Tika Bima

Tika Bima

--

SEBENARNYA saya kasihan ke Tika. Dia wanita. Dia harus berkubang jalan mencari rumah Bima. Tapi apa boleh buat. Begitu tinggi penasaran pembaca: siapa Bima. Yang bikin TikTok soal jalan dajjal di Lampung itu.

Tapi Tika masih muda. Wartawan suka pada tantangan. Mestinya.

Saya ingat pernah berbuat lebih kejam dari itu: menugaskan wartawati menjelang tengah malam. Pukul 23.30 malam itu ada kecelakaan dramatis. Di luar kota. Hasil liputannyi sudah harus masuk ke redaksi dua jam kemudian.

Malam itu deadline dimundurkan ke pukul 00.30. Agar kecelakaan dramatis itu bisa terbit di koran keesokan harinya. Mesin cetak dihentikan untuk menunggu berita itu.

Tahun itu saya masih menjabat pemimpin redaksi yang ehm ditakuti.

Wartawati itu pun berangkat dengan sepeda motornyi. Hasil liputan tengah malamnyi istimewa. Dramatis. Eksklusif. Apalagi belum ada medsos dan internet.

Kali ini saya sudah lebih sabar. Mungkin karena sudah tua. Dan lagi Tika bukan anak buah saya. Dia anak buah dari anak buahnya anak buah saya.

"Tidak harus berangkat sekarang," ujar saya pada Tika. Hari sudah sore. "Besok pagi nggak apa-apa," kata saya lagi.

Saya pun bertanya pada Tika: "Anda punya anak berapa?"

“Saya masih bujang," kata Tika.

Lalu saya minta foto Tika. Oh iya  masih muda sekali. Tika baru lulus jurusan administrasi negara di STISIPOL Universitas Dharma Wacana Kota Metro, Lampung tahun 2018.

Seperti juga Bima, Tika berdarah Jawa. Sama-sama lahir di pedalaman Lampung. Orang tua Tika asal Yogyakarta. Kakek Bima asal Purworejo.

Ayah Tika pindah ke Lampung tahun 1964. Kakek Bima bertransmigrasi sebelum Anda lahir. Tika generasi kedua. Bima generasi ketiga.

Tika lahir dan tamat SD di desa Muji Rahayu, Lampung Tengah. Masuk SMP di Way Pangubuhan, kecamatan lain tapi justru lebih dekat dari rumah Tika. Lalu melanjutkan ke SMKN 2 di Terbanggi Besar, ibu kota  kecamatan sendiri.

Rupanya Tika berhasil mendapat nomor telepon ayah Bima. Maka sebelum berangkat, Tika menelepon ayah Bima. Lalu Tika menghubungi saya.

"Ayah Bima akan pergi. Mungkin saya tidak bisa bertemu. Apakah saya jadi harus ke sana?" tanya Tika.

Saya berpikir sebentar. Antara kasihan dan memberi tantangan.

"Berangkat saja," kata saya.

"Wartawan jangan terpaku pada hanya satu sumber. Kalau pun tidak bisa bertemu beliau Anda bisa bertemu teman-teman Bima di desa itu. Atau bertemu keluarga Bima yang lain. Atau guru-gurunya," kata saya.

Mungkin Tika lagi mempertimbangkan apakah memadai berkubang-kubang tiga jam ke rumah Bima tanpa bertemu ayahnya. Tapi saya punya pengalaman panjang soal beginian. Kegigihan akan memberi hasil yang kadang di luar perkiraan.

Tidak ada tanda Tika mengeluh. Dia berangkat. Dia hanya bertanya apakah masih memadai ke desa yang begitu jauh.

"Setidaknya, di sepanjang perjalanan, Anda bisa menghitung ada berapa ratus kubangan menuju rumah Bima," kata saya.

Maka pukul 09.10, Minggu pagi, Tika berangkat dari rumahnya. Dia naik sepeda motor milik sendiri. Bukan milik kantor. Tidak ada lagi media yang memberi kendaraan pada reporternya.

Jerih payah Tika membuahkan hasil.

Dia ternyata bisa bertemu keluarga Bima.

Lengkap.

Kakaknya, ibunya dan akhirnya ayahnya. Rupanya semua lubang di sepanjang jalan ikut mendoakan Tika.

Malam itu juga Tika sudah kirim tulisan. "Tulisan Anda bagus," komentar yang saya kirim ke HP Tika.

"Sebenarnya saya wartawan TV. Tapi kadang membantu menulis di Radar Lampung Tengah. Kantornya jadi satu," jawab Tika.

Hasil wawancara Tika itu sudah saya tulis di Disway kemarin. Hari ini saya menurunkan tulisan Tika, khusus mengenai lubang-lubang dajjal di sepanjang jalan itu. Saya juga menyertakan foto-foto yang dibuat Tika.(Dahlan Iskan)

***

Oleh: Tika

Baru berkendara 4 kilometer dari rumah saya, tepatnya di jalan perbatasan Kampung Mujirahayu hingga Kampung Gayausakti, Kecamatan Seputih Agung, saya sudah harus melintasi jalan yang rusak.

Panjangnya kurang lebih 1,5 kilometer.

Jalan yang penuh dengan lubang yang cukup lebar. Gundukan tanah. Batu sisa-sisa timbunan. Batu-batu aspal yang terkelupas. Ditambah bagian-bagian becek karena beberapa hari lalu diguyur hujan.

Kondisi jalan tersebut membuat saya harus mengendarai sepeda motor dengan pelan. Ekstra hati-hati. Jika tidak, saya bisa tergelincir.

Setelah melintasi jalan tersebut, akhirnya saya bisa sedikit merasakan jalan mulus. Namun lagi-lagi saya harus melintasi jalan rusak yang berlubang. Terdapat banyak batu besar yang sebelumnya digunakan untuk menimbun lubang-lubang yang dalam.

Setelah itu tibalah saya di jalan berlumpur. Yakni di Kampung Donoarum, Kecamatan Seputih Agung.

Alhamdulillah, setelah melewati kurang lebih 250 meter saya bisa merasakan jalan yang cukup mulus. Dari Kecamatan Seputih Agung sampai Kecamatan Kotagajah.

Lancar.

Beberapa titik kerusakan jalan di Kecamatan Kota Gajah tidak terasa.

Saat memasuki wilayah Kabupaten Lampung Timur, saya kembali disuguhi jalan yang berlubang-lubang. Terutama di Jalan Raya Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban.

Meski tidak terlalu parah, sepanjang kanan dan kiri jalan  banyak yang berlubang. Atau tambalan. Saya harus berhati-hati saat melintasinya.

Ternyata akses menuju rumah Bima di Kecamatan Raman Utara, juga rusak. Bahkan jalan tepat di depan rumah Bima di Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara  pun rusak. Dan berdebu.

Sungguh butuh perjuangan menuju rumah TikTokers muda tersebut. Banyak sekali jalan rusak yang harus saya lewati untuk sampai ke kediamannya.

Saya baru sampai di depan rumah Bima, pukul 12.10 WIB. Parkir motor. Membersihkan debu yang menempel di pakaian. Baru kemudian menekan tombol bel di rumah Bima.

Yang membukakan pintu adalah Anggun, kakak Bima. Saya langsung mengucapkan salam dan memperkenalkan diri: bahwa saya Tika jurnalis media Radar Lampung TV, Radar Lampung Group. Saya ingin bertemu dengan orang tua Bima.

Kemudian muncul ibunda Bima. Namanyi: Sringatun. Dia ikut  mempersilakan masuk. Kami pun  duduk di kursi ruang tamu. Tak lama kemudian ayah Bima, Juliman Rumbiono menyapa saya. Ia lagi bersiap pergi ke masjid dekat rumah Bima: salat duhur.

Tentu saya mengutarakan maksud dan tujuan saya berkunjung ke rumah mereka. Sringatun  langsung bercerita tentang Bima. Mulai dari saat dia masih sekolah SD hingga Bima melanjutkan pendidikannya di Australia.

Saya juga sempat menanyakan terkait kondisi jalan rusak yang berada tepat di depan rumahnya. Sringatun menjawab jalan tersebut merupakan jalan kabupaten. Sudah lama  rusak. "Sejak zaman Orde Baru sudah seperti itu. Ada yang diperbaiki tapi ya rusak lagi," ungkapnyi.

"Alhamdulillah setelah viral jalan-jalan rusak di Lampung ditinjau Pak Jokowi. Mudah-mudahan bisa diperbaiki, termasuk di depan rumah saya ini juga," harapnyi.

Kurang lebih 1 jam 30 menit saya mengobrol dengan kakak, ibu dan ayahnya Bima. Akhirnya saya pamit untuk pulang. Sepulang dari rumah Bima, saya sempat mampir ke beberapa rumah tetangga Bima.

Menurut para tetangga Bima termasuk anak yang tertutup dan jarang bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Itu karena sejak SMP hingga SMA Bima bersekolah di Kota Metro. "Saya kenal keluarga Bima, tapi jarang ketemu dengan Bima. Diakan sekolahnya nggak di sini, di Metro. Jadi jarang ketemu. Terakhir ketemu ya saat dia masih SD dan Ikut Kejuaraan Olahraga Tenis Meja. Karena dia juga teman keponakan saya," ujar Animah tetangga Bima.

Ketika ditanya terkait video Bima yang viral, ia mengungkapkan pernah melihat dan memberi respons positif. "Pernah lihat videonya Bima yang di TikTok soal jalan rusak. Ya apa yang disampaikan Bima itu bener mbak. Alhamdulillah langsung di kunjungi Pak Jokowi, biar segera dibangun," tuturnya.

Hal senada juga disampaikan Miran tetangga Bima. Ia mengatakan bahwa dirinya jarang bertemu dengan Bima. "Saya jarang ketemu Bima. Paleng ketemunya kalau pas di masjid, tapi ya nggak saling sapa. Karena jaraknya agak jauh," jelasnya.

Terkait video viral Bima yang mengomentari jalan rusak di Lampung dan akhirnya jalan-jalan tersebut ditinjau langsung Presiden Joko Widodo, Miran mengaku senang karena efek dari video Bima tersebut jalan rusak di Lampung ditinjau langsung Presiden Jokowi "Kalau nggak di viralin paling nggak di kunjungi Pak Jokowi dan gak dibener-benerin. Mudah-mudahan segera dibenerin," bebernya.

Saat pulang, ternyata cuaca sedang tidak bersahabat, yang awalnya panas terik tiba-tiba  menjadi mendung dan hujan deras. Saya berteduh di salah satu rumah makan di kompleks pasar Raman Utara.

Hujan deras berlangsung selama 2 jam lebih. Karena sudah menunjukkan pukul 17.00, saya memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang. Hujan belum reda.

Sesuai dugaan saya, jalan yang rusak berlubang, yang saya lewati ketika berangkat ke rumah Bima, semakin parah saat diguyur hujan.

Saya harus ekstra hati-hati. Jalan yang berlubang dipenuhi air. Saya tidak bisa memilih mana jalan yang bagus atau mana yang berlubang. Kadang lubangnya cukup dalam. Perlahan namun pasti, saya menelusuri jalan rusak yang dipenuhi air tersebut. Akhirnya saya sampai di rumah. Saya melihat jam: 19.20.(*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 9 Mei 2023: Dajjal 800 Miliar

Samsul Arifin
Kejenuhan orang yang kreatif menghasilkan berbagai produk, baik kritik sosial seperti yang dilakukan oleh Bima. Dan Harian Disway Yang ditemukan Oleh Abah DI akibat Jenuh Ketika Dunia dilanda Covid 19. Kejenuhan Perusuh kira kira menghasilkan apa ya....? 1. Kritik Terhadap Tulisan Abah DI 2. Mantun Tiap Hari 3. Misa misu tiap hari. 4. Duplikat Komen yang UNFAEDAH. 5. Mikir komen apa ya biar terpelih menjadi komentar pilihan di CHD. 6. Dst..

imau compo
Saya diceritakan oleh mitra kerja, (dia boleh dikatakan my old boy tapi setahun di bawah saya), ada ulama Mesir yg membolehkan korupsi dalam batas-batas tertentu dan kondisi tertentu bagi pegawai negeri Mesir. Waktu itu, gaji pegawai negeri sangat kecil bahkan hanya cukup utk ongkos saja. Di mesjid, baru-baru ini, saya ceritakan ke salah satu jamaah. Jamaah tadi menyahuti, di zamannya, Pak Harto melonggarkan pengawasan terhadap korupsi pegawai negeri karena memang gaji pegawai negeri zaman itu tidak memadai utk hidup. Pak Harto juga tidak mungkin menaikkan gaji mereka karena APBN yg sangat kecil. Kondisi itu menyebabkan angka indeks transparansi Indonesia sangat rendah. Sekarang, terutama kementrian keuangan, gaji pegawa negeri sdh baik, sdh saatnya indeks transparansi kita membaik apatah lagi indeks ini berpengaruh langsung terhadap kemajuan ekonomi negara.

Mimi Hzna
Dengan TikTok Bima bisa menghasilkan 800 milyar. Tapi tidak masuk ke kantongnya. Aku doakan mudah mudahan suatu saat Bima mendapat 800 m yg masuk ke no reknya. Aamiin....

imau compo
Kalau zaman Pak Harto rencana pembangunan disusun dalam REPELITA dan pelaksanaanya disebut PELITA kalau sekarang rencana pembangunan disebut RPJMN sementara pelaksanaanya disebut TIKTOK.

Chei Samen
Abang Amat Ku...

Tika kau bermenung pagi/

Mengenang detik balitamu/

Kisah remajamu/

Edisi cinta-monyetmu/

Kau beroblong merah/

Tipah tertipu berkebaya merah/

Sumringah dan keringat basah/

3 jaman bersepeda lelah/

Ahhhh ceraaahhhh!

#edisi Tipah Tertipu. Met pagi Sobat. Cerah ceria selalu!

Xiaomi A1
senjata Bima dlm wayang adalah Kuku dan Gada.. kuku digunakan dgn menjen-TIK-kan jari.. gada klo dipukulkan muncul suara TOK.. Sehingga, jika senjata kuku dan gada digunakan berbarengan jadinya TIK-TOK.. Salam :)

Sri Wasono Widodo
The pen is mightier than the sword, demikian pepatah yang ditulis oleh Edward Bulwer Laytton, penulis dari Inggris. Artinya Anda sudah tahu: kata-kata yang ditulis lebih efektif untuk berkomunikasi bila dibanding-bandingkan dengan kekerasan. Lidah itu sangat tajam, tajamnya lebih dari pedang, ini versi peribahasa yang agak berbeda menurut Bang Haji Roma Irama yang sudah viral sebelum ada medsos. Tak urung Rhoma Irama sendiri menjadi korban ketajaman satire dari lagunya, sehingga dilarang rezim waktu itu untuk menyiarkan Rhoma Irama di TV yang hanya ada satu channel milik pemerintah. Namun justru dengan larangan itu, penggemarnya semakin penasaran sehingga kasetnya menjadi laris manis dan popularitasnya semakin meroket ketika Si Raja Dangdut merambah ke dunia film. Bima mungkin bisa juga mengalami nasib baik seperti Bang Haji, toh namanya sudah terlanjur viral. Jalan menuju itu sudah semakin mulus, tidak lagi jalan Dajjal, setelah difasilitasi Pak Jokowi dengan 800 miliar. Atau malah dari Tiktoknya Bima sudah menghasilkan royalti?

surya dewantara
aku belum pernah ke Lampung. Tapi dari Data yg aku lihat di google, ternyata Provinsi Lampung Luasnya sama dengan Kab Kutai Timur. Kabupaten yg 2 bupatinya jadi pernah jadi Gubernur Kaltim ( Awang Farouk - Isran Noor). Kabupaten Kaya di Indonesia tapi infrastruktur jalannya juga rusak. Aku Yakin Abah tahu kondisi ini.

Mbah Mars
^EMBOEN PAGI TAK INGKAR JANJI^ Orang yang tinggi hati akan direndahkan. Orang rendah hati akan ditinggikan.

Amat K.
Mbah, dapat salam dari emboen pagi. Dia berpesan, "Hidup adalah perjalanan. Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan!"

Gregorius Indiarto
Selamat pagi embun pagi. Jika hidup adalah perjalanan, maka ; Hati2 di jalan, supaya tidak numbur. Dan waspada, supaya tidak di tumbur. Selamat pagi @Mbah Mars, om AK, om bs, selamat pagi CHD, salam sehat dan bahagia.

Amat K.
Tika, saya paham. Permintaan atasan bisa diartikan adalah keharusan. Menelusuri jalan berlubang tidaklah nyaman. Tiga jam di jalan dajjal adalah perjalanan panjang. Kamu perlu pinggang untuk berpegang. Sila pilih: ada Bli Leong, Kang Otong, Bang Udin, dan banyak yang lainnya. Kalau mau perusuh tamvan ada Kliwon yang menawan. Tolonglah berkabar jikalau hendak menyusuri jalan dajjal kembali. Sebab, yang Abah lakukan ke kamu itu: JAHAT!

Kholifatul Isnaeni
Bukan bermaksud memuji, tulisan Abah tentang Bima sungguh menarik: deskriptif. Dan, kental dengan gaya Abah: story telling. Saya sudah membaca begitu banyak tulisan tentang Bima, yang terasa gurih, yaa, tulisan suhu ini. Beda, memang, kalau "Indrayana Idris" yang turun tangan, meski hanya dengan meminjam panca indra Tika. Yang Abah belum sempat singgung, Bima termasuk generasi milenial, lebih tepatnya Gen Z. Cara berpikir dan cara berbahasanya sudah sangat berbeda dengan kita yang bukan lagi milenial (kalau kita mah generasi kolonial). Kata "dajjal" itu sudah sangat biasa bagi generasi Bima, terutama dalam percakapan di dunia maya. Bahkan ada yang lebih kasar, "anjing". Jangan kaget kalau anak SD pun sudah memaki satu sama lain dengan kalimat, "Dasar gak ada akhlak." Gubernur Lampung, dan orang di sekelilingnya, gagal menangkap fenomena media sosial dan cara mengelola jurang perbedaan generasi. Kenapa mesti menyuruh tenaga ahlinya untuk melapor ke polisi? Kenapa begitu reaktif memarahi ayah Bima dengan menyebutnya tidak becus mendidik anak? Begitu VT Bima viral, hampir semua komentar, terutama dari yang bermukim di Lampung, mendukung dan membenarkan. Jalan rusak itu benar adanya. Mereka merasakannya. Maka, kekesalan dan kegundahan mereka terwakili oleh Bima. Juga mereka yang ada di daerah lain, yang banyak jalan rusaknya. Jadilah "bom" yang sempurna, dan menjadi tulisan menarik sang suhu dengan ending yang begitu mengena.**

Lusy Anggraini
Video 3 menit menghasilkan 800 M untuk satu provinsi, itupun yang dibahas hanya kulitnya saja, coba sekalian yang dibahas sekalian daging, tulang sampai jeroan, ahh sudah jadi bakso tetel mix jeroan tuh pemprovnya. Itu juga masih Bima yang speak-up, masih ada Yudistira, Arjuna, Nakula Sadewa, Abimanyu, dll yang belum speak-up

Kholifatul Isnaeni
Kota Baru merupakan proyek ambisius Gubernur Lampung Sjahcroedin ZP (2004-2014). Di kawasan itu sedianya berdiri kantor-kantor pemerintah provinsi, DPRD, dan instansi terkait. Juga kampus PTN dan pusat olahraga. Benar-benar seperti kota baru. Sudah banyak gedung yang didirikan, namun beliau keburu lengser. Penggantinya, Ridho Ficardo (2014-2019), tak melirik proyek itu sama sekali. Terbengkalai. Bangunan hancur. Jalan menuju Kota Baru berlubang-lubang. Tiba giliran Arinal Djunaidi menjabat gubernur (2019 sampai sekarang). Di awal jabatan beliau bilang akan melanjutkan Kota Baru, namun hanya sebatas omongan hingga lebih tiga tahun menjabat. Polda Lampung yang bergerak cepat memindahkan markasnya dari pusat kota ke lokasi yang tak jauh dari Kota Baru. Berdampingan dengan Institut Teknologi Sumatra (Itera) yang sudah lebih dulu ada. Peletakan batu pertama Mapolda Lampung dilakukan semasa Kapolda Irjen Pol Suntana. Oh ya, harga tanah di kawasan itu yang lima tahun lalu masih Rp 300 ribu per meter, sekarang sudah Rp 1,5 juta per meter. Terutama karena hadirnya Jalan Tol Trans Sumatra, yang pintu masuk dan keluarnya ada di kawasan Kota Baru itu. Ganti pemimpin ganti kebijakan. Beda orang beda rasa. Apalagi kalau beda politik. Sjachroedin PDIP, Ridho Ficardo Demokrat, Arinal Djunaidi Golkar.

Bedy Da Cunha
Tiktok 800 Miliar... Anda memang Ruarrrrr biasahhh Bima.

Liáng - βιολί ζήτα
Fenomena yang tidak systemable. Kehadiran Pemerintah Pusat di Lampung tentu saja hal yang perlu diapresiasi, karena upaya perbaikan jalan yang rusak parah - yang sudah sangat lama terbengkalai - sudah pasti akan bermanfaat bagi masyarakat. Tetapi..... apakah jalan yang rusak parah "hanya" ada di Lampung ?? Bagaimana dengan di daerah lainnya ?? Sepertinya system data atas kondisi jalan dan juga jembatan di seluruh daerah belumlah berfungsi secara optimal. Semestinya ada update data secara berkala atas kondisi jalan dan jembatan yang rusak di seluruh daerah secara bottom up ; sehingga, baik Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat dapat merencanakan dengan baik program pemeliharaan/perbaikan jalan dan jembatan tersebut ; tanpa harus ada yang diviralkan terlebih dahulu di media sosial. Fenomena "di-viral-kan-nya" aspirasi masyarakat lewat media sosial bisa dikatakan "bukanlah hal yang systemable dalam suatu kerangka kerja jangka panjang dan berkesinambungan" dan itu tidak bisa serta merta dijadikan kebijakan Pemerintah (setelah viral - kemudian baru diperbaiki), Pemerintah sendiri mesti mengoptimalkan systemnya di instansi-instansi terkait atas kontrol kondisi jalan dan jembatan.

Di Indonesia saya belum pernah dengar atau mengalami sistem bank down selama bank BSI ini. Ini pertama kali dalam sejarah sepengetahuan saya. Saya tadi sudah survey survey ke bank sebelah. Tidak menutup kemungkinan pakai bank umum dengan sistem wadiah alias tanpa pertambahan apapun alias cuman nitip di perjanjiannya. Toh saya di BSI juga simpan duit pakai sistem wadiah alias tanpa pertambahan apapun.

Pakdhe joyo Kertomas
Kejadian Bimo menunjukkan ketidak efektifan kontrol pemerintah pusat terhadap daerah. Berpuluh tahun jalan hancur. Tapi pusat baru tahu. Sebenarnya kalo meliihat ke propinsi yg lain juga hampir sama. Ingat kita sudah hampir 80 tahun merdeka. Tapi infra masih jauh dari standar negara G20. Yang jelas presiden mendatang mendapat PR yg berat. Utang menggunung. Minyak semakiin habis. Pengangguran sangat tinggi. Pabrik banyak tutup. Dll....

Dacoll Bns
"Kata beliau, oke kamu saya maafkan, tapi masalah ini tetap berjalan," gitu katanya. Nasib bangsa ini memang mengenaskan, pemimpin yg didapat senantiasa seperti ini. Boro- boro melayani masyarakat, yg ada mungkin malah minta disembah kalau saja tidak masuk kategoi musyrik yg notabene adalah dosa besar. Wallahualam, semoga bangsa ini mendapat karunia dari Allah SWT, terutama setelah ramadhan ini, yg mana seharusnya setiap orang bisa kembali bertakwa sesuai FirmanNya. Bayangkan jika 85% penduduk Indonesia ini sungguh- sungguh berpuasa dan tiap individunya lulus menjadi pribadi bertakwa, atau mungkin hanya 50% nya saja , seharusnya negeri ini sudah tidak lagi mendapati pemimpin yg seperti ini. Wallahualam

balagak nia
Ane pernah cari info (melalui teman yg anaknya kuliah di Jerman), kuliah di Jerman itu gratis hanya Living Costnya mahal. Ane tidak dapat info kalo harus punya deposito 500jt, yang ada harus setor 10ribu euro/thn sbg jaminan tapi uang itu bisa digunakan untuk living cost bulanan sampai habis. Living cost rata2 700-1000 euro/bln jadi pas setahun habis hrs isi lagi. Untuk kuliah disana hrs melalui studienkolleg 6-12bln, nilai dari studienkolleg itu digunakan untuk apply ke univ yg dituju.

Mbah Mars
Sudah jadi nasibnya para pejabat Lampung. Dikuliti di media, baik media massa maupun media sosial. Diawali dari rektor Unila, Kepala Dinas Kesehatan, dan sekarang gubernur Lampung. "Sak janjane" kasus korupsi pejabat dan jalan yang rusak parah, termasuk infrastruktur yang mangkrak unfaedah, tidak hanya ada di Lampung. Itu cuma secuil dari gunung kasus yang terjadi di negeri tercinta. Di dekat saya, bisa saya sebut, ada pasar mangkrak, pipa air bersih milyaran yang sama sekali tak terpakai, bangunan-bangunan evakuasi jika terjadi bencana dan sanitasi limbah. Semua dibangun dengan biaya mahal. Semua sia-sia. Khusus bangunan berlantai 3 yang konon sebagai tempat evakuasi jika terjadi bencana, sangat cocok untuk tempat shoting film horor.

balagak nia
Jalan rusak itu tersebar di semua daerah, ane lihat sejak Jkw yg dibuat adalah tol tidak mengembangkan (memperlebar) jalan utama yg sudah ada. Contoh jalur Palembang-Betung itu setiap hari macet karena jalannya sempit tapi dilewati kontainer, mobil angkut sawit, minyak dan kendaraan pribadi untuk jalur Palembang-Jambi (lintas timur). Jalan tersebut tidak pernah diperlebar padahal merupakan jalur utama, mulus juga tidak. Semoga tol Palembang-Betung cepat selesai dan menjadi solusi, asal tarifnya jangan mahal2. Masuk ke jalan kabupaten Musi Banyuasin lebih parah lagi, banyak jalan berlobang padahal kabupaten terkaya di Sumsel, semua sumber daya alam ada disana seperti minyak, batubara, gas, sawit, karet. Pembangunan di MUBA tersebut sempat bagus pada waktu Bp. Alex Noerdin jadi Bupati, setelah itu hancur termasuk waktu anaknya jadi Bupati.

Yellow Bean
" Dan saya minta Tika tetap beriman ketika harus menelusuri jalan Dajjal itu". Ungkapan anak millenial yang sudah mendapatkan pendidikan agama secara baik oleh kedua orang tua nya tapi pergaulan dan alam menjadikannya menggunakan kata kata yang tidak main-main. Sebagai orang tua, tidak mungkin kita tidak mendengar perbincangan Anak anak kita dengan teman mainnya ketika chat maupun online dengan game nya, hanya keteguhan hati yang menuntun kita untuk berani atau tidak menegur anak anak ketika menggunakan kata kata yang kurang layak menjadi kebiasaan berucap. Aku paling gemes untuk langsung membekap anak ketika mulai muncul kata kata bahasa gaulnya dan Alhamdulillah Anak anak akan langsung menjawab" iya iya . . Maaf ". Walaupun sambil cekikikan, setidaknya kita sudah memberikan kode bahwa kita tidak suka dengan gaya bahasanya walaupun itu di katakan bahasa gaul. Anak anak sering di jadikan cerminan dari orang tua nya

Sebaiknya si Bima ini tidak memgajari orang tua. Soal jalan rusak. Baru anak kemaren sore, mungkin tidak paham saja. Jadi jalan rusak itu berguna untuk mencegah balapan liar. Kedua, ketika melewati mobil atau kendaraan anda shaking alias bergetar. Sebagai pengganti senam atau lari, akan membuat rakyat semakin sehat walapun tanpa olah raga. Ketiga, di musim hujan bisa dimanfaatkan menjadi kolam ikan. Ini namanya teknologi hibrida: jalan sekaligus kolam ikan. Keempat, membuka lapangan kerja baru untuk Pak Ogah. Walaupun hanya terima cepek dari pengendara. Kelima, jalan rusak artinya ada kesempatan proyek baru. Proyek baru artinya cuan cuan dan cuan. Contohnya Rp 800 milyar kali ini.

Anggaran Rp 800 milyar. Ah yang bener saja. Mau jadi perbaikan jalan (bukan jalan baru ya) berapa kilo meter ??? Dengan asumsi anggaran Rp 1 milyar/Km, makan akan ada 800 kilometer jalan yang akan diperbaiki. Ah yang bener saja. Masa lampung jalan rusak sampai 800 km ? Dengan asumsi Rp 2 milyar/km, artinya akan ada 400km jalan yang diperbaiki. Serius sepanjang itu jalan rusak di lampung ? Dengan asumsi Rp 5 milyar/km. Artinya ada 160km jalan diperbaiki. Masa seh.... Dengan asumsi Rp 10 milyar/km. Akan ada 80km jalan diperbaiki. Berarti biaya perbaikan Rp 1 milyar/100 meter. Waduh... Jadi Rp 800 milyar untuk perbaikan berapa km jalan rusak ?

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 268

  • Siti NurHindayani
    Siti NurHindayani
  • Evi Rahmawati
    Evi Rahmawati
  • Aris riski Mubarrok
    Aris riski Mubarrok
  • Hidayatul Rachmahwati
    Hidayatul Rachmahwati
    • Evi Rahmawati
      Evi Rahmawati
  • Evi Rahmawati
    Evi Rahmawati
  • Hiliya Taqiya
    Hiliya Taqiya
  • Iqbal Amirullah
    Iqbal Amirullah
  • Sheila Dwi
    Sheila Dwi
  • Churinia Dewi
    Churinia Dewi
  • Hikmah andini
    Hikmah andini
  • Ishlahul Laili
    Ishlahul Laili
  • Riffana Thary
    Riffana Thary
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Legeg Sunda
      Legeg Sunda
  • Suwaibatul islamiyah
    Suwaibatul islamiyah
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • imau compo
    imau compo
  • imau compo
    imau compo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • imau compo
    imau compo
  • imau compo
    imau compo
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Liam Then
    Liam Then
  • imau compo
    imau compo
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
  • yea aina
    yea aina
    • yea aina
      yea aina
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Liam Then
      Liam Then
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Liam Then
    Liam Then
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Liam Then
      Liam Then
  • Handoko Luwanto
    Handoko Luwanto
  • Handoko Luwanto
    Handoko Luwanto
  • Handoko Luwanto
    Handoko Luwanto
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
  • Chei Samen
    Chei Samen
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Liam Then
      Liam Then
    • KEY
      KEY
    • KEY
      KEY
  • Kholifatul Isnaeni
    Kholifatul Isnaeni
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Kholifatul Isnaeni
      Kholifatul Isnaeni
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Chei Samen
      Chei Samen
  • Alfi Nur Afifah
    Alfi Nur Afifah
  • Naila Rizkiyah
    Naila Rizkiyah
    • Jo Neka
      Jo Neka
  • Atho'illah
    Atho'illah
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Amat K.
      Amat K.
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • imau compo
      imau compo
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • imau compo
      imau compo
    • Atho'illah
      Atho'illah
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Arif Rahman
    Arif Rahman
  • PRIH NURCHOLIS
    PRIH NURCHOLIS
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Lusy Anggraini
    Lusy Anggraini
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
  • Yellow Bean
    Yellow Bean
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Yellow Bean
      Yellow Bean
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Chei Samen
      Chei Samen
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Amat K.
      Amat K.
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • ari widodo
    ari widodo
  • KEY
    KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • imau compo
      imau compo
    • imau compo
      imau compo
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Samsul Arifin
    Samsul Arifin
    • Atho'illah
      Atho'illah
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
    • KEY
      KEY
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • imau compo
      imau compo
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Amat K.
    Amat K.
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Amat K.
      Amat K.
    • Atho'illah
      Atho'illah
  • ichsan Hamid
    ichsan Hamid
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Axl ngux 23
    Axl ngux 23
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • donwori
    donwori
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Axl ngux 23
    Axl ngux 23
  • Axl ngux 23
    Axl ngux 23
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Axl ngux 23
      Axl ngux 23
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Xiaomi A1
      Xiaomi A1
    • sinung nugroho
      sinung nugroho
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • JIM vsp
    JIM vsp
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Atho'illah
      Atho'illah
  • Pakdhe joyo Kertomas
    Pakdhe joyo Kertomas
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Atho'illah
      Atho'illah
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • Jo Neka
    Jo Neka
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • imau compo
    imau compo
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • imau compo
      imau compo
  • alasroban
    alasroban
    • alasroban
      alasroban
  • Mimi Hzna
    Mimi Hzna
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
  • Jhel_ng
    Jhel_ng
  • Er Gham
    Er Gham
  • Sri Wasono Widodo
    Sri Wasono Widodo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • KEY
      KEY
  • edi fitriadi
    edi fitriadi
  • Legeg Sunda
    Legeg Sunda
  • Amat K.
    Amat K.
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Er Gham
    Er Gham
  • ra tepak pol
    ra tepak pol
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Amat K.
    Amat K.
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • Amat K.
      Amat K.
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Liam Then
      Liam Then
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto

Berita Terkait