Menjahit 'Luka' dengan Ukhuwah Islamiah, atau MLB NU

Menjahit 'Luka' dengan Ukhuwah Islamiah, atau MLB NU

Kiai Imam Jazuli (kaos oblong putih) bersama Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar.--

Seandainya persatuan NU atas nama Ukhuwah Islamiah maupun Wahdah Islamiah terus dijegal, maka pilihan terakhir yang tersisa adalah Musyawarah Luar Biasa Nahdlatul Ulama paling tidak pasca Pilpres.

Jika persaudaraan dan persatuan dihalang-halangi, maka itu sama saja dengan fanatisme (ta’ashshub).   

Hasan Hanafi telah memperingkatkan kita semua, "idza kanat rabithatut ta'asshub qad tatahawwalu ilat ta'asshubil 'irqiyi fa inna rabithatal ukhuwatid diniyati qad tatahawwalu aidhan ilat ta'asshubid diniyyi, wa la farqa bainat ta'asshubil jinsi wat ta'asshubid dini fi anna kilaihima dzamimun," (hlm. 150). 

Jika pengikat fanatisme telah berubah menjadi fanatisme rasial, maka persaudaraan keagamaan juga berganti menjadi fanatisme agama.

Jika itu terjadi, maka fanatisme rasial dan fanatisme agama sama buruknya.

Artinya, persaudaraan (Ukhuwah Islamiah) dan persatuan (Wahdah Islamiah) antara PKB dan PBNU tidak dapat diharapkan kembali, jika Gusdurian(isme) masih ala Muhaimin dan ala Yenny Wahid, maka itu sama saja dengan fanatisme kelompok keagamaan.

Satu-satunya jalan melawan fanatisme kelompok keagamaan semacam ini tiada lain kecuali MLB NU disegerakan.(*)

Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: