Kompor Politik
PLN Sukses Konversi 1.000 Kompor LPG ke Kompor Induksi. Foto: Istimewa--
SAYANG, program pergantian elpiji ke kompor listrik dimulai dari isu yang kurang simpatik: untuk mengatasi kelebihan listrik di Jawa.
Dengan isu itu seolah pergantian ini hanya untuk kepentingan PLN. Agar PLN tidak rugi. Agar PLN tidak dituduh salah dalam membuat perencanaan, sampai terjadi kelebihan.
Atau, jangan-jangan motif utamanya memang itu.
Memang terjadi kelebihan pasok listrik yang sangat besar di Jawa. Pembangkit-pembangkit raksasa, milik swasta, selesai dibangun. Unit yang kapasitasnya 1.000 MW/unit saja ada 4 buah. Di Banten. Di Cilacap. Di Batang ada dua, milik Adaro. Di utara jalan tol Jakarta-Semarang itu.
Empat raksasa itu sekaligus lambang kehebatan Indonesia: mampu memiliki pembangkit raksasa seperti di negara maju. Itulah unit terbesar PLTU yang mampu dibangun manusia. Tidak ada yang lebih nesar dari itu. Harus dengan sistem super-super kritikal.
PLN harus membeli semua listrik itu. Tapi PLN kesulitan menjual sampai habis. Permintaan listrik di Jawa turun. Sejak jauh sebelum Covid –diperparah oleh pandemi.
Kenapa permintaan listrik turun?
Sebenarnya tidak turun. Tapi tidak naik. Sebenarnya naik tapi tidak sebanyak yang diperkirakan.
Ambisi negara ini untuk maju memang sangat besar. Itu terlihat dalam kampanye Pilpres. Angka pertumbuhan ekonominya diinginkan sampai 6 persen. Bahkan ada capres yang menjanjikan sampai 7 persen.
Ambisi itu tidak mungkin dicapai kalau listriknya tidak disediakan. Harus dalam jumlah yang cukup. Pertumbuhan penyediaan listrik harus 2 persen di atas pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
Berdasar perhitungan itulah dibangun pembangkit listrik besar-besaran. Di Jawa. Ternyata pertumbuhan ekonomi tidak sebesar yang diinginkan. Terjadilah kelebihan listrik di Jawa.
Sebenarnya pintar juga membuat program penggantian elpiji ke kompor listrik - -kalau memang dimaksudkan untuk itu. Agar kelebihan listrik tersebut terserap. Tapi kepentingannya menjadi lebih urusan internal PLN. Kurang menyentuh ke soal kepentingan nasional yang lebih besar.
Padahal, di balik kompor listrik itu, ada misi besar yang mulia yang seharusnya ditonjolkan: mengatasi impor bahan bakar.
Mobil listrik untuk mengatasi impor bahan bakar minyak. Kompor listrik untuk mengatasi impor elpiji.
Ini menyangkut ketahanan nasional di bidang energi. Juga menyangkut kemandirian energi.
Listrik bisa dihasilkan dari batu bara. Dengan sangat murahnya. Kalau mau.
Batubara tidak perlu dibuat. Tuhan sudah memberikan itu ke negara ini. Dengan jumlah yang sangat melimpah. Yang sekarang dieksploitasi habis-habisan untuk diekspor.
Impor elpiji, Anda sudah tahu: nomor dua terbesar yang membebani negara ini. Impor BBM juaranya. Dua-duanya bisa diatasi oleh kemampuan kita sendiri. Dua-duanya tergantung keputusan kita sendiri.
Omong kosong bicara ketahanan energi kalau dua hal itu tidak diatasi.
Lebih omong kosong lagi kalau soal itu dibiarkan sampai tibalah saatnya batu bara kita habis.
Tinggal gigit jari. Pun sampai jari putus tidak ada gunanya lagi.
Kompor listrik begitu strategisnya. Sayangnya isu ini terkubur oleh persoalan komunikasi yang bias.
Padahal problem kelebihan listrik akan hilang sendiri mana kala pertumbuhan ekonomi membaik. Maka upaya memperbaiki ekonomi adalah fokusnya. Sayangnya fokus itu bisa buyar oleh datangnya tahun politik. Apalagi minggu ini. Suhu itu seperti ingin mengalahkan panasnya musim kemarau. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 21 September 2022: Kompor 450
Wong Nganggur
Saya yakin anda pasti orang yg gampang bahagia.seperti cerita gus baha.orang yg bahagia dengan sekedar bisa minum kopi ngrokok makan seadanya ada lah orang yg luar biasa.di banding orang yg baru bahagia setelah punya mobil punya rumah mewah punya jabatan penting
Budi Utomo
Doraeomon membawa saya dengan mesin waktunya ke tahun 2200. Saat itu bumi sudah tak lagi climate change atau global warming. Semua nampak hijau. Hutan hijau dimana-mana. Pengikut Jackson dan pengikut Michael tak lagi bertengkar. Kompak menyanyikan lagu We Are The World dan Heal The World. Demikian pula pengikut Keris dan Batik yang tambah akur karena sama-sama menjadi penggemar Batik Keris. Dong Feng sudah berdamai pula dengan Wild Wild West. Dunia menikmati Artificial Sun. Inti-inti sudah dinonaktifkan. Sehingga tak terjadi perang inti yang mengancam homo sapiens. Energi gratis. Dari Artificial Sun. Bahkan tak ada lagi yang namanya Mani. Itu lho yang bikin orang gelap mata batin. Semua serba listrik. Mulai dari Home Appliance sampai pesawat ulang alik ke Mars yang dirintis Alon Mas dan Jan Bosok. Dan di negara Waka Waka E E, Suparman, Hasan Aspahani, Novak Jokovic dipuja-puja sebagai National Fathers generasi pertama, kedua, ketiga. Tapi ketika saya memasuki Pintu Kemana Saja, saya terlempar ke masa lalu. Dan mendarat kembali ke Jekerdah. Tepatnya di bedroom. Ternyata barusan cuma mimpi.
Jimmy Marta
Di jaman batu, eh..sekring batu. Jika listrik njeplak cek batunya. Putus, ambil kabel serbuk yg serambut. Pake dua, kata orang2 satu lembar satu amper. Ikut aja. Yg penting nyala..
Budi Utomo
Koh Liam. Watt= Volt x Ampere. Tentu dibulatkan Watt nya supaya gampang dimengerti rakyat jelantah kaya kita. Wkwkwk. 450 W sudah pasti MCB di token 2 Ampere. 450 Watt : 220 V = sekitar 2 A. Listrik 900 W, MCB di token 4 A. 1200 W MCB 6 A. 2200 W MCB 10 A dst. Ini satu phase.
Liam Then
Indonesia unik metode pentarifan listriknya. Sudah bagus itu, sesuai amanat undang-undang. Kok malah mau diubah mengikuti yang diluar negeri. Dengan pentarifan yang beda dan daya yang di batasi, orang yang kurang mampu di lindungi dari efek konsumerisme. Pemakaian tak perlu. Konsumsi rumah tangga bukankah banyak yang tak perlu? Manfaat lain yang tak disadari, hemat energi, masyarakat yang kurang mampu ,karena daya dibatasi, dipaksa hemat energi. PLN juga tak perlu menyediakan kapasitas daya yang super besar. Bayangkan kalo di lepas dari dulu, tak terbatas. Wong daya di batasi sana listrik masih byar pett ,tak cukup bagi. Masyarakat hemat energi, beban negara dalam hal konsumsi BBM untuk jalankan power plant PLN ,juga secara tak langsung terkendali. Jangan-jangan, ini "blessing in disguise". Salah satu faktor yang secara tak langsung bikin RI bisa jadi anggota G20. Kalau kompor listrik, biarlah orang mampu dulu yang pakai, ndak usah dipaksa orang kurang mampu beli kompor listrik lagi. Orang mampu daya listrik di rumah mereka sudah tinggi, jadi gampang beralih ke kompor listrik. Masalah pipanisasi gas rumah tangga. Bukan hal yang urgent. Ndak usah buru-buru, wong saya yakin, bahkan masih banyak kawasan industri yang belum terjangkau pipanisasi gas. Jika memang dirasa perlu, mungkin dicicil saja dulu, lewat kawasan pemukiman dan pengembangan kota baru, yang dekat lokasinya dengan jalur pipa gas milik BUMN. Tar kita lihat IKN apakah nanti masih pakai tabung gas hehe..
Kenari Daya
VA = Volt x Amper Suplai tegangan listrik 1-phase dari PLN, 220 Volt 440 VA = 220 Volt x 2 Amper 880 VA (sering dibulatkan jd 900 VA) = 220 Volt x 4 Amper Jadi PLN cuma ganti MCB dari 2 Amper jadi 4 Amper utk naikkan daya pelanggan agar surplus PLN terserap..
herlina soeroso
Pura pura miskin atau mental subsidi sangat besar jumlahnya di negeri sambo. MCB yg terpasang di meteran sudah dimodifikasi oleh oknum petugas , sehingga 450 VA & 900VA bisa pakai AC, hebat kan ya? Yg 1200VA bisa pakai 2 unit AC, mantul kan? Elpiji dipakai UMKM begitu banyaknya, contoh warteg, asongan gerobak (mie ayam, soto, martabak dll), rumah tangga mampu pun bermuka tembok menikmati gas melon subsidi, enak toh? Pedagang di pasar tumpah banyak juga bagus² tapi mereka tidak dipungut Pph orang pribadi, karna lokasi jualannya dianggap jelata dan tak permanen. Untunglah data penerima BLT terus diaudit dan diperbarui sehingga tepat sasaran walau masih ada saudara dan kerabat pejabat RT, RW, kadus, kades, masih dapat prioritas BLT walaupun rumah mereka sudah dikategorikan bagus Mental pura² kismin negeri ini sebanding dgn wabah korupsi yang sudah mendarah daging (marah kepada koruptor karna tidak kebagian saja) atau seperti flu kopit yg sudah merata. Yg paling seksi adalah gaji ASN tapi punya sepeda motor 3 unit dan mobill 2 unit. Seperti pepatah abah DI : 10 % orang baik , 10% orang jahat dan 80% itu pengikut seperti gerombolan minions. Jadi kesimpulannya adalah mental pura² jelatah negeri ini ada di angka 80% . Miris kan ya?
Jimmy Marta
Program pengalihan dari kompor gas ke kompor induksi itu terhenti di soal daya listrik itu. Kompor listrik butuh seribuan watt. Masarakat yg jadi sasaran hanya punya 450 VA. Nyari pintunya. Deadlock. Pending. Beri mereka 2200 VA, tp anggap spt 450 VA. Solusi abah. Pasti ini sudah disampaikan abah ke pembuat kebijakan. Keputusannya?tunggu, mikir dulu.
Tego Yuwono
kalau saya sih sebenere lebih setuju subsidi bbm di hilangkan saja, subsidi listrik kalau perlu juga di hilangkan total. Nanti seiring berjalanya waktu upah juga akan naik kok, mau tidak mau. Dan manusia itu di ciptakan untuk mudah beradaptasi, merasa sumpek dan berat paling lama 2-3bulan setelah itu akan biasa lagi.
Koko Koswara
Saya bikin kontrakan. Listriknya didaftar bisnis. Biar murah harganya. Tiga bulanan blm ada yang ngontrak. Ketika ada yang mau ngontrak, listriknya habis. Otomatis harus ngisi lagi. Pas mau ngisi, gak bisa langsung. Harus ke PLN dulu, katanya ada kode baru. Ketika ke PLN, ternyata kode baru itu mengubah "bisnis" jadi "rumah tangga". Biar lebih mahal harganya. Itu kan artinya, Bah, PLN licik juga. Mengubah tanpa memeberitahu pelanggan. Itulah PLN!
Giyanto Cecep
Strategi waktu program minyak tanah ke gas lpg adalah dengan cara "menghilang" .. minyak tanah hilang di pasaran maka orang terpaksa beli tabung gas log .. beres ketika mau menghilang subsidi BBM, maka cara " menghilang " juga dijalankan yaitu premium hilang di pasaran, maka orang terpaksa beli pertalite . Entah krnapa pertalite kemudian kok di subsidi padahal wsktu itu hampir berhasil. Sekarang masuk ke jurang yang sama subsidi bbm. Coba strategi ganti gas lpg dengan listrik paksi jurus " menghilang " insya Allah mulus
Jimmy Marta
Gk ada meter, pake sekring 0,5A. Teg pln masih 110V. Mungkin begitu yangkung...
Agus Suryono
SEJARAH 450 WATT.. Saya tidak tahu sejarah PLN. Tapi saya sedikit tahu soal DAYA TERENDAH pelanggan PLN masa lalu. Kalau ada yang pengetahuan sejarah nya soal itu, juga tahu, berarti beliau seumuran saya. Bah. Dulu di gang jalan tempat saya tinggal saat saya masih kecil, di awal tahun 60an, datanya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah rumah ada 28 rumah. 2. Dari sejumlah 28 rumah itu, yang masih saudara ada 16 rumah. He he.. Data tidak relevan. Tapi hanya untuk menggsmbarkan kondisi. 3. Jumlah rumah yang ada sambungan listriknya: 7 rumah. Dari 7 rumah ini, hanya 2 rumah yang bukan rumah saudara. 4. Dari 7 rumah itu, semua listriknya hanya 60 watt. 5. Saat saya mulai MERANTAU tahun 1974, rumah orang tua saya belum ber-LISTRIK. Ya, diulang, semua hanya berlangganan, 60 watt. Fixed. Tanpa METER atau PENGUKUR pemakaian. Seingat saya, bola lampu yang digunakan, ya watt nya kecil semua. Sekitar 5 watt. Jadi ya tidak terlalu terang. Dari 7 rumah yang sudah ada sambungan listriknya, saat itu, PERASAAN saya, semya sudah termasuk HORANG KAYA. Peralatan yang menggunakan listrik, di luar lampu, saat itu hanya RADIO. Kondisi BERUBAH, saat PLN menerapkan METER LISTRIK. Tapi saya gak ingat kapan. Begitu Bah..
Otong Sutisna
Rumah saya pengguna 2200, waktu masih pakai meteran biasa, bayar antara 2jt =2,8jt..saya tanya ke PLN jawabannya tdk memuaskan, akhirnya pakai token...alhamdulillah bisa di atur oleh kita sendiri bayar habis antara 900rb an sampai 1,5 jt an per bulan. Maaf bukan curhat ini mah pengalaman....mungkin ada yang mau pindah ke meteran token biar bayar listrik nya lebih menyesuaikan...
EVMF
Two-Phase Electrical Power (Daya Listrik Dua Fase) Two-phase electrical power atau Daya listrik dua fase berupa sistem distribusi tenaga listrik arus bolak-balik polyphase (polifase) dengan menggunakan dua sirkuit fase tegangan yang terpisah sebesar seperempat siklus, 90°. Sirkuit-nya membutuhkan 2 kabel hidup dan satu kabel ground yang bekerja dalam dua fase. Generator di Air Terjun Niagara yang dipasang pada tahun 1895 adalah generator terbesar di dunia pada waktu itu dan merupakan mesin dengan daya listrik dua fase. Di kemudian hari, akhirnya diganti oleh sistem data listrik tiga fase. Sekarang ini, sistem Daya listrik dua fase (Two-phase electrical power) sudah tidak digunakan lagi.
Abi Kusno
Untuk masuk menu komentar sekarang mbulet. Harus bersabar. Mencoba masuk tiga sampai lima kali baru masuk. Kemarin berkali-kali terlempar keluar. Gak jadi, gak bisa komentar akhir e. Apa CHD ketularan pirus, bukan v huruf pertama, bahasan yang mulia anggota dewan di Senayan, mbulet?
Dedi Juliadi
Memerawani itu memang gampang2 susah, pelan2 sulit dipaksa sakit mesti sabar menunggu licin tapi keburu muncrat bah hehehe, tapi percayalah bah rumah tangga yang dibentuk melalui proses memerawani akhirnya akan samawa.
Fenny Wiyono
Pada dasarnya manusia itu mahluk yg sangat hebat beradaptasi terutama mslh kelangsungan hidup. Kl memang kompor listrik lebih efisien dan murah, tidak perlu di "marketingkan" mereka akan otomatis pindah ke kompor listrik. seperti ketika orang berpindah dari taxi ke ojek online, tanpa keruwetan mereka berduyun-duyun download dan memakai jasa Ojek Online. di Ojek Online juga tidak perlu daftar "VA" berapa? mereka punya data yg mampu menjelaskan tanpa bertanya. Sudah sangat tepat kl Mentri Pendidikan di jabat oleh Ex Founder Gojek Pak Nadiem M. sayang para wakil rakyat kita sekolahnya jaman Pak Mentri Fuad Hasan. mungkin wakil2 tsb perlu mengambil tambahan pelajaran dulu ke Pak Nadiem. Siapa yg bayar? ya Rakyat lah... tapi kan membebani Rakyat? demi supaya tidak membebani Rakyat, Wakil2 Rakyat akan mengajukan subsidi dari APBN.
Rihlatul Ulfa
Pemikiran sederhananya tentang transportasi masal murah adalah. ibukota kan sudah ketahuan yaitu Jakarta. kan harusnya lebih mudah untuk bisa menggarap dengan asumsi 'oh semua sektor besar ekonomi tumpah ruah disini, oh pusat pemerintahan ada disini dll' jadi buatlah sistem transportasi masal murah untuk jabodetabek dulu. karena mobilitas paling tinggi dan pusat ekonomi ada disana, artinya berkali-kali lipat orang yg bekerja menuju Jakarta. bagaimana caranya LRT, MRT, KRL, Transjakarta, bisa menjadi transportasi yang dapat diandalkan untuk wilayah jabodetabek. lihat saja sekarang dijam pulang kerja distasiun, jumlah krl tidak sebanding dengan jumlah penumpang dijam pulang dan berangkat kerja. akhirnya penumpukan penumpang ada disana, akhirnya waktu juga harus lebih lama. bukankah pemerintah dengan BUMNnya itu memang harus menyelesaikan masalah itu. lockdown pandemi saja pemerintah daerah bisa langsungs setuju dengan arahan pemerintah pusat. harusnya masalah ini juga bisa pakai cara itu. sekarang gaji mereka berapa sih? uang mereka akan habis saja buat transport. bagaimana buat anak istri? biaya sekolah, cicilan rumah/kontrakan. betul ujung-ujungnya bisa mengarah ke stunting. akhirnya generasi gak lebih baik, terus generasi kita kalah dengan generasi negara-negara maju.haduh
yea aina
Pak @JM kiranya, seruan kepada rakyat: "berbisnilah! bekerjalah!". Menggantikan jargon: "kerja kerja kerja". Karena, dengan berbisnis dan bekerja, kita mendapatkan uang (penghasilan). Sedangkan jargon: kerja kerja kerja, toh hanya mendapatkan keruwetan pinjaman, eh.... bukan ribet subsidi ya kwkwkw.
Jimmy Marta
Bung@yea. Kita itu dah berlimpah ruah dg jargon2. Di tempat saya ada baliho bertuliskan Kota Sayang Anak. Sy gk tahu spt apa praktisnya. Yg saya tahu, satu satunya yg sayang itu ibunya. Dua dua sayang ayah... wkwk... Bgmn kalau kita pake Saminisme saja. Sedulur Sikep.
fajar rokhman
kompornya dikasih software yang ada layarnya, bisa selfi dan ketik buat update status. trus ketumpahan minyak, ke geret sama pisau dapur. Atau gak sengaja naruh panci panas disitu. kalau di hack gimana? sekarang kan jamannya hacker. kayaknya makin rumit aja.
Rihlatul Ulfa
Saya mau memuji Jepang. karena benar-benar baik sekali dengan Indonesia. walau pernah di khianati di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. tapi tetap mau membuat mega proyek MRT tahap 1 dan 2. juga pintarnya Soft Bank yang perlahan mundur dari pembiayaan IKN.
Jimmy Marta
Adakah pengamat2 disini mengikuti berita yang buat kita sedih dan prihatin. Tentang pak Gub LE yg ditetapkan sbg tersangka KPK. Disebut PPATK memiliki rekening dan deposit di casino ratusan milyar rupiah. Sedihnya, pembelaan pengacaranya yg mengatakan LE ini kaya raya karena 20 tahun jadi pemimpin. Memimpin daerah yg kaya dg tambang emas terbesar. Prihatinnya, saudara kita disana dapat dana otsus jumbo, bagi hasil besar namun daerahnya gk bangkit bangkit. Masyarakatnya gk meningkat berarti. Hanya pejabatnya yg luar biasa kaya.
daeng romli
Untuk saat ini dihentikan dulu saja Abah. Karena sulitnya "tumpuk undung". mulai dr subsidi kompor, sampai peralatan masaknya. Dan pembaca Disway sudah ada yg menulis bahwa panas yg dihasilkan juga tdk optimal, apalagi maksimal, akhirnya dia balik lagi ke kompos gas. Terus abah kasih solusi VA dinaikkan menjadi 2200 VA tp harga 450 VA (subsidi juga). Terus orang yg sdh pasang 2200 VA apa gak minta subsidi juga. Bener2 ruwet Bah. Ini ada bakul soto kikil keliling saya tanya kenapa kok tdk pakai kompor gas pak? Enak pakai arang atau kayu pak sotonya lebih sedap..... Jadi maksud saya saat ini tdk usah mikir yg ruwet bin mbulet koyok susur, tp mikir yg sedap2 saja.... Mungkin yg ruwet2 ini akan dipikirkan selesai pilpres ae....hehehehhe Salam
yea aina
Saya bayangkan saminisasi: berkumur dan dilumuri sekujur badan dengan minyak Samin, kemudian dijemur sambil julurkan lidah, kwkwkw. Manfaatnya: lidah kesat tanpa slip/licin dan teruji kesabarannya.
Sutikno tata
Secara angka perubahan itu dapat dihitung pakai kalkulator. Secara teknis banyak pekerjaan selesai dengan palu dan obeng, tapi secara kepentingan kalkulator tidak bisa menghitung, palu obeng bengkok semua. Makanya ruwet - ruwet - ruwet...
ispri yoto
Sudah lama beli kompor listrik induksi. Teknisnya sangat baik.Cepat matang jangan samakan dengan kompor listrik elemen ya. Tapi tantangannya kebiasaan ibu ibu masak harus dirubah! Semua bhn sudah di dekat kompor lalu masak karena panasnya cepat sekali. Kalau biasanya masak lalu kurang bumbu ditinggal beli di lijo sambil rasan rasan ya gosong. Trus peralatan masak listrik yg bentuknya kayak wajan cekung tidak ada
yea aina
Sebetulnya yang pantas disebut manja-banyak mengeluh, rakyat ataukah pembuat kebijakan? Kenaikan harga kebutuhan pokok berulang-ulang, termasuk BBM, elpiji dan listrik toh rakyat hanya ngrundel saja. Meskipun penghasilannya segitu-gitu juga (tidak ikutan naik). Beda kalau blio-blio para pembuat kebijakan. APBN minim pendapatan, kebijakannya: mengurangi pengeluaran. Caranya "pengalihan subsidi". Memang subsidi pos pengeluaran APBN, tapi penghematan bisa dilakukan pada pos non subsidi kan. Manja itu identik malas, malas berpikir, malas berhemat sekalian saja malas hidup kwkwkw.
Agus Suryono
KATA MBAH GOOGLE.. Saya penasaran, sebenarnya kompor listrik itu membutuhkan daya berapa watt. Ternyata, kata mbah Google.. 1). Kalau kompor listrik biasa, antara 800 - 1200 watt. Dan rata- ratanya ya sekitar 1.000 watt. 2). Kalau kompor Induksi, sekitar 100 - 650 watt. Lho kok "range" nya jauh. Ya memang iya, tergantung pemakai nyetel di panas berapa derajad. Kalau yang sekedar hangat, ya cukup sekitar 100 watt. @perlu uji coba pribadi.. daripada MENYESAL nanti..
Juve Zhang
Rakyat kecil masih pusing gas melon, listrik 450 Watt. Malah ada gubernur "cuci baju kotor' di kasino LN. total yg dikirim 560 Ember. Pak Mahfud MD langsung umum kan. Semoga jelas asal usul dan maksudnya.
Alon Masz Eh
Dan yang miskin listriknya 2200VA pakai kompor listrik, sementara yg 900VA sambil tunggu giliran, antri tabung gas di toko2, ga bakal ketauan. Ini seperti yang mampu beli motor untuk mengurangi subsidi pertalite, dikasih program mobnas dengan spek minum BBM pertamax. Yang sudah kaya dan beli mobil, tunggu antrian program pengurangan subsidi, sambil antri pertalite. Mungkin si DIa lagi sibuk, banyak pikiran, banyak urusan bisnis, banyak masalah,nulisnya beda... Atau lagi mancing emosi saja
Kang Sabarikhlas
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 186
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google