Malam Kepahiang

Malam Kepahiang

KETIKA konvoi militer Rusia bergerak lagi kemarin, saya baru selesai senam di Kingstone –nama plesetan untuk Baturaja.

Sejak Rabu lalu saya jalan darat dari Surabaya. Menuju  Bengkulu. Lewat Lampung, Baturaja, dan Lubuk Linggau. Di setiap berhenti saya senam bersama komunitas setempat: di Jakarta, di Lampung, di Baturaja, dan di Bengkulu.

Saya bukan baru kali ini ke Baturaja. Ini kali ketiga. Kini bisa lewat tol sebentar dari Lampung. Untuk keluar tol di Terbanggi Barat. Masuk jalan lama. Lumayan, 6 jam bisa sampai. Tanpa bantuan sepotong tol itu 7 jam baru sampai –seperti yang kali pertama dulu.

Seperti juga Rembang dan Pati, Baturaja kini terasa jauh. Padahal kota-kota itu tidak pernah pindah. Hanya karena sudah ada tol Lampung-Palembang, Baturaja terasa lebih sulit dijangkau.

Sudah 10 tahun saya tidak ke Baturaja. Kemajuan fisiknya sangat pesat. Ketika saya tiba di ibu kota Kabupaten Ogan Kemering Ulu (OKU) itu, bupatinya baru lagi –dengan status pelaksana harian lagi.

Bupati OKU hasil Pilkada yang lalu H. Kuryana Azis, meninggal dunia: seminggu setelah dilantik. Beliau terkena Covid di awal pandemi. Wakilnya, yang mestinya otomatis jadi bupati, ditangkap KPK –soal pembelian tanah untuk kuburan. Saat pengadaan tanah itu Drs Johan Anwar MM, masih berstatus sebagai ketua DPRD setempat.

Sayangnya sang wakil tidak sempat membela diri. Johan keburu meninggal dunia.

Sejak itu OKU dipegang oleh pelaksana harian bupati. Dengan wewenang yang amat terbatas. Lebih terbatas dari status "pejabat bupati". Setahun lamanya pelaksana harian yang pertama itu bertugas. Tiga hari lalu diganti dengan pelaksana tugas yang baru. Namanya: H.Teddy Meilwansyah SStp MM MPd.

"Kenapa statusnya pelaksana harian lagi?" tanya saya.

"Saya tidak tahu. Saya menjalankan perintah saja. Semua tergantung Pak Gubernur," jawab Teddy.

Ia 2,5 tahun menjabat kepala dinas pendidikan kabupaten itu. Bulan lalu dipindah ke kantor Pemprov Sumsel di Palembang. Ternyata untuk dipersiapkan jadi pelaksana harian bupati yang baru.

"Bukankah Mendagri yang menentukan?" tanya saya lagi.

"Benar. Tapi harus berdasar rekomendasi Bapak Gubernur," tambahnya.

Di hari kedua masa jabatan barunya itu Teddy ikut jalan pagi HUT harian OKU Ekspres. Lalu ikut senam bersama saya. Satu jam penuh.

Berapa lama lagi OKU berada di tangan hanya pelaksana harian? Padahal Pilkada yang akan datang baru terjadi tahun 2024. Kalau kebijakan ''pelaksana harian'' ini tidak diubah OKU akan tiga tahun sulit mengambil putusan. Rasanya terlalu lama sebuah kabupaten induk di Sumsel dipimpin seorang pelaksana harian.

OKU kini harus berpacu dengan waktu. Agar status "terisolasinya" segera teratasi. Sekarang Baturaja baru bisa dicapai 6 jam dari Lampung. Atau 4 jam, dari Palembang.

Untuk mengatasinya, OKU harus membuat keputusan: mau membuka akses lewat mana. Lewat tol Lampung-Palembang? Atau akan menembus ke jalan tol Palembang-Prabumulih-Muara Enim-Bengkulu yang sedang dikerjakan?

Emosi OKU tentu ke jalur Prabumulih itu. Agar lebih dekat ke Palembang dan wilayah Sumsel lainnya. Tapi saya melihat lain: membuka akses ke jalan tol Lampung-Palembang akan lebih membawa kemajuan bagi OKU ke depan.

Tol Lampung-Palembang itu mau tidak mau menambah nilai strategis Lampung bagi beberapa wilayah di Sumsel. Termasuk bagi OKU dan OKU Timur.

Kalau dibuatkan akses ke tol Lampung-Palembang maka Baturaja-Lampung bisa ditempuh dalam 4 jam. Dengan tol itu orientasi masa depan ekonomi OKU dan OKU Timur akan lebih ke Lampung daripada ke Palembang.

Lampung memiliki pelabuhan alam yang sangat bagus. Dengan kedalaman laut yang sangat cukup. Pelabuhannya juga berada di teluk yang terlindung pulau kecil di depannya. Alam seperti itu tidak dimiliki Palembang.

Baturaja punya potensi ekspor yang besar. Hasil karetnya luar biasa. Kelapa sawitnya menyusul. Pabrik semen di Baturaja sudah meningkatkan produksinya menjadi 4 juta ton/tahun.

OKU kabupaten yang sangat besar –perlu jalan keluar yang besar pula.

Orientasi masa depan ekonomi OKU menjadi ke arah Lampung, itu memang kurang memuaskan ego lokal. Solidaritas sesama Sumsel-nya bisa terganggu. Tapi itu bukan salah OKU. Itu karena ada jalan tol –yang membuat jarak OKU ke pelabuhan besar di Lampung menjadi lebih dekat.

Tadi malam saya sampai Lubuk Linggau. Jalan dari Baturaja ke Linggau kian ''berat'': 7 jam. Hanya sekali berhenti untuk isi bensin. Saya melewati Kabupaten Muara Enim, Empat Lawang, dan Musi Rawas.

Banyak pembangunan di situ. Empat Lawang lagi membangun ibu kota di Tebing Tinggi. Musi Rawas juga membangun ibu kota barunya. Lubuk Linggau kini menjadi kota utuh –tanpa menjadi ibu kota Musi Rawas lagi.

Musi Rawas ini juga harus dicatat di Disway –sebagai kabupaten yang bupati dan wakilnya wanita. Ir Ratna Mahmud berpasangan dengan Suwarti. Saya tidak tahu apakah ada kabupaten lain yang dipimpin wanita-wanita.

Saat tulisan ini saya buat, malam sudah larut: 22.30. Kendaraan baru saja meninggalkan kota Curup. Maka tulisan ini harus diakhiri. Sebentar lagi harus melewati Kepahiang. Yang jalannya sangat berliku –yang kalau sambil menulis bisa mabuk Kepahiang.

Saya lirik sebentar perkembangan di Ukraina. Konvoi militer Rusia bergerak lagi: kian mendekati ibu kota Ukraina, Kiev. Sudah seminggu konvoi sepanjang 60 km itu berhenti di luar kota Kiev. Berhenti di situ. Ada yang bilang untuk konsolidasi. Ada yang bilang kekurangan logistik.

Menjelang kelokan-kelokan Kepahiang hujan turun. Jalan menuju Bengkulu kian gelap. Berarti dua jam lagi belum tentu bisa tiba di Bengkulu.

Lelah, ngantuk, penat jadi satu. Tapi perjalanan ini harus sampai di tujuan. Jam berapa pun. (Dahlan Iskan)


Haru dan bahagia tak terkira rasanya. Saya dan istri bisa bertemu kakak ipar saya, H Husein Roni, di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) (12/3/2022). Usianya 74 tahun masih sehat sekali. Tinggal bersama anak, menantu, dan cucu. Mas Husein ini dulu aktivis HMI. Sahabat Nurcholish Madjid. Almarhumah kakak saya dulu  adalah ketua Korps HMI-wati (Kohati) Jatim. 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Takut Sakit

Leong Putu
Selamat pagi ========= Berkaitan dengan artikel pagi ini, satu hal yang ingin saya luruskan. Obat kuat Tjap Kadal dan Kadal Burik tidak memiliki efek samping. HANYA MEMILIKI EFEK DEPAN. Terimakasih. ttd. Leong Putu. =========

I WAN
Abah mungkin saya yg ketinggalan atau telat tahu..... usul mohon untuk artikel hari pekan yang agak ringan-ringan.... bisakah diulas mengenai siapa itu ; bli leong putu, mbah mars, Aat dan yang lainnya..... siapakah bubuhannya ini... kekawalan bahari kah? pina rakat bujur piyan Bah soalnya rancak dimuat jd komentar pilihan.... wawancara di podcast juga klau boleh.... salam kenal dan sehat buat semuanya

SapuSapuan
Paling enak berusaha di Indonesia, gak ada yang namnya gugatan class action. Konsumennya nrimo disalahkan. Salah sendiri mau beli, meski obanya atau barangnya tidak sesuai atau bahkan sudah kedaluwarsa masih dijual. Barangnya gak ada aja juga boleh dijual kalau di negeri 62.. wkwkwk.

Leong Putu
Hahaha...Turut prihatin atas dokter tersebut. Geli saja mendengarnya... Kalau memang benar seperti itu, kenapa beliau itu baru tahu setelah jadi dokter. Selama pendidikan beliau itu kemana saja ? Apa tidak mengikuti jam perkuliahan ? Hahahaha....wkwkwkwk.... Tidak semua obat ada kandungan psikotropiknya hanya obat-obatan Psikofarmaka saja. Tidak semua obat mengandung Narkotika. Ingat Narkotik adalah obat jika dipakai sesuai dosis dan indikasi. Digunakan hanya untuk tujuan medis. .. ... Tapi katakan tidak untuk MIRASANTIKA. .. .. Salam.. Maaf hanya tulisan gotak gatik gatuk. Mohon koreksi jika salah.

Ma'roef M
Ada yang mengakali: sampel yang dikirim untuk perijinan dan produk yang diedarkan berbeda, disinilah pentingnya sidak di lapangan atau evaluasi rutin. Ada yang lebih penting "kejujuran" manusianya, bola bali yen wis serakah demi materi dunia, akan tampak kerusakan akan terjadi dimana2...darat, laut dan udara.

Hariyanto
Jika sudah ada izin dari FDA, seharusnya lembaga itu yang paling bertanggung jawab. Kalau pengusaha kan cuma mencari cuan. Kalau di izinkan syukur, kalau tidak, para pengusaha akan mencari segala cara untuk mendapatkan izin itu. Bila perlu mereka akan menyuap DPR, yang anehnya kadang menawarkan diri untuk disuap itu... hehehe....

Mirza Mirwan
Sekadar meluruskan saja. "Itu pertengahan 1980 -- puluhan tahun sebelum Purdue Pharma lahir di New York," tulis Pak DI tentang Purdue University dan Purdue Pharma. Sepertinya Pak DI hanya salah ingat atau salah ketik (?). Purdue University, West Lafayette, Indiana, didirikan tahun 1869. Namanya memang di ambil dari nama belakang pengusaha John Purdue yang menghibahkan tanah dan uang untuk pendiriannya. Tetapi baru pada tahun 1874 perkuliahan dimulai, dengan enam pengajar dan 39 mahasiswa. Sementara cikal bakal Purdue Pharma adalah Purdue Frederick Company, yang didirikan oleh dua orang dokter: John Purdue Gray dan George Frederich Bingham, di New York (1.000-an km ke arah timur dari Lafayette, Indiana), pada tahun 1892. Tetapi pada tahun 1952 kepemilikan perusahaan farmasi itu pindah ke tiga bersaudara Sackler: Arthur Sackler, Mortimer Sackler dan Raymond Sackler. Barulah pada tahun 1991 namanya berubah menjadi Purdue Pharma. Lalu mulai tahun 1996 memproduksi opioid dengan merek seperti sudah disebut Pak DI di edisi ini. Adapun Richard Sackler yang sedang menghadapi gugatan dari keluarga korban opioid yang diproduksi Purdue Pharma adalah anaknya Raymond Sackler. Begitulah. Selamat pagi semuanya.

Teguh Wibowo
Mirip bisnis rokok. Produknya membuat kecanduan sehingga konsumennya akan terus melakukan pembelian berulang dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit, hingga kematian. Pemilik perusahaannya pun kaya raya. Sialnya saya adalah seorang perokok. Shhhh... Kleeepuuuuss..

Eko Prasetyo
Ada penyakit namanya takut.. Orang sehat takut sakit Orang kaya takut miskin Orang bekerja takut kehilangan pekerjaan Orang punya bisnis takut bangkrut Orang punya masalah takut diperkarakan Orang sedang berkuasa takut kehilangan kekuasaan.. Begitupun yang hidup takut mati.

Wawan Wibowo
Ada juga yang awalnya sakit tapi lama-lama jadi kecanduan,di sureni ( di sisir pakai sisir yang ukurannya rapat sekali ) bagi orang yang punya kutu di kepalanya.

Dedi Juliadi
Rakyat kita tidak takut sakit, sudah biasa tersakiti, ngantri minyak goreng berjam2 dapat 1 liter bahagianya minta ampun, buat sim harus lunas bpjs juga bahagia ada alasan untuk tidak buat sim di rajia ya tinggal bilang ke pak pol gak mampu bayar bpjs, polisi nya juga rakyat kecil bukan perwira ya dimaklumi. 

Mas Joyo
Saya merasa bahagia di komentar terpilih buat artikel kemaren ada yang membahas Miyabi. Artinya menurut saya pembaca dan khususnya penulis adalah pribadi-pribadi dinamis yang mempunyai hasrat manusiawi yang masih hidup. Tentu tidak perlu menjadikan komentar saya sebagai komentar pilihan untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Sekian. 

Sadewa
Obat memang bisnis besar. Pada awal pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang mempercayai Ivermectin sebagai obat Covid-19. Saya salah satunya, beli invermectin untuk jaga-jaga. Saya beli satu strip harganya Rp. 300.000,an, sekarang harganya cuma Rp. 100.000 an. Wow....bisa dibayangkan cuan produsen obat saat itu. Banyak pejabat yg promosiin, ivermectin, katanya cukup effective, bagus & dalam hitungan hari langsung sembuh dari Covid. Wow...gemana kami gak tergiur beli obat ajaib ini. Namun penelitian terbaru mengungkap tidak tersedia informasi yang cukup lengkap dan keterbatasan metodologi penggunaan Ivermectin sebagai obat Covid-19. Di Twitter, FDA (BPOM nya Amerika) bahkan lebih keras melarang konsumsi Ivermectin sebagai obat untuk melawan infeksi Covid-19. "Kalian bukan kuda. Kamu bukan sapi. Serius kalian semua bukan binatang itu. STOP [konsumsi Ivermectin]," tulis FDA. Karena memang ivermectin adalah obat cacing untuk binatang-binatang tadi. Sebenernya saya ingin tanya ke FDA, kalau Banteng yang minum Ivermectin, apakah ada efek samping ? Mungkin FDA akan menjawab : Anda sudah tahu...

Fauzan Samsuri
Kelihantannya Richard Sackler perlu mencoba obatnya sendiri untuk menghadapi tututan, atau malah dia sendiri sudah ketagihan sehingga tidak merasa melanggar aturan  

MS
Analisa Pergerakan Yth. Perusuh Disway : 1. Udin Salemo (ZP). 2. Aryo (YU). 3. Buzzer (RX). 4. Komentar Spesialis (KZ). 5. Mirza (CS). 6. Robban (BK). 7. Sin (AI). 8. Jo (LS). 9. Panggiring (AG). 10. Aji (MS). 11. Gambit H-1982 (GW). 12. Mbah Mars (CC). 13. Thamrin Dahlan (DX). 14. Open Minded (OD). 15. Suwarti (NI). 16. Fadil (IF). 17. Teguh (IH). 18. Syaiful Oils (II). 19. Tunk (IN). 20. Axl Ngix (IU). 21. Donwori (MG). 22. Cak Mul (KI). 23. Priyadi (CP). 24. Leong (LG). 25. Aju (YJ). 26. Lbs (YB). 27. Bitrik (BQ). 28. Tts Klasik (SQ). 29. Johan (AN). 30. Salim (RS). 31. Dedi (HD). 32. Disway reader (DH/D). 33. Dahlanist (DH/F). 34. Latif (FZ). 35. Mojo Sugiarto (AZ). 36. Otong (TP). 37. Aat (AT). 38. Sea Lead (XA). 39. Thamrin (DX/F). -Top Inflow Last week: 1. Aju (LG). 2. Mirza (CS). 3. Liam (AK). 4. Komentar Spesialis (KZ). -Top outflow lastweek: 1. Aat (AT). 2. Sea Lead (XA). 3. Mbak (YP).

Leong Putu
Betul Bung Felix , saya setuju. Tapi sudah menjadi budaya di masyarakat kita, beli obat tanpa ada anjuran dari dokter ( beli sendiri tanpa resep ). Tentu untuk obat obat umum tidak menjadi soal. Namun jenis antibiotik tentu sangat berbahaya untuk jangka panjangnya. Apalagi kalau Antibiotik yang diminum tidak sesuai indikasi dan tidak sesuai dosis. Resistensi terhadap satu golongan antibiotik tentu bahaya. Obat umum, seperti parasetamol pun berbahaya jika diminum dengan dosis tinggi dalam jangka panjang. Tapi ya itu tadi. Masalah budaya. Kita sebelum berangkat ke dokter sudah takut duluan/Sudah curiga terlebih dahulu. Takut dibohongi dokter, lalu diberi obat yang mahal2. Sudah curiga kalau dokter ini ada main dengan pihak Farmasi. .. hahaha

Mirza Mirwan
Kalau saya, kok, cuek dengan isu perpanjangan masa jabatan atau penundaan pemilu, apalagi mengamandemen konstitusi agar presiden bisa dipilih tiga kali. Itu kan usulan Ketum PKB, diamini Ketum Golkar dan Ketum PAN. Ketiganya hanya partai medioker. Kalau PDI-P dan Gerindra geleng kepala, ditambah Demokrat dan PKS -- Nasdem dan PPP gak jelas, amandemen konstitausi hanyalah ilusi. Dulu itu setelah Ketum PKB menggulirkan usulan penundaan pemilu (perpanjangan masa jabatan), Bu Mega udah bereaksi keras: Emangnya negara ini punya moyang lu!

Liam
hehehe, di RI beberapa tahun lalu, saya amati ,ada gejala "takut sikit" pemilih di kalangan petinggi partai-partai di Indonesia. Makanya banyak yang kompak bareng nebeng pamor seseorang. Ambil gampangnya saja. 2024 nanti "takut sikit" nya bakal tambah kronis, di tambah pening, mau nebeng pamor siapa lagi. Akan RI di beri berkah rising star lagi. Yang muncul dari bawah, membawa pamor pemikat massa. Demokrasi tak selalu manis, tapi kita bisa sampai di kondisi saat ini, karena demokrasi juga. Pengamatan saya demokrasi di Indonesia tetap on track. Anak muda nya banyak yang hebat-hebat. Cerah lah pokoknya. Cuma harapan saya , semoga yang di atas semakin cinta negeri, tahu diri, tahu batas, tak bisa jangan paksa , anak muda banyak yang pintar dan bisa di pilih. Lebih baik di kenang sejarah sebagai peninggal jejak warisan hebat. Daripada sebagai biang kerok mandeg kemajuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 270