Hingga Indonesia Merdeka, Jangan Lupakan Jasa Tokoh Tionghoa

Hingga Indonesia Merdeka, Jangan Lupakan Jasa Tokoh Tionghoa

Pasukan Pengibar Bendara Pusaka (Paskibraka) Tahun 2022 bersiap mengibarkan bendera di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 17 Agustus 2022. -Setpres/Laily Rachev-disway.id

Tetapi berkaitan dengan etnis tionghoa, boro-boro dihargai, disebut pun tidak. Pertanyaannya, mengapa ini terjadi?

Pada masa Presiden Soekarno, masyarakat masih mendengar nama seperti Oei Tjoe Tat, tetapi pada masa orba, nama, acara keagamaan bahkan apapun yang berhubungan dengan Tionghoa seolah-olah ‘diharamkan’ bahkan dihilangkan.

Alasan yang sering kita dengar adalah karena G 30 S/ PKI yang dianggap berhubungan dengan China yang komunis itu.

Banyak pula yang menyebut alasan dibuat oleh Soeharto untuk menerapkan Devide et impera kepada bangsa ini.

BACA JUGA:Cucu Presiden Soeharto Daftarkan Partai Politik Peserta Pemilu 2024 di KPU

Soeharto tidak ingin etnis Tionghoa yang umumnya memegang peran penting dalam sisi ekonomi, bersatu dengan rakyat. Sebab jika ini terjadi maka posisi Soeharto sebagai Presiden akan mudah dijatuhkan.

Oleh karenanya etnis Tionghoa selalu dijadikan sasaran kerusuhan yang dilakukan oleh rakyat, dengan demikian maka etnis Tionghoa akan perlu perlindungan dari Presiden Soeharto dan sebagai konsekuensinya mereka akan menurut kepada Soeharto.

Sekarang ini ketika Politik Identitas mulai dipakai oleh politisi busuk pada pilkada DKI 2012, peranan etnis Tionghoa bagi Indonesia juga terus berusaha disingkirkan.

Padahal bangsa ini akan cepat menjadi bangsa yang besar apabila ditunjang oleh persatuan Indonesia, tanpa harus melihat suku, agama dan rasnya.

BACA JUGA:Mendadak Taman Impian Ibu Tien Soeharto Dipoles dari Joglo sampai Sasono Adiguno, Ada Apa?

Karena kepentingan politiklah maka tembok kebangsaan bangsa ini tercabik-cabik. Ada dua peristiwa pemilihan Presiden AS yang seharusnya menjadi pelajaran para elit bangsa ini.

Pertama saat pemilihan Presiden dengan kandidat Carter dan Kennedy. Carter adalah seorang Protestan, agama yang dipeluk oleh mayoritas rakyat AS, sementara Kennedy adalah seorang Katolik.

Kedua adalah ketika pilpres antara John McCain dan Obama yang seorang kulit hitam. Andai Carter dan John McCain mau menggunakan politik Identitas, maka kemungkinan besar mereka bisa menang pemilihan Presiden AS.

Mengapa tidak mau menggunakan politik identitas? Karena mereka adalah negarawan yang tidak ingin pembelahan bangsanya hanya demi menang pemilihan Presiden AS.


Presiden Joko Widodo dalam sidang Tahunan MPR, DPR dan DPD RI Selasa 16 Agustus 2022.-Syaiful Amri/Disway.id-disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: