Rupiah Tertekan Imbas Iran Serang Israel, Erick Thohir Minta Jangan Borong Dollar

Rupiah Tertekan Imbas Iran Serang Israel, Erick Thohir Minta Jangan Borong Dollar

Menteri BUMN akan merombak ulang posisi direksi dan komisaris BUMN. Juga menagih dividen. Semua itu dilakukannya dalam RUPST) yang dilakukan 12 emiten BUMN pada 12 Mei 2024. --BUMN

JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri BUMN Erick Thohir meminta BUMN gerak cepat ambil langkah antisipatif menghadapi penguatan Dollar. 

Salah satunya mengoptimalkan pembelian Dollar, bukan memborong. 

Tingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energy.

Situasi perang serangan Iran terhadap Israel saat ini membuat harga energy Global akan sulit turun.

Akibatnya Bank Sentral di seluruh dunia akan merespon dengan menunda kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan.

Akibatnya terjadi capital outflows dari negara berkembang dan membuat kenaikan imbal hasil obligasi, kenaikan suku bunga pasar dana (funding market) dan akhirnya kredit. Saat ini imbal hasil Obligasi Negara sudah di 6,98%.

BACA JUGA:Haji Haryanto Rugi Ratusan Juta Rupiah Usai Unit Bus PO Haryanto Terbakar di Sleman

Erick menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar melakukan pembelian dollar dengan tepatguna, bijaksana dan sesuai prioritas  dalam memenuhi kebutuhannya. 

"Arahan saya kepada BUMN adalah untuk mengoptimalkan pembelian dollar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan, Bukan memborong, intinya adalah jangan sampai berlebihan, kita harus bijaksana dalam menyikapi kenaikan dollar saat ini,” kata Erick. 

Erick menambahkan hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global.

BACA JUGA:Rupiah Melemah Kena Getah Konflik Israel VS Iran, Ini Langkah Agus Gumiwang

Di mana Pemerintah telah memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor yang ingin ditempatkan di dalam negeri, selain itu Pemerintah menginginkan impor konsumtif dapat ditahan dulu dalam situasi saat ini.

"Untuk itu pengendalian belanja dan impor BUMN harus dengan prioritas dan sesuai dengan kebutuhan yang paling mendesak,” ucap Erick. 

Utamanya,  untuk BUMN-BUMN yang memiliki eksposur import dan memiliki hutang dalam denominasi US Dollar, dirinya justru untuk mengingatkan para direksi BUMN agar lebih awas dan tidak membeli dollar secara berlebihan, dan menumpuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: