Denada dan Dewi Gita Lestarikan Drama Tari Jaipongan Bertajuk Nyimas Kawung Anten
Denada dan Dewi Gita-Lestarikan seni budaya tari jaipongan-Galeri Indonesia Kaya
JAKARTA, DISWAY.ID - Dewi Gita dan Denada melestarikan drama tari tradisional Indonesia.
Mengangkat tema Tari sejak pertengahan Februari hingga akhir Maret 2024, Galeri Indonesia Kaya menghadirkan pertunjukan Drama Tari bertajuk Nylmas Kawung Anten.
Pertunjukan Nyimas Kawung Anten menampilkan Jaipongan yang menjadi ciri khas Jawa Barat, yang dimeriahkan oleh Padepokan Jugala Raya, Denada dan juga Dewi Gita.
BACA JUGA:Lirik Lagu K.O.P.L.O Denada, Kembalinya Ratu Rap Indonesia ke Dunia Musik
"Hari ini, Auditorium Galeri Indonesia Kaya diisi dengan penampilan dari Padepokan Jugala Raya yang telah malang melintang di dunia seni pertunjukan selama 48 tahun lamanya,” kata Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya dalam keterangan resmi.
Kelompok yang senantiasa melestarikan keindahan dari Jaipongan ini, berkolaborasi dengan Denada dan juga Dewi Gita.
Ketiganya berhasil memukau para penikmat seni yang hadir serta menambah wawasan para penikmat seni tentang kebudayaan Jawa Barat.
“Semoga pementasan ini dapat menjadi sajian yang bermanfaat, menginspirasi dan juga menghibur bagi para penikmat seni," ujar Renitasari Adrian.
BACA JUGA:Denada Berzumba di Surabaya: Akan Aku Kenang Selamanya
Selama kurang lebih 60 menit, penikmat seni dihibur dengan drama tari yang dikemas dengan gaya Jaipongan tentang kisah Nyimas Kawung Anten.
Nyimas Kawung Anten adalah penggambaran sosok seorang wanita yang dengan keteguhan dan kesetiaan yang tangguh dalam menghadapi dan menyikapi segala macam dinamika hidup dan kehidupan.
BACA JUGA:Bisa Nyanyi dan Main Musik? Paduan Suara Gita Bahana Nusantara 2024 Buka Pendaftaran Audisi
Hal ini bisa terjadi karena diwujudkan dengan penuh perjuangan secara nyata pada kehidupannya dengan penuh keyakinan dan kecintaannya terhadap apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Denada mengungkapkan antusiasnya.
"Penampilan kami sore hari ini merupakan salah satu upaya yang kami lakukan untuk melestatikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni yang hadir di Auditorium Galeri Indonesia Kaya,” jelasnya.
“Saya dan Dewi Gita juga memperoleh banyak ilmu baru dari Padepokan Jugala Raya, tentang ragam koreografi dari tari Jaipongan. Penampilan ini juga spesial karena jika biasanya saya membawakan tarian yang lebih kontemporer, kali ini saya lebih mengangkat nilai tradisi. Kami harap, penampilan kami dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” katanya.
BACA JUGA:Perjuangkan Moderasi Beragama Melalui Musik, Rhoma Irama: Soneta ‘The Voice of Muslim’.
Senada dengan Denada, Dewi Gita mengungkapkan tari Jaipongan merupakan salah satu tari yang sudah saya pelajari sejak kecil.
“Setelah sebelumnya di bulan Desember, saya diberi kesempatan oleh Indonesia Kaya untuk menarikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni di Sukabumi, kali ini, saya kembali diberi kepercayaan untuk kembali menari ke hadapan para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya bersama Denada dan juga Padepokan Jugala Raya yang sudah hampir selama setengah abad senantiasa mengenalkan, mengajarkan dan menampilkan tari Jaipongan,” jelasnya.
“Senang rasanya bisa melestarikan tari Jaipongan dengan ikut menarikannya ke hadapan para penikmat seni yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya. Semoga penampilan kami dapat mewarnai akhir pekan para penikmat seni,” tuturnya.
Padepokan Jugala Raya didirikan pada 1976 oleh Gugum Gumbira (Alm), Maestro Tari Jaipongan dan istrinya Ibu Euis Komariah (Alm), penyanyi Cianjuran.
Sepeninggalan keduanya, putrinya Mira Tejaningrum Gumbira meneruskan upaya pelestarian tari Jaipongan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: