Penderita Migrain di Indonesia Naik 40%, Sakitnya Bisa Berjam-Jam Hingga Berhari-Hari

Penderita Migrain di Indonesia Naik 40%, Sakitnya Bisa Berjam-Jam Hingga Berhari-Hari

Ini penyebab migrain atau sakit kepala sebelah--healthy

JAKARTA, DISWAY.ID – Sakitnya sakit kepala sebelah atau migrain.

Global Burden of Disease Study mengungkapkan bahwa insidensi penderita migrain meningkat sebesar 40%.

Di mana, pada tahun 1990 terdapat 62,6 juta penderita dan pada 2019 menjadi 87,6 juta insidensi.

Menurut data secara global tersebut, Indonesia menempati urutan keempat negara penyumbang kasus baru terbanyak.


Ketua Tim Kerja Gangguan Otak, Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr. Tiersa Vera Junita M.Epid--Zoom

BACA JUGA:Tersiksa saat Sakit Kepala Sebelah, Ternyata Ini Pemicu Utama Migrain

"Negara India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Indonesia memiliki jumlah kasus baru tertinggi yg menyumbang 43,6 persen insidensi secara global," ungkap Ketua Tim Kerja Gangguan Otak, Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr. Tiersa Vera Junita M.Epid pada Webinar "Bulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala" pada Kamis, 13 Juni 2024.

Tiersa  menjelaskan, migrain merupakan nyeri yang paling sering diderita oleh populasi dan menimbulkan disabilitas yang paling signifikan.

"Di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat, migrain menempati urutan kedua sebagai penyakit penyebab disabilitas baik pada pria maupun wanita," tuturnya.

BACA JUGA:Pemain Abroad Vietnam Cedera Buat Troussier Sakit Kepala, Timnas Indonesia Lebih Diuntungkan

Prevalensi dan Gejala Migrain

Dalam hal ini, kelompok jenis kelamin perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami migrain.

Di mana, tingkat kejadian tertinggi diamati pada kelompok usia 30-39 tahun.

Dalam penjelasannya, migrain merupakan nyeri kepala yang dapat menyebabkan nyeri berdenyut parah pada satu sisi kepala.

BACA JUGA:Trik Pijat untuk Redakan Sakit Kepala, Lakukan dengan Lembut Jangan Kasar Ya!

"Serangan migrain bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari dan terasa nyerinya bisa sangat parah," ungkapnya.

Hal ini lantas bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menurunkan kualitas hidup.

"Migrain yang tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menyebabkan masalah kesehatan mental, dan penggunaan obat yang berlebih, yang membuatnya semakin sulit untuk ditangani,” tandasnya.

Beberapa faktor yang diduga dapat memicu timbulnya serangan migrain yaitu perubahan kadar hormon, makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak, minum beralkohol atau berkafein, paparan asap rokok, kondisi stres, serta faktor fisik seperti kelelahan dan kualitas tidur yang kurang baik.

BACA JUGA:Ini 4 Dampak Buruk Minum Teh saat Perut Kosong, Salah Satunya Sakit Kepala

Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor sulitnya penanganan migarin, salah satunya keadaan under diagnosis.

"Pasien yang datang dengan keluhan migrain tidak diagnosis dengan migrain pada kunjungan yg pertama," ujarnya.

Kemudian, under treatment di mana penatalaksanaan migrain masih belum optimal sehingga nyeri kepala pasien tidak teratasi dengan baik.

BACA JUGA:Tanpa Harus Minum Obat, Ini 5 Bahan Alami yang Diklaim Mampu Redakan Sakit Kepala

Di sisi lain, kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan masih rendah.

"70 persen penderita migrain kronik tidak patuh menjalani pengobatan serta adanya over treatment di mana penggunaan pengobatan berlebihan menyebabkan kondisi medication overuse headache," ungkapnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: