Gegara Seks Oral, Kasus Kanker Tenggorokan di Inggris dan AS Melonjak, Peneliti: Ini Adalah Epidemic!

Gegara Seks Oral, Kasus Kanker Tenggorokan di Inggris dan AS Melonjak, Peneliti: Ini Adalah Epidemic!

Menurut peneliti, di Inggris dan Amerika Serikat, seks oral jadi penyebab utama kanker tenggorokan.-Foto/Unsplash/National Cancer Institute-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Seorang ilmuwan mengungkapkan bahwa seks oral kini menjadi penyebab utama kanker tenggorokan.

Bukan hanya omong kosong belaka, profesor ini telah meneliti penelitiannya selama 20 tahun terakhir. 

Selama penelitian, diketahui ada peningkatan tajam penyakit kanker tenggorokan di dunia barat sampai-sampai si peneliti menyebutnya sebagai 'epidemi'. 

BACA JUGA:Peneliti Ungkap Fakta, Konsumsi Kentang Goreng Bagi Pria Sangat Tidak Dianjurkan, Berbahaya!

BACA JUGA:Ini Dinda Shafay, Selebgram yang Ternyata Kakak Ken Admiral, Korban Penganiayaan Anak AKBP Achiruddin

Kanker yang ditemukan ini sebagian besar disebabkan oleh salah satu jenis kanker yang terletak di daerah amandel di bagian belakang tenggorokan.

Kanker yang dimaksud diidentifikasi sebagai kanker orofaringeal dengan penyebab utama peningkatan kasus yang cepat adalah karena human papillomavirus (HPV).

HPV yang ditularkan secara seksual, juga merupakan penyebab utama kanker serviks. 

Hisham Mehanna (Institute of Cancer and Genomic Sciences),  seorang professor di Universitas Birmingham menyatakan, kanker orofaring sekarang lebih umum daripada kanker serviks di Amerika dan Inggris.

BACA JUGA:Link Nonton dan Sinopsis Drama Korea The Good Bad Mother, Dibintangi Lee Do Hyun

BACA JUGA:Pasta Gigi yang Mengandung 'Hidroksiapatit' Efektif Menguatkan Kesehatan Gigi? Begini Penjelasannya

Mehanna menjelaskan: "Untuk kanker orofaring, faktor risiko utama adalah jumlah pasangan seksual seumur hidup, terutama seks oral.

"Mereka yang memiliki enam atau lebih pasangan seks oral seumur hidup 8,5 kali lebih mungkin mengembangkan kanker orofaring daripada mereka yang tidak melakukan seks oral."

Penelitian baru telah mendorong banyak negara, termasuk Australia bersama dengan Inggris dan Amerika Serikat, untuk meluncurkan 'kebijakan vaksinasi netral gender'.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: