Krisis Air Ancam Dunia, BMKG: Kemarau di Indonesia Mulai Maret 2023

Krisis Air Ancam Dunia, BMKG: Kemarau di Indonesia Mulai Maret 2023

Kekeringan/ilutrasi-ilustrasi-Berbagai sumber

JAKARTA, DISWAY.ID - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati melihat krisis air kian menjadi ancaman serius bagi semua negara pada tahun ini.

"Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap negara maju atau berkembang," kata Dwikorita dalam keterangan resminya, Minggu 19 Februari 2023.

Dwikorita menilai, peningkatan emisi gas rumah kaca akan berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara serta berdampak pada fenomena perubahan iklim.

"Emisi gas rumah kaca yang tidak bisa dikendalikan memicu semakin cepatnya proses penguapan air permukaan. Hal ini mengakibatkan ketersediaan air semakin cepat berkurang," terangnya.

BACA JUGA:10 Cara Menghilangkan Bekas Luka di Kaki dengan Bahan Alami

"Sebaliknya, akan terjadi hujan yang berlebihan di lokasi atau belahan bumi yang lain," sambungnya.

Dwikorita menambahkan, pengurangan stok air itu berlaku bagi air permukaan maupun di tanah. Hal ini jelas mempengaruhi ketersediaan air bersih di seluruh dunia.

"Ditambah perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan proses turunnya hujan menjadi ekstrem dan tidak merata," ujarnya.

Sejauh ini, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada 2022 melaporkan kekeringan dan kelangkaan air melanda Eropa, Amerika sebelah utara dan barat, 

BACA JUGA:10 Manfaat Air Kelapa Muda untuk Kesehatan, Nomor 7 Paling Penting!

Amerika selatan barat, kawasan Mediterania, dan Sahel (zona perbatasan antara Gurun Sahara dengan daerah sebelah utara Afrika yang lebih subur).

Selain itu, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Australia Tenggara.

Namun pada saat yang sama, banjir juga terjadi Easton Sahil, Pakistan, Indonesia, hingga Australia Timur. 

"Jadi, sekali lagi kekeringan dan banjir adalah dampak yang sama akibat dari dari kencang-nya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan," tukas Dwikorita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: