Kemenkes RI Minta Publik Waspadai Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 dari Singapura, Ada Pembatasan Perjalanan?
Kasus Covid-19 di Singapura membuat Kemenkes RI minta masyarakat waspada-Adek Berry-AFP
Tak hanya itu, integrasi surveilans influenza dan Covid-19 sudah sesuai dengan rekomendasi global.
“Ini terus kami pantau melalui laporan Bed Occupation Rate (BOR) ruang isolasi dan/atau ICU, baik itu secara harian/mingguan.”
Ada Pembatasan?
Sementara itu, Syahril menegaskan bahwa belum ada urgensi pembatasan perjalanan.
“Menurut informasi yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Singapura, berdasarkan penilaian risiko yang ada saat ini, belum ada urgensi untuk melakukan pembatasan perjalanan dari atau ke Singapura,” tegasnya.
Menurutnya, situasi transmisi Covid-19 masih terkendali sehingga belum memerlukan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat meskipun ada lonjakan kasus.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa status endemi bukan berarti penyakit Covid-19 telah hilang, tetapi berada dalam situasi yang terkendali.
Hal ini berarti tidak menutup kemungkinan munculnya varian atau subvarian baru yang berpotensi menyebabkan lonjakan kasus atau bahkan kematian.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, menggunakan masker bila sakit, serta melengkapi vaksinasi terutama bagi kelompok berisiko.
“Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti rajin mencuci tangan dan melakukan etika batuk/bersin. Jika merasa sakit, untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat, menggunakan masker, dan hindari untuk berkontak dengan banyak orang,” imbuhnya.
BACA JUGA:Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak Naik, Kenali Gejala Varian KP.1 dan KP.2 yang Jadi Pemicunya
Untuk diketahui, varian KP.1 dan KP.2 yang saat ini menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Singapura memiliki tingkat penularan yang rendah.
Tidak ditemukan pula bukti bahwa subvarian JN.1 ini menyebabkan sakit berat.
"Belum ada indikasi, baik di global ataupun di lokal Singapura, bahwa dua subvarian ini menjadi lebih menular ataupun menjadi lebih dapat menyebabkan sakit berat, dibandingkan dengan varian yang lainnya,” kata Syahril.
Berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) oleh ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, varian JN.1 mendominasi kawasan ASEAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: