Mobil Dinas

Mobil Dinas

Dahlan Iskan saat hadir di peresmian museum dan galeri SBY-ANI di Pacitan.--

PAGI upacara di Rumah Gadang Surabaya. Sekalian senam dansa.

Sorenya upacara penurunan bendera di Pondok Tremas, Pacitan.

Itulah rute hari 17 Agustus saya: Surabaya, Sampung, Tremas, Pacitan, Surabaya.

Tentu saya ingin ke Sampung: sudah seperti apa proyek monumen reog Ponorogo yang akan lebih tinggi dari Garuda Wisnu Kencana yang di Bali itu.

Saya ingin ke sana sendirian. Agar tidak merepotkan pejabat yang di hari kemerdekaan penuh dengan kerepotan.

Di tengah jalan saya menerima pesan: harus mampir kantor bupati. Siapa tahu bisa berangkat bersama.

Saya pun mampir. Sekalian ingin melihat ruang kerja Bupati Sugiri Sancoko. Konon ruang kerjanya sangat tidak lazim. Satu-satunya. Ruang kerja bupati dibuat seperti itu: seperti angkringan. Seperti suasana warung di desa.

Dinding-dindingnya dilapisi gebyok, dinding kayu, setengah rusak. Itu diambil dari rumah lama sang bupati. Dari desa. Dekat Sampung.

Lalu ada kiosnya. Dua angkringan. Di situ ada termos masa lalu. Ada kaleng kerupuk seperti masa kecil saya. Gelas-gelasnya cangkir seng. Lampunya stromking.

Di situlah bupati menerima tamu. Atau rapat kecil bersama staf. Pun saya. Diterima di situ. Maka saya menjadi tidak sungkan meski hanya pakai kaus, jeans, dan sandal. Kami seperti sedang ngobrol di warung. Suasana kemiskinan masa lalu, di desanya, dipindahkan ke situ. 

Hanya meja kerja dan kursinya yang masih ''masa kini''. Entah kenapa masih dipertahankan. Saya tidak sampai hati menanyakannya. Jangan sampai ada anggapan saya ini suka cari kelemahan dari satu hal yang sudah begitu baik.


Dahlan Iskan di ruang kerja Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko.--

Dari ''warung'' itulah lahir kepeloporan Sugiri yang lain: menghapus kendaraan dinas sebagai aset Pemkab.

Sebenarnya swasta sudah lama melakukannya. Perusahaan BUMN sudah banyak yang menerapkannya. Tapi baru di Ponorogo ini ada instansi pemerintah yang berani memulai.

Bupati Banyuwangi sebenarnya sudah melakukan lebih dulu. Tapi belum total. Sugiri melakukannya ''hapus total''. Termasuk kendaraan dinas bupati dan wakil bupati. Pun kendaraan dinas ketua DPRD dan para wakil ketuanya. 

Dengan hapusnya kendaraan dinas, katanya, justru tidak ada kecemburuan antara eksekutif dan legislatif. Maka DPRD pun setuju. Kini proses penghapusannya sudah dimulai: persiapan lelang. Semua kendaraan dinas milik Pemkab itu akan dilelang. Akhir tahun ini.

"Untuk melelang harus ada patokan harga. Sekarang lagi ditaksir oleh lembaga penaksir", kata Sugiri.

Pun Pemkab sekecil Ponorogo ternyata punya kendaraan dinas sampai 600 lebih. Tentu sudah banyak yang tua. Bahkan bisa jadi banyak yang sudah tidak bisa dijalankan tapi masih sulit dihapus dari daftar aset.

"Untuk apa punya mobil sebanyak itu," katanya.

Punya banyak mobil tentulah repot. Terutama agar mobil tersebut tidak jadi sumber markup: suku cadang, ban, perbaikan, sampai pembelian bahan bakar.

Dengan menghapus kendaraan dinas, bupati sudah berhasil menghapus korupsi secara tuntas, di sektor kendaraan. Sumbernya yang dihapus.

Saya pun naik mobil dinas bupati menuju Sampung: 18 km ke arah Sarangan.

Sebenarnya naik mobil sendiri lebih enak. Lebih baru. Tapi saya ingin ngobrol sepanjang jalan.

Mobilnya: Fortuner. Tahunnya tua: 2005.

"Selama empat tahun jadi bupati saya tidak pernah melakukan pembelian mobil dinas baru," ujar Sugiri.

Dari kantor bupati kami menuju arah barat. Melewati jalan raya menuju Purwantoro, Wonogiri. Setelah 8 km dari kota, kami belok kanan. Ke jalan raya menuju Parang, Magetan dan Sarangan. Sepanjang 10 km. Agak mendaki. Ke arah gunung kapur Sampung.

Pun di musim kemarau seperti sekarang, Sampung tidak lagi gersang kerontang seperti dulu. Tidak terlalu pula berdebu. 

Kami berhenti di depan warung. Banyak anak kecil. Sugiri merangkuli mereka. Lalu menyalami orang-orang dewasa di desa itu.

Gunung gampingnya (gunung kapur) di belakang kampung ini. Hanya sekitar 500 meter dari jalan raya. Mobil bisa masuk jalan kecil di situ. Mendaki. Sampai: ada kerangka gedung sedang dibangun. Sudah mencapai 9 lantai. Masih akan tambah 14 lantai lagi. 

Ternyata proyek ini sudah dimulai.

Saya tidak naik ke atas proyek. Dari kakinya saja saya sudah merasa berada di ketinggian. Bisa menatap lembah di bawah sana. Atau menatap Gunung Wilis di kejauhan.

Saya pilih memasuki lantai dasarnya. Kokoh. Ada bagian untuk lift sebanyak 4 buah. Ada dua tangga naik dan turun di sisi timur dan barat. Lift itu akan membawa turis naik ke patung reog.

Ini pekerjaan besar. Masa jabatan Sugiri akan berakhir tahun depan. Rasanya ia akan maju lagi. Tetap lewat PDI-Perjuangan. Ia ingin menuntaskan proyek yang akan mengubah kemiskinan Sampung selamanya.

"Kampung ini akan diapakan?" tanya saya.

"Kami sudah mendapat persetujuan anggaran dari DPRD. Kampung ini akan direvitalisasi secara tuntas. Akan berubah total. Tidak ada yang digusur," katanya.

Jumlah rumahnya sekitar 200 buah. Bentuk kampung yang baru nanti dibuat serasi dengan Monumen Reog.

Kami pun diskusi untuk langkah-langkah berikutnya. Lalu makan siang di desa itu. Di warung pinggir jalan. Menunya: mentok dibuat rica-rica.

"Bisa makan mentok?" tanya bupati.

"Mau minta sashimi pun kan tidak ada gunanya," jawab saya. Kami tertawa.

Kami berpisah di warung mentok itu.

Saya terus ke selatan. Ke pondok Tremas. Pak Iskan pernah mondok di situ. Di sekitar masa perang dunia pertama.

Zaman setelah itu ada istilah Pondok 3 T: Tremas, Takeran, Tebuireng. Tremas di Pacitan, Takeran di Magetan, dan Tebuireng di Jombang.

Sampai di Tremas sudah pukul 17.00. Pondok ini maju sekali. Santrinya lebih dari 6.000 orang.

Saat saya tiba, upacara penurunan bendera Merah Putih dimulai. Peserta upacaranya santri wanita semua.

Hanya pembina upacara yang laki-laki: Kiai Abdillah Nawawi. Pakai jas, sarung, dan kopiah.

Suara komandan upacaranya, santri wanita, tidak kalah lantang dengan kolonel yang di Istana Merdeka.

"Untuk upacara pagi tadi diikuti semua santri laki-laki. Sore ini semua wanita. Halaman ini kurang besar," ujar Kiai Luqman Haris Dimyathi, pengasuh Pondok Tremas.


Dahlan Iskan saat mampir ke Pondok Tremas.--

Dari Tremas sudah dekat ke Pacitan: 30 menit. Mulai gelap. Malam itu ada peresmian Museum dan Galery SBY-ANI. Lebih 5.000 orang hadir. Termasuk Wapres Jusuf Kalla, Wapres Budiono, Menko Hatta Rajasa, Menko Djoko Suyanto, Menko Chairul Tanjung, para mantan menteri seperti Marie Elka Pangestu, Mohamad Nuh, Tifatul Sembiring, Andi Mallarangeng, Jero Wacik, Roy Suryo, Djoko Kirmanto, Anton Apriyantono, dan banyak lagi. 

Saya duduk agak di belakang, di sebelah Andi Arief: agar bisa cepat meninggalkan tempat.

Saya harus kembali ke Surabaya malam itu juga. Pagi-pagi saya harus olahraga. Lalu masih harus ke Universitas Negeri Malang.

Saya akan ke museum itu lagi di lain waktu –untuk menulis yang lebih lengkap.

Saya sudah banyak menulis soal museum-museum kepresidenan di Amerika Serikat.

Seharusnya menulis juga Museum dan Galery SBY-ANI yang megah ini.

Siapa tahu saat itu nanti sudah ada gambaran apakah Presiden Jokowi juga akan membangun museum serupa dan lokasinya di mana.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 18 Agustus 2023: Tidak Menentu

Mbah Mars
EmBoEn PaGi Kalau engkau merasa wangi. Periksalah ikhlasmu. Bisa jadi itu bau asap dari amal baikmu yang hangus terbakar riya'.

Liam Then
Kalo model seperti cerita Pak Bos, berarti pengusaha itu tak punya pendirian politik, istilah Kho Ping Ho bilangnya ; rumput diatas tembok. Kemana angin bertiup disitu ia condong. Dukung jagoan, jika menang memang pajak bisa diskon? Impor bisa jalur hijau trus? Bea ekspor bisa nol? Ndak bisa kan? Dukung sono sini, ujungnya tetap harus bayar sesuai ketentuan. Atau memang ada kepentingan? Kalo dukung sekian, nanti gampangnya sekian? Ndak bukan? Pengusaha tak perlu pening, kayak pengusaha tiwul dipasar itu, kapan hari saya tanya anda dukung siapa? "Mang ngaruh? Yang mana aja menang, saya tetap jualan tiwul, harap ndak sakit saja, bisa-bisa jual motor, jual rumah. Atau pengusaha gede itu pada takut, dukung pihak yang kalah, nanti yang menang marah atau ngambek? Hehehe

Pryadi Satriana
Menurut LHKPN, kekayaan Dahlan Iskan SEBELUM jd menteri BUMN "cuma Rp48,8 M." Lalu bagaimana mantan menteri yg "pamer" mensyaratkan ndhak akan ambil gaji selama jadi menteri ini "menyulap" kekayaannya dari Rp48,8 M menjadi triliunan? Di era transparansi sekarang ini, seorang pejabat publik -- siapa pun itu -- harus bisa menjelaskan asal muasal perubahan kekayaannya sebelum & setelah menjabat, apalagi pejabat publik yg "pamer" gak mau ambil gaji. Menariknya, Cowas.JP mengklaim bahwa "20% saham karyawan JP" yg "ditilep" bernilai "sekitar Rp 2 T"! Jadi, siapa bajingan yg sebenarnya? Salam. Rahayu.

Riyono ,SKP
The story behind the text : Pak Dokter hewan lagi asyiq wikwik,kehilangan ereksi dan terpisahkan dari 'betina'nya karena mendengar dering telpon dari Pak Mario. Moral cerita : Senyapkan nada dering,atau kalau perlu matikan telpon,biarkan 'itu' saja yang hidup.

Fiona Handoko
selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp prof pry, mbah mars dan teman2 rusuhwan. karena sibuk merayakan hari ultah abah, dan hari kemerdekaan RI. maka sementara rubrik komen pilihan ditiadakan. doggy saya baru birahi. agar tidak beranak, saya bermaksud memisahkannya dengan pejantan. untunglah rumah kami ada halamannya. hingga saya pikir cukup untuk memisahkan kedua doggy itu. baru saja mata terpejam, terdengar suara lolongan dan rintihan yang mencurigakan. bergegas keluar kamar, terlihatlah kedua doogy itu terkunci bersama,. tidak bisa saling melepaskan diri. seperti yg terjadi saat doggy kawin. tidak bisa melepaskan mereka. walaupun sudah hampir tengah malam, saya telpon dokter hewan. setelah mendengarkan penjelasan saya. pak dokter hewan (dengan nada tinggi) berkata "tutup telpon dan letakkan di samping doggy mu. saya akan menelepon kamu kembali. suara dering telpon akan membuat pejantan kehilangan ereksi. dan kamu akan bisa memisahkan mereka". "apakah menurut pak dokter, itu akan berhasil?" tanya saya. "ituuu terbukti BERHASIL untukku". dia menjawab dengan nada yang sulit untuk dilukiskan.....

Agus Suryono
EMBOEN TAK PERNAH MIKIR COPRAS CAPRES.. Tapi semua Capres, pasti mikir Emboen. Emboen bisa tebal, bisa tipis. Salah injak, harapan bisa tipis. ###Emboen tetap tenang, siapapun yang menang..

Komentator Spesialis
Ya anda lebih tahu kenapa pengusaha menentukan dukungan dalam pencalonan penguasa baru. Karena nyawa mereka selanjutnya disitu. Dalam mendapatkan kue proyek proyek negara. Kalau perlu sambil mensupply logistik pencalonan penguasa, dibuat rancangan pembagian kavling proyek proyek dari APBN.

Liam Then
Iseng saya coba cek, ternyata Biden presiden Amerika tak kaya, cuma 150-an milyar rupiah hartanya. Pak Biden sudah tercatat berhasil menggalang kan 72jt dollar ekuivalen rp1,1 triliun, dana sumbangan sampai saat ini, untuk pencalonan di 2024. Tapi tunggu dulu, jangan dikira nyapres di Amerika murah, 2020 Pak Biden berhasil kumpulkan sumbangan 1 miliar dollar- 15 triliun dana donasi politik. Pak Fahri Hamzah pernah bilang kalo ndak punya 5 triliun ndak bisa nyapres orang itu. Jika per pengusaha saweran @10 milyar, 10 orang 100 milyar, 100 orang 1 triliun, wah, butuh 500 orang sumbang baru cukup 5 triliun. Jika Pak FH benar adanya, jadi pertanyaan : Di Amerika yang GDPnya 20 triliun dollar, "cuma" butuh 15 triliun. Dikita sini yang GDP cuma 1 triliun dollar kok butuh sampai 5 triliun? Apakah ini boleh diartikan nyapres di Indonesia jatohnya lebih mahal daripada nyapres di Amerika? Apakah Pak Fahri Hamzah Ndak salah hitung? 

Leong Putu
Berita lucu yang tak lucu. Gubernur Bali Wayan Koster meminta siswa - siswi di Bali berhenti menonton film kartun dari Malaysia. Upin - Ipin. Dia mengajak menonton produk dari tradisi sendiri. Hal itu disampaikan demi menjaga nilai budaya Bali dari dunia luar. Menurutnya, Bali kaya akan tradisi. Jangan lagi nonton itu (Upin-Ipin) gak jelas itu apa itu. Lebih baik kita bangun produksi yang berangkat dari dan budaya kita. Tanah Bali betul betul memiliki kekayaan untuk itu.... ..... ...... Koster juga mengingatkan kepada siswa siswi di Bali bahwa saat ini nama Ketut sudah hampir punah. Koster menyebut nama Ketut di Bali hanya 6 persen saja. "Sudah langka, nama Ketut terancam punah."katanya. Koster menjabarkan nama Bali yang juga terancam punah ada Nyoman dan Komang. Yakni sebanyak 18 persen. Ia pun meminta siswa Bali meneruskan keturunan hingga empat anak. "Nanti kalau sudah nikah, kalau bisa punya empat anak. Akan diberi insentif bagi yang namanya Ketut dan Nyoman". Ungkap Koster. ***sumber : detik.com Yang jadi pertanyaan : Apa korelasinya tidak boleh nonton film Upin-Ipin dan himbauan punya empat anak? Kira² itu dihadapan siswa-siswi kelas berapa? Saya kok yakin itu bukan Anak SMA, Anak SMA ndak mungkin nonton Upin Ipin. semoga tidak dihadapan anak² SD. Maaf saya tidak melihat langsung di lokasi. Wkwkwkwk....benar² berita lucu yang ndak lucu. Semoga tidak dianjurkan nonton film "unyil".

Mirza Mirwan
Menyambung tentang approval rating Pak Jokowi di komentar saya pagi tadi. Pada awal pidatonya di Senayan Rabu kemarin itu Pak Jokowi menyinggung sebutan "Pak Lurah" yang dialamatkan kepadanya. Juga sebutan "plonga-plingo, Firaun, dan ....yang dari Gerung itu." Presiden menanggapinya santai saja. Dan, memang, sebutan senegatif apapun tidak berpengaruh terhadap approval rating Pak Jokowi. Mungkin, ini mungkin lho ya, dari Bu Hj. Sudjiatmi Notomihardjo, ibundanya, Pak Jokowi diberi nasehat bagaimana menjadi seorang pemimpin, seperti wejangan dalam Serat Wulangreh, dalam Tembang Pocung, pupuh 12. # Den ajembar / den amot lan den amengku / den pindha segara / tyase ngemot ala becik / mapan ana papancene sowang-sowang # (Berpikiranlah yang luas, mampulah memuat dan menanggung, bersikaplah seperti lautan, hatinya memuat hal yang jelek dan yang baik, karena memang sudah ada pembagiannya sendiri-sendiri) Kalau bisa melaksanakan ajaran dalam Serat Wulangreh tersebut, hujatan, cemooh, caci-maki dan umpatan orang tidak berarti apa-apa, selama ia bekerja demi rakyat tanpa pandang ras dan agamanya. Tak akan pernah hina orang yang berjuang demi kemaslahatan rakyat meski sekelompok pendengki sepakat untuk menjatuhkannya. Sebaliknya si pendengki tak akan pernah mulia walaupun matahari terbit dari jidatnya. Pak Prabowo sepertinya belajar dari Pak Jokowi. Elektabilitasnya yang cenderung selalu di atas boleh jadi karena pembawaannya yang tidak meledak-ledak kayak dulu.

Jimmy Marta
Suaraku hanya satu. Suara rakyat lain banyak. Karena hanya satu gk kan kujual...

Mirza Mirwan
Mark, arsitek di sebuah firma di Virginia, AS, berlibur ke Tiongkok. Kebetulan ia punya kenalan di Beijing, Chen, mantan teman kuliahnya di MIT beberapa tahun yang lalu. Jadi Chen inilah yang menjadi pemandu Mark saat keliling Beijing. Begitulah, dalam hati Mark mengakui bahwa dalam hal prasarana umum Tiongkok memang lebih maju ketimbang AS. Tetapi ia masih punya satu hal yang bisa dibanggakan: kebebasan berbicara, yang tak dimiliki rakyat Tiongkok. "Di Amerika," kata Mark, "orang bisa berteriak di depan Gedung Putih: 'Presiden Biden brengsek!' Dan ia tak akan ditangkap karena teriakannya itu." "Sama saja, Mark " sahut Chen. " Di sini orang pun bisa berteriak di depan Zhongnanhai: 'Presiden Biden brebgsek!' Dan ia juga tak akan ditangkap gegara teriakan itu." Mark : "@#%&$€£¥â‚©??".

Johannes Kitono
Presiden GP. Seandainya GP terpilih dan menggantikan kepemimpinan Presiden Jokowi. Apa yang akan terjadi dengan politisi dan partai yang sudah koalisi dengan PS di Gerindra. Tentu GP harus wise, kasus Ketum partai yang jadi Menko atau menteri di Kabinet Jokowi di SP3 kan. Jangan dipanggil Kejagung lagi soal CPO. Bukankah mereka hanya pembantu Presiden saja dan tidak ada aliran dana masuk kantongnya. Kenapa Kejagung tidak panggil Presiden untuk jadi saksi juga. Khusus untuk capres PS, biar tidak ngambek kasihlah jabatan bergengsi. Menkopolkam saja. Kan capres ex Ketum HKTI itu gagal menanam Singkong. Kabinet seharusnya tetap diisi oleh Profesionil seperti SMI ,Menkes Gunadi dan Menteri Budi PUPR. Menko- menko Kabinet Jokowi di Wantimpres saja untuk menikmati hari lansianya. Kalau lembaga survey abal- abal tetap menunjukkan suara PS yang leading. Ketum PDI-P harus mengeluarkan senjata pamungkasnya di saat injury time. Umumkan bahwa sesudah lengser, Presiden Jokowi akan dipilih. Sekali lagi dipilih bukan ditunjuk untuk menjadi Ketum PDI-P, partai Penguasa. Niscaya, Pemilu langsung selesai. Dan ternyata Ketum baru PDI-P mendapat tugas extra luar biasa. Menjadi Sekjen PBB yang bisa mendamaikan perang dagang China dan USA. Semoga mimpi yang tidak mewakili penguasa Tionghoa bisa menjadi kenyataan. SSHB.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 189

  • Gito Gati
    Gito Gati
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Gito Gati
      Gito Gati
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
  • Mukidi Teguh
    Mukidi Teguh
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Liam Then
    Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Liam Then
      Liam Then
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
    • Liam Then
      Liam Then
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Jo Neka
      Jo Neka
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Liam Then
      Liam Then
  • Liam Then
    Liam Then
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Xiaomi A1
      Xiaomi A1
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • alasroban
    alasroban
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Amat K.
      Amat K.
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Tomat
    Tomat
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • steven hadi
      steven hadi
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Amat K.
    Amat K.
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Amat K.
      Amat K.
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Amat K.
      Amat K.
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Amat K.
      Amat K.
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • KEY
      KEY
    • KEY
      KEY
    • KEY
      KEY
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Samsul Arifin
    Samsul Arifin
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • KawaiChoco _003
    KawaiChoco _003
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Ahmad Zuhri
      Ahmad Zuhri
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Maman Lagi
    Maman Lagi
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • steven hadi
      steven hadi
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • steven hadi
      steven hadi
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • KEY
      KEY
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Mahmud Al Mustasyar
    Mahmud Al Mustasyar
  • Jo Neka
    Jo Neka
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • steven hadi
      steven hadi
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • steven hadi
      steven hadi
  • rid kc
    rid kc
    • Riyono ,SKP
      Riyono ,SKP
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
    • Echa Yeni
      Echa Yeni
  • Mahmud Al Mustasyar
    Mahmud Al Mustasyar
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Mahmud Al Mustasyar
    Mahmud Al Mustasyar
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Udin Salemo
      Udin Salemo