Warung Madura Dilarang Buka 24 Jam, Sejarah Dimulai dari Perantau Era 90an Hingga Pasca Reformasi
Warung Madura dilarang buka 24 jam-Minimarket kalah saing-FB Warung Madura
BACA JUGA:Polemik Aturan Jam Operasional Warung Madura, Begini Tanggapan KemenKopUKM
Hasil laut mungkin mengutungkan bagi pemilik perahu, tapi tidak bagi buruhnya.
Apalagi di daerah ini ada perusahaan yang berinvestasi ikan teri.
Memang daya tahan orang desa luar biasa, sebagai sampingan mata pencaharian utamanya mereka memelihara kambing, ayam, atau sapi.
Bahkan pulau ini dulu dikenal sebagai sentra sapi lokal, meski sapinya tak sebagus Pulau Sepudi.
Sebelum eksodus terjadi, ada orang pulau poteran ini, sebut saja pak haji yang sudah berhasil membuka warung klontong di Jakarta.
"Sebelum mandiri, pak haji ini "ngernet" (jadi kenek sehelum jadi supir) sama orang Gili Genteng yang lebih awal merantau ke Jakarta. Secara ekonomi tentu orang in jauh dibanding masyarakat umumnya di Pulau Poteran. Apalagi orang ini sudah memiliki rumah permanen walau sederhana yang di lantai bawahnya dijadikan gerai warung kelontong di Jakarta," tulisnya.
Di pulau asalnya orang ini menjadi figur publik yang kemudiam menarik lainnya untuk berbondong-bondong ke Jakarta.
Paska reformasi, utamamya sejak tahun 2004 angka perantau terus meningkat.
Sekedar gambaran, tahun 2014 perantau dari salah satu desa di pulau ini berjumlah 1.400 perantau.
Ini baru 1 desa, pada hal pulau ini memiliki 7 atau 8 Desa. Ini diketahui ketika ada pendataan pemilih pilkades.
BACA JUGA:Diduga Peras Minimarket, Pria Diamankan di Cengkareng
Bayangkan, tahun 2021 berapa jumlah perantau asal pulau poteran ini? Tak ada data pasti, tapi yang jelas sangat banyak.
Keberhasilan perantau pulau poteran ini sangat mudah dilihat.
Jika dulu pulau ini dicitrakan sebagai pulau miskin, saat ini sebaliknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: