Belanda Budiman

Belanda Budiman

Bud Wicher dan Dahlan Iskan-Bud Wicher-

ADA juga orang Belanda yang Budiman. Ia ke rumah saya Kamis lalu. Ia baru pulang dari Ukraina. Meliput perang di sana.

Dari Ukraina ia tidak mampir Belanda. Langsung ke Surabaya. Begitu penting Indonesia baginya. Ia begitu jatuh cinta pada Indonesia. 

Ia pun ingin mencari orang tuanya di sini. Yakni orang tua yang asli. Yang membuat janinnya dan yang melahirkannya.

Ia memang asli Indonesia. Lahir di Jakarta. Namanya satu kata: Budiman. Itu nama lahirnya. Yang dipertahankan, pun setelah jadi orang Belanda. 

Selebihnya ia tidak tahu apa-apa.

Ketika masih bayi 1,5  bulan, Budiman diserahkan ke panti asuhan. Dalam kondisi prematur. Lalu diserahkan ke orang lain. Ke orang Belanda. 

Waktu itu, tahun 1978 awal, suami-istri, Gerrie dan Han Wichers, datang ke Jakarta: untuk mencari bayi yang bisa diadopsi. Tentu secara ilegal. Sulit dan rumit untuk mendapatkan yang seperti itu secara legal.

Pasangan itu sudah divonis tidak akan punya anak: kandungannyi sudah diangkat dalam sebuah operasi. Mereka mendapat gambaran bisa mendapatkan bayi dari Indonesia. Untuk diadopsi. 

Di Belanda, jauh di timur Amsterdam, Budiman tumbuh normal. Di desa Gorssel, kota kecil Lochem, provinsi Gelderland.

Budiman pun masuk sekolah di sana. Dari SD sampai SMA.

Dengan sosok yang tetap berbeda di kelasnya: kulit cokelat. Hanya tinggi badannya tidak kalah dengan rata-rata orang Belanda: kini 180 cm. Itu mungkin berkat protein yang cukup di masa pertumbuhannya.

Tapi dengan kulit cokelatnya, Budiman tetap merasa aneh sendiri. Lalu bertanya pada orang tua: siapa dirinya. Saat itu umur Budiman baru 7 atau 8 tahun.

"Orang tua saya sebenarnya sejak lama ingin menjelaskan semuanya. Sebelum saya tanya itu. Tapi saya masih dianggap terlalu kecil," ujar Budiman –yang sampai sekarang masih belum bisa berbahasa Indonesia.

Setelah diberi tahu itu ia pun mulai terusik untuk mencari tahu siapa ibu yang melahirkannya. Ia tidak sendirian. Banyak yang seperti Budiman.

Sekitar 3.000 bayi yang senasib dengan Budiman di Belanda. Mereka pun saling kontak. Lewat yayasan khusus yang membantu mencari silsilah: Yayasan Mijn Roots.

Banyak sekali anak adopsi yang berhasil menemukan orang tua asli. 

Di akhir tahun 1970-an berita adopsi memang sangat marak di Indonesia. Saya sendiri pernah menugaskan wartawan untuk melakukan investigasi. 

Berhasil. 

Ditemukanlah satu lembaga yang dekat dengan gereja. Di Pandaan. Yakni kota kecil antara Surabaya-Malang. Di situ ada panti penampungan bayi. Orang Belanda bisa datang ke panti itu. Ratusan bayi di situ –menunggu diadopsi.

Dari hasil investigasi itu diketahui: mereka adalah campuran. Sebagian dari mereka adalah bayi hasil hubungan gelap.

Sebagian lagi bayi dari keluarga yang sangat miskin. Ada seorang ibu yang mengaku seperti ini: ''lebih baik anak saya diadopsi. Agar masa depannya lebih baik. Dari pada ia melanggengkan kemiskinan keluarga kami".

Zaman itu ekonomi Indonesia memang belum semaju sekarang. Industrialisasi pun baru dimulai. Banyak wanita muda pindah ke kota. Cari kerja. Di pabrik-pabrik. Dengan segala risiko guncangan jiwa. Termasuk risiko kemudaan mereka. 

Itulah zaman pancaroba sosial. Dari ekonomi miskin di pedesaan ke ekonomi industri di kota. Dari desa ke kota. Dari kultur desa ke kultur urban. Dari banyak kekangan ke kebebasan.

Bayi-bayi gelap tadi adalah salah satu konsekuensinya. 

Lembaga penampung bayi itu sendiri merasa sedang mengerjakan kemuliaan: mengatasi problem bayi yang harus dibuang di pinggir jalan. Atau di toilet. Di mana saja.

Kala itu kehebohan adopsi bayi luar biasa. Akhirnya pemerintah turun tangan. Melarangnya. Lembaga itu pun tutup. Tidak ada lagi adopsi massal seperti itu.

Begitu juga nasib lembaga-lembaga sejenis di kota yang berbeda-beda.

Budiman diambil dari panti bayi di Jakarta. Setelah diberi tahu bahwa ia anak Indonesia, Budiman mempelajari Indonesia. Ia begitu ingin ke Indonesia.

Apalagi dokumen adopsi itu lengkap: ada nama ayah dan ibunya. Rusdi dan Mustiah. Bahkan ada alamat mereka: Dukuh Pinggir V, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta.

Setamat SMA di Belanda, Budiman tidak mau kuliah.

Perasaannya ingin mengembara. Ke mana pun. Terutama ke Indonesia. Untuk itu Budiman mengumpulkan uang. Kerja apa saja. Termasuk jadi loper koran.

"Di Belanda, asal mau kerja, cari uang itu gampang," katanya mengenang.

Orang tua Budiman, Gerrie dan Han Wicher, memahami gejolak jiwa Budiman. Tahun 1996  Budiman diajak ke Jakarta. Umurnya baru 19 tahun. 

Di Jakarta mereka masih bisa bertemu Ronald Tumewu.

Ronald adalah ketua panti asuhan tempat bayi Budiman dititipkan saat itu.

Belum banyak yang bisa didapat untuk bisa sampai ke orang tua Budiman. Mereka kembali ke Belanda.

Keluarga Gerrie dan Han Wicher tidak hanya mengadopsi Budiman. Dua tahun kemudian mereka dapat bayi dari Jatim.

Nasibnya lebih baik. Sang adik bisa menemukan orang tuanya. Di Surabaya. Mereka bertemu. Sekian tahun kemudian hubungan itu putus. Merepotkan sekali. Sang Adik kini jadi eksekutif bank besar di Belanda.

Sedang Budiman memilih jadi pengembara. Ia merantau ke Australia. Lalu ke Palestina.

"Saya menjadi guru relawan di Ramalah," katanya. Lantas menjadi wartawan. Begitu banyak berita konflik antara Palestina dan Israel.

Modal kewartawanannya diperoleh saat SMA. Ia menjadi pengasuh koran sekolah. Termasuk belajar fotografi.

Di Palestina, Budiman sering berada di tengah konflik kekerasan. Ia menjadi biasa dengan gerakan intifada yang dilakukan anak muda Palestina.

Budiman juga meliput perang di Irak. Lalu ke medan tempur di Syria. Ke medan revolusi di Libya. Dan kini ke Ukraina. Ia menawarkan diri untuk membawa nama Harian Disway di Ukraina. Tentu Disway senang sekali. 

Di Syria, Budiman sempat kena serpihan bom. Membuat luka melintang di bawah leher depannya. Ia pun dibawa ke rumah sakit. Dalam pemeriksaan itu diketahui: Budiman punya penyakit lain yang harus diatasi. Teroid. Harus dioperasi di Belanda. Berhasil –meski sempat kehilangan suara. 

Sambil jadi wartawan, Budiman terus mencari orang tua aslinya. Ia beberapa kali ke Jakarta. Termasuk ke kampung di Tanah Abang itu.

Akhirnya ia pun berhasil menemukan rumah orang tua aslinya. Sudah ditempati orang lain. Ada tetangga yang tahu persis ibunda Budiman. Namanyi: Esni. Sudah tua sekali. Dia adalah teman sepermainan ibu Budiman. Juga teman mengaji.

"Sudah pindah ke Tangerang," ujar Esni seperti ditirukan Budiman kepada Salman Muhiddin, wartawan Harian Disway. "Tidak tahu di Tangerangnya di mana," tambahnya.

"Saya ingin sekali mencari ke Tangerang. Tapi tidak tahu harus memulai dari mana. Tangerang luas sekali," katanya.

Kesempatan mencari Sang Ibu terbuka. Budiman harus sering ke Indonesia: pacarnya tinggal di Surabaya.

Sang pacar, Ana van Valen, bekerja untuk Yayasan Mijn Roots di Surabaya.

Ana juga seperti Budiman: bayi Indonesia yang diadopsi orang Belanda di masa itu. Ana pernah kawin dengan orang Belanda yang juga hasil adopsi dari Indonesia.

Saya tidak menyangka bisa bertemu bayi-bayi yang kami liput lebih 40 tahun yang lalu. Yang kini sudah begitu gagahnya. Dan cantiknya. Yang bayi-bayi itu kini mulai lagi belajar bahasa Indonesia di masa setengah umur mereka. Mereka ternyata juga sangat  mencintai Indonesia.

"Kalau misalnya ada tawaran untuk mendapat paspor Indonesia, Anda pilih punya paspor Belanda atau Indonesia?" tanya saya.

"Sulit sekali menjawab," ujar Budiman. "Saya sama-sama mencintai Belanda dan mencintai Indonesia," tambahnya.

Sebagai wartawan, Budiman bisa masuk Iran lebih mudah dengan paspor Indonesia. Tapi bisa lebih mudah masuk Israel dengan paspor Belanda. "Sulit memilihnya," kata Buddy Wichers, nama panggilannya.

Lebih dari paspor dan kewarganegaraan, Buddy Wichers, kini lagi jatuh cinta pada bebek goreng Surabaya. Jangan-jangan karena belakangan tidak bisa banyak pakai minyak goreng lagi.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Presiden Wow!

Waris Muljono
Selisih 12 detik ama yg pertamax, ternyata susah ya nyari pertamax..... 

Gito Gati
Ketika pengusaha sdh susah diatur (tentu ada campur tangan pejabat korup) maka politik yang harus menyelesaikan. Contohnya jack ma. Ketika jack ma semakin rakus dan negara merasa terancam, maka pemerintah china "melenyapkan" jack ma. Toh walau jack ma "dilenyapkan" sebenarnya pemerintah china hanya ingin membatasi. Dg dibatasi pun jack ma masih tetap kaya raya. Begitu juga dengan di Indonesia, hal itu harus dilakukan Presiden jokowi sendirian. Saya adalah pendukung pak jokowi yang realistis. Ketika minyak goreng melambung tinggi saya "berteriak" keras di fb. Ketika bahan bakar kendaraan melambung tinggi, saya masih maklum (yg penting jangan langka). Tapi ketika minyak goreng yang melambung tinggi maka saya tidak terima. Karena aneh saja, produsen sawit nomor satu dunia diombang ambing oleh harga. Betapa lemahnya pemerintah. Akhirnya logika saya lalu menjustifikasi pasti ada tangan2 korup pejabat yanng terlibat. Kita lihat saja, presiden sdh membuat kebijakan moratorium ekspor. Kalau masih bocor maka harus ada reshufle kabinet.

Mirza Mirwan
Saya belum membaca komentar, jadi mungkin substansi komentar saya ini sudah ada yang menuliskannya lebih dulu. Apakah melarang total ekspor CPO dan minyak goreng jadi itu tepat? Menurut saya yang awam soal perdagangan luar negeri, rasanya kok tidak. Konsumsi minyak dalam negeri hanya 5 juta ton. Mengapa harus melarang total ekspor yang 50 juta ton? Bukankah dengan menguranginya 20% saja sudah lebih dari cukup? Ini masalah devisa, lho. Memangnya pemerintah siap kehilangan devisa -- meski untuk satu bulan saja -- dari CPO dan minyak goreng hingga menjadi nol devisa? Kecuali itu juga pasti akan memicu kekacaua pasar minyak goreng secara global.

No Name
Om mirza, Sebenarnya pemerintah sdh kasih kesempatan bagi pengusaha. Yaitu adanya DMO. Tapi kenyataan dilapangan beda. Pengusaha sedikitpun nggak ada empati buat rakyat. Ditambah pejabat korup pula. Saya yakin kebijakan presiden kali ini hanya sock terapi. Setelah dirasa semua wajar maka presiden akan mencabut peraturan ini. Terlepas dari plus minus, semua kebijakan pasti ada resikonya. Utk itu, saya sangat mendukung kebijakan presiden kali ini.

Do'a yang kurang lebih mewakili seluruh rakyat Indonesia. Semoga pak menko tidak mencabutnya lagi seminggu kemudian. Sampai harga kembali normal.

Rank Bukik
Ayo gelar tikar, mari kita tonton rame-rame serial "The Good Cop, Bad Cop ".. pengen tahu ending nya gimana.. ( nonton sambil senyum yg dimencep-mencepkan , gak boleh komen, gak boleh protes ... percuma !!!)

No Name
Mari kita tebak berapa lama keputusan ini akan dijalankan. Dan apakah pak menko akan intervensi. Kalau tebakan saja 5 hari. Yang penting hero sudah keluar, tayangan bioskop selesai. Dan tidak ada intervensi. Karena menkonya bukan spesialis lahan sawit, tapi batu bara. Wkwkwk....

No Name
Nanti buku Sejarah Indonesia akan mencatat. Pada saat pandemi ketika harga minyak goreng naik tinggi akibat perang Rusia vs Ukraina. Dan untuk membelinya rakyat harus antri . Ada seorang Presiden yang tegas dan berani menjewer kuping para pengusaha sawit dengan Melarang Ekspor Minyak Goreng dan bahan bakunya. Now, biarlah mereka yang merayu rakyat konsumen membeli minyak goreng dengan harga murah dan berlimpah. Keputusan Sapu jagat Presiden akan membuat para pengusaha sawit belajar empati. Jangan hanya mau untung sendiri dan tega membuat ibu ibu untuk beli saja harus antri. 

Teguh Wibowo
Bisa jadi bukan minyak gorengnya yg terlalu mahal. Mungkin anda saja yg memang terlalu miskin... Hehe.. canda pak..

No Name
Bapak Presiden marah ? Suatu hari, tiba2 istri saya marah. Wajahnya cemberut. Pagi2 biasanya saya dibuatkan kopi, tapi pagi itu tidak. Aneh. Saya mulai berpikirr, apa salah saya ? Saya ini tipe suami yang baik, sulit memikirkan hal jahat apa yang telah saya lakukan pada istri. Hahahaha.... Ooooalah....... Sore hari baru saya ingat..... Ternyata tadi malam kami sudah janjian, tapi saya ketiduran. Dia terlanjur berharap dan menunggu. Terlanjur pakai wangi wangian.... Memang salah saya..... Mungkin Pak Pres juga, sudah sering dikasih janji. Namun selalu gak ditepati, janji dibayar jani.

No Name
Beli sepatu warnanya merah / Warna merahnya bagai semangka/ Hari Sabtu sungguh cerah/ Patutlah hati berbahagia.

achmat rijani
Amboi cantik gadis pashtun./ Adalakah satu di Muara Enim./ Susah payah bikin pantun./ Eadalahh namanya koq anonim. Wkwkwkwkw Admin...admin....

Fantra Salahuddin
Pengusaha CPO memang perlu diberi tindakan tegas, tapi sayangnya turunan kebijakan ini juga berdampak pada kami petani kecil dengan luasan lahan maks 2 hektar, dimana kebun ini merupakan pencaharian utama. Ekspor distop, stok CPO melimpah di pabrik, PKS kemungkinan stop pembelian TBS, habislah kami.

Hardiyanto Prasetiyo
WOW = Wani Ora??? Wani.... WOW = Wani Opo Wedi??? Wani... Sembari berharap semoga bukan kebijakan ejakulasi dini yg gagah diawal, lalu letoy kemudian.

Rizky Dwinanto
Tidak mudah menilai keputusan ini, apakah benar atau salah, bijak atau bikin masalah baru. Perusahaan sawit tidak terlalu pusing jika dilarang ekspor CPO selama dua atau tiga bulan, mereka bisa bertahan selama waktu itu tanpa pemasukan. Lalu apakah mereka lalu mengubah CPO ke minyak goreng untuk dijual ke dalam negeri? Saya tidak yakin. Yang jelas ini semacam shock therapy/hukuman buat perusahaan sawit. Efek lainnya adalah TBS petani yang tidak terserap, lalu harga CPO internasional yang akan membubung tinggi. Malaysia yang akan diuntungkan. Dugaan saya kebijakan ini akan jadi tai ayam, hangat ketika dikeluarkan tetapi setelah beberapa waktu baunya..... busuk.... 

Komentator Spesialis
Hutang ya hutang. Ngapain situ mau keluarkan hutang yang Rp cuman hitung yang USD saja. Memang hutang yang Rp nggak mau dibayar ? Sampeyan perlu belajar lagi. Itu terjadi karena hutang mata uang asing nggak diserap pasar. Hutang Rp diserap BI alias cetak duit sama SBN yang bunganya selangit. Bunganya doang harus bayar Rp 400T. Pendapatan cuman Rp 2000 T an. Apa nggak kecekik kita. Sampeyan juga ikut kecekik karena pajak pajak dinaikkan subsidi dikurangi.

Juve Zhang
Ir. Jokowi ini memang "Gila" dulu beli minyak BBM harus ke Singapura melalui " Perusahaan khusus" eh malah di bubarkan perusahaan nya, disuruh beli langsung ke Negara penghasil minyak BBM nya. Padahal itu kan sumber "Penghasilan" yg menggiurkan. Sekarang dilarang ekspor, benar benar gila. Memang Presiden seperti ini hanya ada 100 tahun sekali. Kesempatan memperkaya diri tak digunakan oleh beliau. Seorang Legendaris.

No Name
Pemimpin keluarga juga selalu di protes......apalagi urusan dapur dan kasur...wkwkwk 

No Name
Ada Raja Sawit yg punya pabrik minyak goreng di negeri "Sana" pasti beliau lumbung, gak nyangka Ir.Jokowi yg kurus gini bisa buat limbung, semua umur umur belum pernah ada larangan ekspor CPO. Sang Don pasti sekarang tidak nyenyak tidurnya kerajaan bisnisnya terganggu. Wkwkwkwk

Akagami Shanks
Saya mau nyari investor pak lbs, tapi harus orang ternama. Biar gampang kalau ada rencana ngembat follower 10-20 th kedepan. Sudah ada yang nge gong i hehe. Pak dis mau nggak iya wkwk (kabur).

Aju Y
Terus gue juga mesti bilang WOW gitu? Terus gue mesti salto sambil bilang WOW gitu ? Terus gue mesti ambil speaker sambil bilang WOW gitu ? Terus gue mesti guling2 sambil teriak bilang WOW gitu, yang jelas nanti stok CPO dan turunannya akan melimpah ruah dan harga minyak goreng akan turun 50%, untuk sekarang kebijakan Presiden melarang ekspor harus di dukung, yang jadi pertanyaannya adalah apakah dalam beberapa hari kedepan nanti bakal di batalkan lagi oleh Pak LBP seperti pelarangan ekspor batubara januari kemarin ? Kita lihat saja nanti....jadi gue mesti bilang WOW gitu ? Terus gue mesti makan cabe sambil bilang WOW gitu? Terus gue mesti naik sepeda sambil jungkirbalik sambil bilang WOW gitu? Terus gue mesti baca disway sambil bilang WOW gitu ??

benady raya
Mungkin kemaluanya besar, jadi tidak mudah habis terkikis.

Wawan Wibowo
Jujurly akhir-akhir ini saya kasihan sama minyak-minyak yang lain (minyak urang -aring,minyak telon,minyak bulus,minyak lintah,hahaha) karena mereka pasti cemburu berat sama minyak goreng,bayangkan sudah 4 bulan di seluruh negeri wakanda topiknya minyak goreng terus.

mzarifin umarzain
Pandai berminyak air. Tanpa minyak, air pun bisa untuk modal ngganteng?

benady raya
Tanggal 29 cuti bersama, mungkin bea cukai juga.pas habis lebaran peraturan dicabut. Penonton puas meskipun tidak sampai ejakulasi. Terpenting semua senang dan terhibur. Seperti balapan moto gp. Rakyat ada yang susah , ada hiburan , terpenting ada yang dibicarakan , meskipun unfaedah. Nguik

benady raya
Begitu banyak bintang dilangit seperti salahku pada istri , akan hilang setelah matahari terbit. Karena cinta istri seperti matahari. Dan kami baik baik saja. Tidak perlu cangkeman ngadepi kebijakan sang Don. Nguik.

No Name
Konsumsi domestik hampir 20 juta ton per tahun. Bukan 5 juta. Total produksi : hampir 50 juta ton. Selisihnya ekspor.

Jokosp Sp
Jadikan kasus Batu Bara jadi pelajaran. DMO tidak fungsi. Dan pengusaha yg terlibat tdk ada proses hukum. Atasan ke bawah mampet artinya. Yg tdk performance harusnya diganti, kayak kekurangan orang saja. Miris lihat kondisi hukum tdk berjalan.

No Name
Saya sebagai pendukung garis keras pak jokowi (tapi saya masih menomorsatukan kepentingan pribadi pada umumnya) sampai geram. Di sosmed saya kobarkan "jihad" mendemo (terutama melalui medsos) pemerintah habis2an. Saya tdk ragu sama pak jokowi tapi saya curiga jangan2 pak jokowi sdh tdk mau ambil risiko politik gara2 sdh menjabat yg ke-2. Untunglah kecurigaan saya salah. Tapi "perang" baru dimulai. Akankah Presiden menang kali ini?

Lukman bin Saleh
Selama mungkin? Tidak Rhoma, itu tdk masuk akal. Itu adalah perbuatan dungu. Sia2. Unfaedah. Mau diapakan sawit2 ini? Memangnya yg akan menderita pengusaha besar saja? 

Pryadi Satriana
Keputusan Presiden Jokowi menunjukkan "keruwetan di atas" terkait minyak goreng. Sekadar mengganti Mendag tak akan menyelesaikan masalah. Hanya pion. Tanpa satu pion tetap bisa "bermain." Langkah drastis diambil: menjungkirbalikkan papan catur! Supaya tidak bisa lagi "bermain." Wow ... (5x). "Bonek" tenan! POTENSI pendapatan ekspor sekitar 500T dipertaruhkan! NGGAK APA!!! Ini bentuk solidaritas (baca: keberpihakan) pada wong cilik. Anggap saja "500T itu disubsidikan untuk rakyat"! Saran saya untuk Pak Jokowi: pertahankan kebijakan ini selama mungkin! Akan banyak yg pusing. Tidak hanya mafia migor. Juga sebagian menteri. Juga pengusaha. Apalagi menteri yg jg pengusaha. Apalagi yg terkait minyak goreng! Jurus pamungkas telah dikeluarkan Jokowi. Ternyata beliau MASIH PRESIDEN. Bukan boneka. Pun tak sekadar petugas partai. Presiden telah menunjukkan keberpihakan beliau kepada rakyat. Mari kita dukung bersama. Jangan nyinyir dulu. Semua akan jelas pada waktunya. Kita tunggu bersama & lihat yg terjadi nanti. Semoga niat baik dapat terlaksana dengan baik. Aamiin. Sehat selalu. Salam. Rahayu.

menghancurkan. Itulah bedanya p Jokowi dg orang yg selalu d kendalikan emosi seperti pak Pry...

Johannes Kitono
Horeee, akhirnya rakyat Indonesia bisa menikmati Minyak Goreng merk Jokowi dengan harga yang terjangkau. Pasti pelarangan ekspor ini tidak akan berlangsung lama.Negara membutuhkan devisa dan jangan sampai pangsa pasar kita diisi oleh negara kompetitor seperti Malaysia. Jangan sampai pula petani sawit ditekan harga belinya oleh pengusaha. Now, silahkan saja Asosiasi Sawit menghadap Menko Ekuin membuat Surat Pernyataan tertulis bersedia membantu pemerintah menstabilkan harga minyak goreng seperti semula, misalnya HET Rp.22 ribu/ 2 liter. Asosiasi Sawit harus menyisihkan sebagian windfall profitnya. Supaya harga kembali stabil dan rakyat banyak bisa merayakan Lebaran dengan Migor murah merk Jokowi. Akhirnya sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, ekspor minyak goreng dan bahan bakunya pasti boleh lagi memasuki pasar dunia.

Antonio Samaran
Siap-siap diprotes sama petani sawit, harga tbs sawit akan segera jatuh ke bumi. Hadiah lebaran buat petani. Kalo kebijakan ini hanya berlaku bbrp minggu mungkin tidak masalah, setelah lebaran harga kembali normal. Yg punya duit jangan coba2 menimbun, mungkin hukuman mati menanti anda. Pemerintah juga tidak perlu kuatir, suara petani tidaklah nyaring. Politisi juga tidak akan membela mereka. Jadi pemerintah bisa berlebaran dengan tenang. 

Jimmy Marta
Tidak banyak komoditas eksor Indonesia yg menghasilkan devisa besar. Diantaranya, cpo, batubara dan karet. Cpo dan batubara ini penghasil devisa yang penuh perjuangan. Kita semua tentu masih ingat eropa melakukan boikot. Karena dianggap tidak ramah lingkungan. Tidak pro pengurangan gas rumsh kaca. Saat ekspor masalah, harga tbs sawit hanya ratusan rupiah per kg. hanya cukup untuk biaya memanen buahnya. Sekarang ini harga tbs mencapai 3800 per kg membuat petani sawit lega. Lalu para pengusaha menggenjot ekspor. Mumpung permintaan sangat gacor. Hingga lupa untuk rakyat sendiri. Giliran emak emak yang teriak. Didukung sang anak (baca: mahasiswa) . Berbagai kebijakan dibuat. Semua tak bermanfaat .sampai datang sapujagat. Semiga kita semua selamat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: harian disway

Komentar: 165

  • alasroban
    alasroban
  • Liam Then
    Liam Then
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • edi susanto
      edi susanto
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
    • Liam Then
      Liam Then
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi
  • agus rudi Purnomo
    agus rudi Purnomo
  • Liam Then
    Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
  • DeniK
    DeniK
  • Wawan Wibowo
    Wawan Wibowo
  • Antonio Samaran
    Antonio Samaran
  • Antonio Samaran
    Antonio Samaran
  • Ronaldo Bagaskara Bin Suyitno
    Ronaldo Bagaskara Bin Suyitno
  • Hardiyanto Prasetiyo
    Hardiyanto Prasetiyo
  • omami clan
    omami clan
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Liam Then
      Liam Then
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • yafni alris -husin
      yafni alris -husin
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • siti poerwaningsih ngawi
    siti poerwaningsih ngawi
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Dian Gambar
    Dian Gambar
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Dedi Juliadi
      Dedi Juliadi
    • Gito Gati
      Gito Gati
    • Tunk BM
      Tunk BM
  • edi susanto
    edi susanto
    • edi susanto
      edi susanto
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • suhartono suhartono
      suhartono suhartono
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Leong putu
      Leong putu
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Leong putu
      Leong putu
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Nurkholis Marwanto
      Nurkholis Marwanto
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Gito Gati
      Gito Gati
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Arala Ziko
    Arala Ziko
  • Legeg Sunda
    Legeg Sunda
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
  • Jo Neka
    Jo Neka
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Leong putu
      Leong putu
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Suharyanto
    Suharyanto
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Leong putu
    Leong putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Leong putu
      Leong putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
  • Dedi Juliadi
    Dedi Juliadi
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Teguh Wibowo
    Teguh Wibowo
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • rid kc
    rid kc
  • Danan Baskara
    Danan Baskara
  • rid kc
    rid kc
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
  • Amat Kasela
    Amat Kasela
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
  • Leong putu
    Leong putu
    • Leong putu
      Leong putu
    • Santun Mulia
      Santun Mulia
  • charik nunukan
    charik nunukan
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Chorus Label
    Chorus Label
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain

Berita Terkait