Cadaver Plus
HERMAWAN Kartajaya menyerahkan buku Marketing 5.0 kepada Dekan FK Unair Budi Santoso.-Boy Slamet-Harian Disway-
PUN setelah meninggal dunia nanti. Ia ingin tetap jadi guru. Ia sudah menemukan caranya: jadi cadaver.
Maka ia ingin menyumbangkan mayatnya kelak untuk fakultas kedokteran. Dengan cara itu mayatnya tetap bisa menjadi guru bagi para mahasiswa yang ingin jadi dokter.
Itulah guru sepanjang hayat: Hermawan Kartajaya.
Ia berulang tahun ke-75 kemarin malam. Ia menandai ultahnya itu dengan menandatangani wasiat agar kalau meninggal kelak mayatnya diserahkan ke fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Pelajaran anatomi, mata kuliah dasar bagi calon dokter, tidak bisa sempurna tanpa menyajikan mayat di ''ruang'' kuliah.
Hermawan banyak bicara kematian di ulang tahunnya itu. Padahal, saya lihat, ia justru lebih segar dibanding, misalnya, lima tahun lalu.
Suaranya masih serak-serak keras.
Intonasinya masih naik-naik sesuai dengan semangatnya.
Langkahnya masih tegap untuk ukuran orang yang lama menderita diabetes.
Dua hari sebelum ulang tahun, dan sehari setelahnya, Hermawan sibuk di rangkaian acara itu. Ia ke Banyuwangi naik kereta wisata.
Ia ke ITS dan Unair untuk memberi kuliah umum.
Ia ke Kapasari gang V untuk melihat rumah masa kecil dan mudanya.
Hermawan Kartajaya (baju hitam dua dari kiri).--
Ia sembahyang ke gereja Katolik yang hanya setahun sekali ia kunjungi.
Ia ke Karanganyar melihat proses daerah di selatan Solo itu menjadi 'Kabupaten Pancasila'.
Puncaknya, Hermawan mengundang makan malam sejumlah kerabat. Ya, kemarin malam itu. Ada pejabat tinggi yang hadir malam itu. Tinggi sekali: tingginya 2,25 meter. Beliau adalah Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia: Jaroslav Dolecek.
Hermawan adalah konsul kehormatan Republik Ceko sejak negara itu masih Ceko Slovakia. Wilayah kerja awalnya: Jatim, Jateng, dan Yogyakarta. Saya satu meja dengan pejabat tinggi itu. Kalau bicara dengannya saya harus mendongak.
Ketika tampil dengan mikrofonnya Hermawan keliling ke meja-meja undangan. Beberapa orang ia tanya: apakah mau mengikuti dirinya menjadi cadaver. Tidak satu pun ada yang mau. Padahal dengan cara itu kehidupan seseorang akan lebih abadi.
Ada yang beralasan bagaimana nanti dengan keluarganya. Ke mana akan ziarah kubur.
Sebenarnya itu hal mudah. Paman saya meninggal di Makkah. Mayatnya dimakamkan di sana. Tapi di kuburan keluarga di Takeran, Magetan, dibuatkan kijing, di sebelah kijing (nisan) ayah saya. Ke situlah anak-anak paman saya ziarah. Maka meski pun jenazahnya nanti ada di fakultas kedokteran toh bisa dibuatkan kijing seolah ada di kuburan.
Bagi orang yang usianya sudah lebih 75 tahun, wasiat menjadi cadaver memang lebih tepat daripada wasiat donor organ. Mungkin sudah sulit menjadikan organ orang yang sudah tua untuk donor transplant.
Donor organ lebih tepat dilakukan untuk yang lebih muda. Di Singapura itu sudah jadi undang-undang. Barang siapa meninggal tanpa ditemukan wasiat 'tidak bersedia jadi donor organ' berarti dia/ia bersedia. Maka tanpa perlu minta izin keluarga pemerintah bisa memanfaatkan organ apa saja pada mayat tersebut.
Itu merupakan kemajuan dari undang-undang sebelumnya. Yakni: bagi orang meninggal yang di dompetnya ditemukan wasiat boleh menggunakan organnya untuk donor, maka pemerintah langsung bisa mengambil organnya untuk donor. Sekarang, itu dibalik: yang tidak ditemukan larangan, berarti boleh.
Sudah banyak negara yang memberlakukan aturan seperti itu. Tapi di Indonesia baru Hermawan yang secara terbuka mewasiatkan cadavernya untuk materi kuliah.
Hermawan itu guru sejati.
Guru modern.
Guru yang menciptakan kurikulumnya sendiri.
Ia memang pernah menjadi profesional di perusahaan besar. Sampai jadi level direktur di perusahaan sebesar Sampoerna. Ia tidak tahan. Ia berhenti. Ia pamit untuk jadi guru lagi: guru marketing.
Putra Sampoerna, pemilik pabrik rokok Dji Sam Soe itu, sampai heran. Gaji di Sampoerna kan besar. Mengapa berani berspekulasi untuk mencoba jadi guru marketing. Belum jelas pula pasar ya.
Ketika Hermawan akhirnya mendirikan MarkPlus, ia diejek pakai bahasa Suroboyoan: mak ples. Artinya: tiba-tiba meredup untuk kemudian padam.
Hermawan awalnya memang guru matematika di SMP swasta Sasana Bhakti di Jalan Jagalan. Ayahnya pengurus sekolah di tempat lain. Ibunya guru. Lalu Hermawan mengajar di SMA St Louis Surabaya. Orang seperti menteri Ignatius Jonan, konglomerat Harry Tanoesoedibyo dan Kepala Pajak Jatim Prof John Hutagaol adalah murid-muridnya di St Louis.
Hermawan bukan sarjana. Ia pernah kuliah di ITS jurusan elektro. Sudah hampir selesai. Tapi ia berhenti. Ia bekerja. Ia memberi les matematika pada banyak sekali anak-anak.
Ia perlu uang. Ia tergolong keluarga miskin di Jalan Kapasari Gg V Surabaya. Kampung itu tidak jauh dari Stadion 10 November Tambaksari. Saya ikut Hermawan ke rumah di gang sempit itu Jumat lalu. Ia bernostalgia di rumah yang sudah dijual ke orang lain dan orang lain itu sudah menjual pula ke lainnya lagi.
Hermawan pandai menulis. Tulisannya hidup. Topiknya selalu soal marketing yang praktis. Ia jadi solusi bagi kesulitan banyak perusahaan atau manager marketing di perusahaan itu.
Dulu, saya memintanya untuk menulis di Jawa Pos. Secara rutin. Tiap hari Rabu.
Waktu itu saya perlu menaikkan gengsi Jawa Pos dengan menampilkan penulis terkenal dari kalangan pengusaha Tionghoa. Hermawan menyambut antusias tawaran saya itu. Ia merasa mendapat panggung besar. Maka antara Jawa Pos dan Hermawan seperti joki dan kuda. Bergantian siapa yang jadi Joki dan siapa yang menjadi kuda.
Orangnya disiplin.
Tulisannya tidak pernah absen di hari yang ditentukan. Pun ketika ia di luar kota. Atau dalam penerbangan jauh.
Pernah ia menulis di atas pesawat. Pakai tulisan tangan. Sampai di bandara tujuan tulisan itu dikirim pakai faksimile.
Ia gigih seperti wartawan profesional. Ia memegang teguh deadline. Padahal belum ada email saat itu. Belum ada modem. Apalagi HP.
Hermawan itu sama: tulisannya sebagus omongannya. Dan sebaliknya. Ada orang pandai menulis tapi tidak pandai bicara. Atau pandai bicara tapi tidak pandai menulis.
Hermawan jago di dua-duanya.
Maka tidak heran kalau Hermawan menerbitkan banyak buku. Sudah lebih 50 buku. Yakni buku marketing. Laris semua.
Ada yang beredar secara global. Yakni yang ia tulis bersama Philip Kotler, maha guru marketing dunia. Bukunya bersama Prof Kotler sampai 9 judul.
Prof Kotler, mahaguru dari North Western University Chicago mengakui kemampuan Hermawan. Salah satu buku terlaris Kotler-Hermawan adalah Reposition Asia: From Bubble to Sustainable. Yang tahun lalu laris di Amerika adalah Technology for Humanity.
Hermawan itu guru marketing. Konsultan marketing. Penulis buku marketing. Pembicara seminar marketing. Ketua organisasi marketing –tingkat Indonesia, Asia, lantas dunia. Apa saja dilihat Hermawan dari sudut marketing.
Saya ketularan gila marketing.
Suatu saat saya bertanya kepada anak saya yang lagi kuliah di Sacramento, California.
"Anda ambil jurusan apa?"
“Manajemen, " jawab anak saya.
"Kenapa ambil manajemen?"
"Ayah kan orang manajemen," jawabnya.
"Manajemen itu mudah. Ngapain ambil manajemen," celetuk saya.
"Yang sulit apa?" tanyanya.
"Yang sulit itu marketing. Manajemen tidak bisa marketing tidak ada gunanya," jawab saya.
Setahun kemudian saya ke Sacramento lagi. Belum saya tanya anak saya bilang: "Saya sudah pindah ke marketing".
Hermawan sudah identik dengan marketing. Ia sudah jadi ikan besar marketing di Surabaya. Tapi Surabaya itu ibarat kolam kecil. Yang disebut kolam besar adalah Jakarta. Surabaya memang kota terbesar kedua setelah Jakarta, tapi kedua yang jauh. Kota terbesar kedua yang sebenarnya masih Jakarta. Nomor tiganya masih Jakarta. Pun nomor 8-nya. Surabaya itu nomor 10. Nomor 9-nya Bekasi atau Tangerang. Secara ekonomi.
Maka Hermawan itu ibarat ikan besar di kolam kecil.
Untuk bisa lebih besar ia harus mencari kolam besar. Ia pun pindah ke Jakarta.
Laris. Sukses.
Ia beredar luas di Jakarta dengan gaya bicaranya yang masih medok Suroboyo.
Ia arek Suroboyo asli. Arek kampung Suroboyo. Dengan bahasa Surabayanya yang sulit dihilangkan.
Ia memang Tionghoa tapi sudah turunan keenam lahir di Surabaya. Bahasa Indonesia khas Surabaya. Apalagi Mandarin. Ia tidak bisa.
Lama-lama ia kokoh di Jakarta. Ia melahirkan acara tahunan yang legendaris di Jakarta: Marketer of The Year. Ia pilih siapa tokoh yang pantas dinobatkan sebagai ''Marketer of the Year;' tahun itu. Tiap sektor usaha dipilih satu tokoh. Lalu ada ''juara umum''-nya. Setiap pemenang menjadi juri untuk pemilihan tahun berikutnya.
Saya pernah terpilih mendapatkan predikat itu di tahun kedua saya menjadi dirut PLN. Program satu hari satu juta sambungan mendapat perhatian dari sisi marketing. Maka tahun-tahun berikutnya saya jadi juri. Minggu lalu saya hadir di penjurian untuk pemilihan tanggal 8 Desember depan.
Rapat itu dilakukan di kantor MarkPlus Jakarta. Miliknya sendiri. Ia sudah punya aset sangat berharga di Jakarta. Yakni di salah satu lantai di gedung perkantoran Casablanca City. Luas sekali. Sibuk sekali. Bonafide sekali. Ikan besar itu kini sudah lebih besar lagi di kolam yang besar.
Tentu Hermawan akan mewariskan MarkPlus kepada dua anaknya, putra dan putri. Tapi yang putri terlihat lebih asyik di dunia meditasi. Dia telah jadi guru meditasi yang punya banyak pengikut.
Apakah wasiat cadaver itu juga bagian dari marketing? Tentu.
Ia belakangan tidak henti-hentinya mengampanyekan cadaver. Maka, wahai calon mahasiswa kedokteran, jangan heran kalau suatu saat nanti Anda membedah mayat Hermawan, banyak Anda temukan huruf M di semua organnya. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Pada Tulisan: Buntut-Buntut
Leong putu
Saya setuju dengan @Amat. Mungkin ini sebabnya kenapa anak lebih cerdas dari Bapacknya, anak mimik susu murni sementara bapacknya mimik susu bekas anak. #bapak² jng mau kalah...
mzarifin umarzain
Gimana bila G20 negara2 terkecil, termiskin, terlemah ngadakan pertemuan? acara nya tentu yg murah meriah. negara kecil mana yg mau mensponsori, memelopori? karena pengaruh nya kecil di dunia, tentu tak menarik jadi berita dunia?
Mirza Mirwan
Bahkan Guy Saint-Jacques, mantan Dubes Kanada di Beijing 2012-2016 terkejut melihat video yang durasinya kurang dari 60 detik itu. Sangat tidak biasa Xi Jinping berlaku seperti itu di depan publik untuk mengritik seseorang. Kentara sekali Xi tidak menghargai Trudeau. Dan itu menunjukkan bahwa akan sangat sulit untuk memulihkan dialog terbatas dengan Tiongkok. "It is clear that Xi has not much regard for the prime minister. It shows It Will be very difficult to restore limited dialogue with China", kata Guy Saint-Jacques. Kalimat terakhir Xi, "Anda harus....mari kita kondisikan lebih dulu" malah di telinga mantan Dubes Kanada di Beijing itu seperti terdengar: " Anda harus cerdas bila ingin mempertahankan hubungan apapun dengan kami." Guy seperti mendengar demikian karena sebelumnya Trudeau bilang, "Kami akan melanjutkan kerja sama yang konstruktif, tetapi akan ada hal-hal yang kami tidak akan setujui." Siapa salah siapa benar, terserah anda menilainya. Tabik.
Leong putu
Bermain pasir di pantai Sanur / Kalau berjemur di pantai kuta / Entahlah cerita Mas Dur / Pak Dahlan cuma php kita / .. Hiks hiks
Jimmy Marta
Kuta pantainya banyak bule/ Gimana kalau ke nusadua/ Jika pak bos ngasi pehape/ Niscaya beliau madura juga
Leong putu
Cepat cepat bangun bangun pagi pagi / Sehat sehat lari lari santai santai / Jangan jangan lupa lupa awali awali hari hari / Dengan dengan doa doa supaya supaya niat niat tercapai tercapai / ... 365 365__mantun mantun
Herman Mallian
Abba, kenapa judul beritanya seminggu ini selalu meggunakan pengulangan kata? Ini semacam lelucon orang Mesir: Mou Mou, Asis Asis, dst Kebetulan Mou Mou itu salah satu judul episode di serial “The Crown” yang barusan dirilis bulan ini. Abba nonton juga ya serial ini? ????
Kang Sabarikhlas
subuh tadi cuma lihat sekilas judul CHD lalu saya tidur lagi diiringi hujan... sekarang masih hujan, lho? kok Buntut Buntut?..wah saya terinspirasi jadi pingin sop buntut tapi, duh..uang sisa selembar biru, rokok sisa sebatangkara, ya sudahlah "hao" beli soto babat aja. Anu,..titip salam buat Cak Trudeau yang mendukung perusuh disway bebas ngomel masa lalu, masa kini, masa depan juga masa halu ndakpapa... hao.
Jimmy Marta
Pemilihan kepemimpinan di Muhammadiyah menurut sy sangat baik. Betul2 dari bawah. 2 tahun dilakukan penjaringan menghasilkan 92 nama calon. Hari ini para muktamirin memilih 39 orang dari 92 yg terpilih untuk duduk di PP. Para senior spt pak Din Samsudin dan Haedar Nashir memberi sinyal ingin Muhammadiyah di pimpin oleh yg muda. Mbah Mars ada bocoran kandidat kuat?
Aju Y
Maaf semuanya.. Ini hanya sebatas pengingat untuk kita semua Semuanya harus hati hati dan teliti..semoga tidak terjadi pada diri kita nantinya Baru saja terjadi pada tetangga saya Habis bangun tidur langsung mandi air dingin Terus habis itu ngopi dan makan semangka yg baru diambil langsung dari kulkas Pas mau berangkat kerja.. Saat naik sepeda motor, tidak ada tanda apa-apa alias sehat Tapi tidak lama kemudian langsung mendadak tidak bisa melihat apa apa Gelap gulita,badan keringat panas dingin, sesak nafas, jantung berdebar kencang dan sambil minta Pertolongan dan teriak sekencang2 nya Tolong..tolong..tolong... Ternyata Yang Maha Kuasa masih menyelamatkan nya Ternyata...orang itu pakai helmnya terbalik !!
AnalisAsalAsalan
@RU Kalimat "bakar uang" hanya bahasa mudah. Marketing itu pasti ada cost and benefit analisis. Hasilnya bisa jadi: 1. High cost, high benefit, high risk. 2. High cost, high benefit, low risk. ... ... Paling parah: High cost, low benefit, high risk. Semua ada hitungannya. Saat ini sekolah masuk, ya ruang guru yg online harus beradaptasi. Selain itu banyak follower yang mengurangi keju ruang guru. Itulah bisnis. Cari blue ocean (persaingan sedikit), saat jadi red ocean (persaingan berdarah-darah), ya cari blue ocean lagi.
Rihlatul Ulfa
Saya salah satu orang yg tidak setuju, jika suatu brand/perusahaan ingin dikatakan berhasil, harus jor2an dalam iklan dll. contoh saat 2 tahun lalu, Ruang Guru banyak sekali membayar iklannya ke televisi pun ke youtube dan yg lainnya. saya saat itu berfikir, apa2an ini, bagaimana kok mereka malah membakar uang. belum ditambah dengan perhelatan pertunujukan Ruang Guru yg sangat megah itu, dengan diundangnya bintang2 tanah air. bayangkan berapa milyar uang itu dihabiskan untuk sesuatu yg sebenarnya bisa saja tidak harus dilakukan. akhirnya hari ini Ruang Guru merilis bahwa memPHK ratusan karyawan mereka. juga dengan perusahaan GOTO yang kemarin memPHK 1.300 karyawannya. perusahaan anda boleh saja beriklan dengan bintang dunia didalamnya. tapi apakah itu hanya untuk pamer? atau memang masih mempunyai uang simpanan 100 triliun.
mzarifin umarzain
Akuntan publik mengaudit, berperan sebagai konsultan handal, bonafid, komprehensif. teman karyawan di pabrik tekstil pernah disalahkan, karena konsultan tak bisa bedakan antara panjang benang & dan panjang kain yg dibuat nya. kata konsultan tsb, harus sama panjang nya. konsultan tak mau tahu dg penjelasan yg diberikan.
Mirza Mirwan
Barusan saya mengikuti pembukaan Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 lewat TVMu. Presiden Jokowi dan Ibu Iriana yang terpaksa mendahului pulang ketimbang pemimpin OPEC lain terlihat bugar, tak nampak kesan lelah. Beliau meninggalkan Bangkok, lewat Bandara Svarnabhumi tadi malam pukul 19.10 WIB (sama dengan Waktu Thailand) dan tiba di Solo sekitar pukul 23. Saya hanya bisa membayangkan, alangkah capeknya. Eh, setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang memang harus berdiri, masih diteruskan dengan "Sang Surya" dan Mars Aisyiyah dan tetap berdiri. Semoga seluruh rangkaian muktamar bisa berjalan lancar. Aamiiin.
Chei Samen
W.salam wtb. Pak Mirza, benar adanya analisa ringkas tuan. Di saya, usia ujung senja. Udah pukul 16:20pm masih santai di rumah. Tadi pagi menyangkul. Sore, main2 dgn cucu. Sebentar tadi dua cucu pijat mbah! Amann. TPS tutup jam 18:00. Ada razki saya turun jam 17:45. Di saya undi tak rahsia. Siapa aja yang tanya, saya jawab. Undi ku untuk Abah DI! Opss.. Abah Muhyidin Yassin! PERIKATAN NASIONAL. Yang dulunya menggantikan DrM. Belio, kayak abah-abah, berakhlak, lembut, santun! Bersih! Akhirnya, siapa pun yang menang, saya legowo! Akur saja. Demokrasi kok Semuanya rakyat Malaysia. Warganegara. Salam Disway, untuk Bang Dahlan, Bang Mirza, Bang Leong P, Bang BU, Bang Juve, Bang Sobar, Mr Kliwon ect ect yang sering mengisi catatan chd! Salam Sihat, Tabik
Mirza Mirwan
Salamullah, Pakcik Chei Samen. Sudah mengundi belum? Pilih Bersatu, UMNO, PAS, Amanah, DAP, atau yang lainnya? Suka-suka Pakcik saja deh. Tetapi, menurut prediksi saya, tak ada partai yang akan meraih 112 kursi parlemen (setengah + 1 dari 222 kursi). Alih-alih satu partai, bahkan dalam satu koalisi sekalipun kayaknya sulit. Entah itu Pakatan Harapan, Perikatan Nasional, ataupun Barisan Nasional. Mungkin hanya Barisan Nasional yang bisa mendekati 112 kursi. Tetapi karena parlemen Malaysia menganut sistem Wesminter, yang penting dapat kursi terbanyak. Setelahnya bisa menggalang dukungan partai dari koalisi lain agar minimal punya 112 kursi untuk membentuk pemerintahan. Dan harusnya pemerintahannya kuat. Kan sudah ada UU anti lompat partai. Tapi, eh, kalau BN yang menang, lantas PM-nya Ismail Sabri Yakob atau Zahid Hamidi?
Beny Arifin
Aura Jinping memang beda. Kalau kita lihat Trudeau, Macron, apalagi Sunak kita seperti melihat sosok direktur utama. Jinping terlihat seperti pemilik perusahaan. Percaya diri, berkuasa penuh, dan tidak perlu pusing lapor ke atasan.
Jimmy Marta
Buntut kuda ada dua. Dibawah dan dibelakang.
Johan
Pemandangan yang langka, seorang kepala negara menegur koleganya dari negara lain. Begitu akibatnya ketika sebuah hubungan tidak didasari rasa respek lagi satu sama lain. Terlihat setelah pembicaraan singkat itu, Justin Trudeau bergegas masuk. Mungkin dia menuju kamar peristirahatan. Masuk dan menghempaskan diri ke kasur dan menangis tersedu-sedu. Wkwkwk. Ada yang luput tidak diceritakan Abah. Dalam video itu, ketika masing-masing membalikkan badan berlalu. Terdengar suara yang lirih hampir tidak kedengaran, dari seseorang di rombongan Xi Jinping. Terdengar seseorang itu mengatakan: "Hen Tianzhen" (很天真) dalam bahasa Mandarin. Yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya "Sungguh Naif". Yah, rasanya memang pantas JT di gituin. Coba apakah dia akan menerapkan "freedom of speech" yang sama seperti itu untuk pembicaraannya dengan pemimpin negara lain, Mr. Biden misalnya? Tentu saja tidak. Dia hanya standar ganda dan kekanak-kanakan. Dia menunjukkan dirinya ke Tiongkok sebagai mitra yang tidak bisa dipercaya.
Juve Zhang
Pembicaraan Om Jinping dan Justin T sangat wajar dan dalam suasana biasa untuk ukuran Pemimpin Negara. Yg tidak Biasa itu Donald Trump mengatai ibunya Justin T "pesta" sama semua pemain band Roliing Stone. Anda baca sendiri lah komen DT itu di Google .kalau itu sudah lewat Garis Merah. Sangat Tidak Berkelas Ucapan Donald Trump mengenai Ibu JT. Kalau ucapann Om Jinping sangat diplomatis dan berkelas.
Mahmud Al Mustasyar
Kalau Kanada yg anggota G7 saja, pemilunya diduga ada intervensi dr Tiongkok; bagaimana dgn pemilu kita nanti ? Nggak bisa dibayangkan.
AnalisAsalAsalan
@MT Seperti kata HT, "Masa keemasan start up sudah usai." Perusahaan tradisional harus merangkak bertahun-tahun untuk besar. Maka, startup pun kiranya demikian. Ini ujian bagi perusahaan modern, bagaimana membesar dan bertahan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 156
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google