Indonesia Butuh Terobosan Cepat untuk Optimalkan Potensi Bioenergi, Untuk Capai Target Net Zero Emission

Indonesia Butuh Terobosan Cepat untuk Optimalkan Potensi Bioenergi, Untuk Capai Target Net Zero Emission

Indonesia Butuh Terobosan Cepat untuk Optimalkan Potensi Bioenergi, Untuk Capai Target Net Zero Emission-tangkapan layar-

Di Indonesia, bahan baku biodiesel berasal dari minyak sawit (CPO). Dari sekitar 50 juta ton produksi CPO per tahun, kebutuhan untuk biodiesel mencapai sekitar 7,5 ton. 

BACA JUGA:BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi

Pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel turut meningkatkan pendapatan petani secara langsung, terutama karena  sekitar 40% perkebunan sawit di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. 

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kebijakan mandatori biodiesel berhasil mereduksi emisi GRK secara signifikan sekaligus memberi manfaat ekonomi yang terus meningkat. 

“Dalam upaya pengurangan emisi GRK, kebijakan mandatori biodiesel, mulai dari B20, B30, hingga B35 tahun ini, menjadikan kontribusi bioenergi sangat besar jika dibandingkan dengan EBT lainnya,” jelas Akhmad.

BACA JUGA:Komitmen MG di Hari Kemerdekaan RI ke-78, Dukung Net Zero Emission 2060 Lewat Mobil Listrik Terbaik

Ia pun berharap, regulasi Pemerintah terbaru yaitu Peraturan Presiden nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik dapat mendorong percepatan transisi energi secara signifikan. 

“Bioenergi dalam pembangkit listrik di tahun 2060 ditargetkan mencapai 60 GW (Target NZE), realitanya hingga tahun 2023 baru sekitar 3 GW. Jadi butuh effort luar biasa,” tuturnya.

Ia juga berharap pemerintah menyusun regulasi yang komprehensif dan terintegrasi mengingat belum adanya peraturan khusus mengenai bioenergi. 

BACA JUGA:PERIKLINDO dan Dyandra Promosindo Hadirkan PEVS 2023, Dorong Dukungan Terhadap Net Zero Emission 2060

“Salah satu PR-nya bagi kita semua adalah bagaimana agar kebijakan fiskal dan non-fiskal bisa saling mendukung dari sisi produsen maupun konsumen dalam pengembangan bioenergi,” tegas Akhmad. 

Selain itu, dibutuhkan insentif pajak, subsidi, dukungan teknis, hingga pemasaran bioenergi. Akhmad kemudian mencontohkan Amerika Serikat dan Brazil yang sudah menerapkan skema tersebut. 

Pengembangan bioenergi secara efisien juga dapat didorong dari penelitian dan pengembangan kerjasama antara universitas, pemerintah, swasta, dan juga akademisi. 

“Saya harap pemerintah juga bisa memberikan insentif bagi pilot project yang berjalan. Selain penghargaan yang lebih manusiawi, insentif itu dapat mendorong keberlanjutan pengembangan bioenergi ke depan,” tuturnya.

BACA JUGA:Dukung Target Net Zero Emission 2060, IIMS 2023 Gencar Edukasi Elektrifikasi Kendaraan Bermotor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads