. Eh, hari ini berasa diberi ketidakpastian. Liwar banar pian bah mengulay perasaan buhan kami.
M Abduh
Saya sepakat kalau tingkat kepercayaan pada wartawan rendah. Betapa sering wartawan menulis sesuatu tapi tidak faham dg masalah yg ditulis. Satu contoh saja: soal penentuan kalender hijriyah. Bertahun-tahun yg menulis tidak faham. Saya yg faham dg masalah tsb selalu ngelus dada. Apalagi soal politik: terlalu bias. Saya tidak kaget kalau kepercayaan pada tokoh agama rendah. Khusus di negara ini jualan agama sangat laku. Orang yg tidak sependapat pandangan politiknya bisa di-munafikkan oleh tokoh agama. Khusus utk Abah sendiri tingkat kepercayaan saya juga makin rendah. Sangat kentara terlalu memihak. Untuk kasus apapun. Semua kepala negara punya kelebihan dan kekurangan. Abah sangat garang kalau mengkritik rezim sekarang, tapi blas tidak pernah berani mengkritisi Pak SBY hehehe...
Johan
Menjadi seorang jurnalis sejati itu sulit. Seseorang yang ego-nya tinggi tidak cocok berprofesi sebagai jurnalis. Seorang jurnalis harus tetap mempublish apa pun fakta yang didapatkannya di lapangan, dari sumber manapun, walaupun itu bertentangan dengan hati nurani, ego, atau pun haluan politiknya. Para pembaca bisa dengan mudahnya memberi pujian, ketika berita yang disampaikan sesuai dengan selera dan pandangannya. Begitu juga dengan mudahnya untuk mencaci ketika yang disampaikan sang jurnalis bertentangan dengan keinginannya. Dengan dasar ini, mustahil tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi wartawan bisa tinggi. Seorang jurnalis harus punya pola pikir, ketika artikel yang saya publish membuat anda jengkel, itu adalah masalah anda.
Antonio Samaran
Di setiap profesi akan selalu ada orang yg kredibel atau pun sebaliknya. Cuma rasionya yg berbeda-beda. Bahwa profesi jurnalis berada di tingkat bawah dikarenakan banyak muncul media on line abal-abal, bukan berarti tidak ada lagi wartawan dan media yg bisa dipercaya. Tanpa jurnalisme yakinlah demokrasi akan mati. Buat Abah tetaplah menulis meski langit akan runtuh besok. Mayoritas masyarakat jauh akan lebih percaya kepada sosok yg sdh teruji dibandingkan dengan lembaga/profesi secara umum.
doni wj
Karena kepo, saya ikut-ikutan mendownload penelitian yang dimaksud. Profesi Abah itu ada di posisi 13 (jurnalis) dan 12 (pemimpin bisnis). Bahkan pernah ada di peringkat 17 (menteri), atau kalau disrempet-srempetkan level 18 (ngikut konvensi Demokrat dan pernyataan sikap posisi lalu). Kesimpulannya, kalau profesi itu dilekatkan pada kepercayaan, berbicaralah sebagai pengusaha Bah. Insya Allah akan terasa setingkat lebih baik.. wkwkwkwk. Namun tidak perlu lah sampai berhenti menulis. Karena sejak awal Abah sudah memberi judul Catatan Harian Dahlan, bukan Jurnal Penelitian Dahlan. Sastra dan Novel saja banyak penggemarnya, apalagi Catatan. Fakta bahwa banyak yang konsisten baca dan komen, menunjukkan bahwa tulisan Abah mempengaruhi dan disukai banyak orang dengan caranya sendiri. Kalau saya gambarkan seperti syair Project Pop..
citrhours 547
Sumur tua ga perlu pensiun gara2 pingin agar sumur muda eksis, sumur tetaplah sumur,ga perduli tua atau muda asal bisa ngeluarin air dia tetap diperlukan
Marcell M
Saat pak Dahlan nulis yg berbau pro pemerintah, para cebong & segenap kodok bersorak sedangkan para kadrun menghujat. Giliran saat isi artikel cenderung kontra, para kadrun bergembira & para cebong merana. Dan akan begitu terus sampe Deddy Corbuzier gondrong kembali.
Liam Then
Bandot tua ga perlu pensiun, gara2 pingin agar bandot muda eksis, bandot tetaplah bandot, ga perduli tua atau muda asal bisa kawin dia tetap di perlukan. Ini bukan analogi ya,saya ngomong bandot lanangnya Aryo Mbediun. Hehehe iseng aja soalnya perumpaan nya menarik.
Alex
Ini pasti gara2 Abah ketemu Kliwon kemaren.Dan terpikat gaya omongannya.Sampai berpikir mau pensiun. Abah : Eh Kliwon....kok lama gak nongol di disway Kliwon: Saya sekarang sibuk bah Abah : Boleh tahu sibuk apa? Kliwon: Sibuk menghabiskan uang bah hahaha..... Abah : Anda kok hebat sekali Kliwon: Abah kok kelihatan murung. Abah : Anda sudah tahu Kliwon: Masalah disway ya bah.Ah kenapa Abah mau bersusah payah di disway.Nggak cuan to bah.Lagian banyak yg mem bully to.Mending ikut saya.Ternak tuyul.Hasilnya pasti bah. Abah :?????
Jimmy Marta
Survey yg dilakukan lembaga survey umumnya sampelnya acak. random sampling. Ada metodenya ada margin error. Bisa lewat wwncara, telpon ataupun kuesioner Hasil surveynya dipublish. apakah sampelnya mewakili?. Kita tak pernah tahu objek samplingnya.tak dipublish. Kalau tahu2 setelah pemilu, pilkada,pilgub, pilbup atau pil pil lainnya siketua lembaga survey jadi penasehat pemenang, baru pd tahu integritasnya.Banyak lembaga survey, sedikit yg benar2 dipercaya. Dimana posisi Ipsos dan lembaga2 survey di Indonesia, sy tdk banyak tahu. di artikel ini tidak ada sampelnya Indonesia. Karakter Malay beda sama Indo. Tapi untuk melihat kecendrungan global boleh juga.
Atra kosmetik
Kata-kata ilmu semakin mengalahkan agama itu tidak tepat dan lahir dari yg kurang berilmu. Monggo belajar lagi kisanak
Parikesit Riau
Iya juga sih, bung Pry lebih sering menylekiti ke bung Ahmad KS daripada menylekiti Abah. Tapi, menurut saya, Abah DI bukanlah sosok yg idealis, -seperti bung Pry katakan - , Abah lebih sering terkesan dinamis. Contoh : Menggunakan celana bahan, tapi pakai sepatu sport, karena mungkin akan acara senam. Tidak sungkan manakala harus menginap dan tidur di tempat warga, saat jadi sesuatu dulu. Menurut saya juga, justru bung Pry yang idealis, dan terkadang mendorong Abah untuk menjadi seperti Anda. Rahayu, rahayu, rahayu.
Pryadi Satriana
Abah tidak akan pensiun selama bisa menulis. Abah hidup utk menulis. Dan menulis itu utk dibaca. Abah hanya capek. Hati & pikiran. Sdh berusaha memberi yg terbaik - krn Abah idealis - tetap saja dikritik sana sini, oleh komentator rewel, terutama saya. Saya pernah bilang: silakan nulis apa saja, saya akan komentar (baca: kritik) sesuai kapasitas & waktu saya, sebisanya. Itu bentuk kontribusi saya, menghargai (baca: mengapresiasi) yg tlh dilakukan Abah. Saya tidak asal komen, sering baca & merenung dulu sblm komen. Kalaupun kadang - atau sering - komen itu nylekit, saya tak bermaksud 'menylekiti' (he..he.., ada ungkapan baru) siapapun. Komen2 nylekit dr para komentator justru akan melatih kesabaran Abah. Bukankah di usia Abah sekarang - asumsi saya - Abah berdoa utk ditambahkan kesabaran? Komentar2 nylekit dr para komentator - terutama Si Supri, kata sebagian orang - ada sbg "jawaban" atas doa Abah, nglakoni kudu sabar. Maaf kalau ada ungkapan saya yg membuat Anda kurang berkenan. Sehat selalu. Salam. Rahayu.
Mirza Mirwan
Baru sempat nengok Disway lagi. Habis nengok kerabat yg. sakit di luar kota. Tentang survey Ipsos SA yang jadi materi tulisan edisi kali ini saya tak hendak memberi catatan, kecuali terkait kepercayaan masyarakat terhadap masyarakat yg. Pak DI menulis paling tinggi di Tiongkok. Sebenarnya India juga tinggi -- menurut diagram kisaran 58% seperti Tiongkok. Sedang terendah di Brasil, dan Malaysia sedikit di atasnya. Apakah survey Ipsos itu benar-benar mewakili realitas yang ada di negara-negara bersangkutan?. Tingkat kepercayaan saya hanya 25% utk "kepercayaan masyarakat terhadap masyarakatnya". Tetapi untuk kepercayaan kepada dokter, saya 70% percaya. Membaca publikasi hasil survey Ipsos SA yang diadakan dari tg. 18 Februari hingga 4 Maret 2022 itu secara keseluruhan tingkat kepercayaan saya hanya sekitar 45% saja. Dalam hal riset pasar dan opini publik memang Ipsos SA yg kantor pusatnya di Paris itu cukup ternama, meski masih kalah dengan Nielsen Holdings (AC Nielsen) dari Amerika Serikat. Tetapi untuk melakukan survey di puluhan negara sekaligus, apalagi dengan responden yang hanya 22.584 orang, sulit untuk mempercayainya lebih dari 50%. Survey capres menjelang putaran pertama pilpres Perancis kemarin memang Ipsos relatif masuk. Begitupun dengan exit poll pada hari H, persentasenya relatif tepat. Tapi itu di Perancis saja. Sementara survey yang ini di 28 negara. Belum tentu kualitas surveyor di negara-negara tersebut setara dengan yg. di Perancis.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 244
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google