Bawaslu Minta Tokoh Politik Untuk Tidak Gunakan Politik Identitas dan SARA
Anggota Bawaslu RI, Totok Haryono-Intan Afrida Rafni-
JAKARTA,DISWAY.ID-- Anggota Bawaslu RI, Totok Hariyono menyebutkan perbedaan antara Politik Identitas dan Politisasi Sara. Dia mengatakan bahwa keduanya memiliki kesamaan makna.
“Sebenernya hampir sama ya kalau identitas mungkin pada ciri-ciri isi bentuk-bentuk fisik mencari perbedaan-perbedaan tapi kalau politisasi sara itu lebih mengeksploitasi pada suku, agama dan ras,” ujar Totok Hariyono di Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu, 25 Maret 2023.
BACA JUGA:Debut Modifikasi XMAX 250 Connected di Ajang CustoMAXI 2023
Dia pun berharap selama pemilihan umum (Pemilu) 2024 tidak ada lagi tokoh politik yang menggunakan politik identitas ataupun politisasi sara.
“Dua-duanya tentu akan melahirkan perbedaan yang tajam nah ini yang kita harapkan politik identitas politik sara itu tidak digunakan dalam proses pemilu ini,” jelas Totok.
BACA JUGA:Puan Maharani Temui Jokowi di Istana, Pererat Hubungan Legislatif-Eksekutif
“Karena itu bisa memicu dengan menyiram minyak. Kita berharap calon-calon negarawan ini mampu menahan diri tidak mengunggah perbedaan-perbedaan yang terjadi pada identitas,” sambungnya.
Leih lanjut, Bawaslu juga melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh agama, seperti PBNU dan Muhammadiyah untuk melakukan persamaan visi misi agar tidak ada politisasi sara atau politik identitas.
BACA JUGA:Ramadan, CFD Sudirman - Thamrin Tetap Diadakan Tanpa Pengisi Acara
Pertemuan tersebut dilakukan oleh Bawaslu dalam Forum Group Disscussion (FGD) tentang pencegahan politisasi SARA bersama organisasi lintas iman di Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat.
“Ini dari PBNU, dari Muhammadiyah dari ada 10 dari syarikat Islam dari PGI ada dari Lembaga Hikmah Muhammadiyah dari KWI, dari mataqin dari PHDI dari Walubi, MUI,” imbuhnya.
BACA JUGA:MAKI Bakal Polisikan PPATK Terkait Transaksi Rp 349 Triliun di Kemenkeu, Mahfud MD Respon Begini
Dia pun mengatakan dalam forum itu, pihak Bawaslu mengajak seluruh tokoh agama tersebut agar tidak melakukan politik identitas atau politisasi sara.
“Kita punya kesatuan visi misi yang sama bagaimana kita mencegah kontestasi identitas dan sara sebagai alat untuk mencari perbedaan,”kata Totok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: