Industri Kesehatan Terdampak Nilai Tukar Rupiah, Biaya Pengobatan Ikut Naik?

Industri Kesehatan Terdampak Nilai Tukar Rupiah, Biaya Pengobatan Ikut Naik?

Ilustrasi alat kesehatan di gudang farmasi.-ist-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah ditengarai turut berdampak bagi industri kesehatan, khususnya untuk farmasi dan alat kesehatan.

Sebab, sebagian besar bahan baku dan produk jadi dalam industri tersebut diperoleh secara impor.

Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Roy Himawan, S.Farm., Apt., M.K.M. mengungkapkan, 90% bahan baku obat bagi perusahaan farmasi dalam negeri masih diperoleh secara impor.

BACA JUGA:Upal Miliaran Rupiah Disita, 3 Tersangka Diringkus

Sedangkan 52% kebutuhan produksi alat kesehatan di dalam negeri juga masih dipenuhi secara impor.

Di sisi lain, perusahaan farmasi dan alat kesehatan di Indonesia, termasuk BUMN, dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri sudah cukup besar.

"Industri farmasi nasional sudah mampu memenuhi 90% kebutuhan pelayanan kesehatan. Industri alkes nasional juga telah bertumbuh dan mampu memenuhi lebih dari 40% standar pelayanan kesehatan di RS."

Kendati demikian, nilai tukar dolar dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh terhadap harga produk kesehatan.

"Kenaikan nilai tukar dolar dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh terhadap harga-harga produk yang masih menggunakan bahan impor dalam produksinya, termasuk obat," tandasnya ketika dihubungi pada Kamis, 20 Juni 2024.

Hal ini lantas memicu kenaikan biaya pelayanan kesehatan.

BACA JUGA:Upaya Kemenkes Cegah Peningkatan DBD di Musim Kemarau, Ini yang Bisa Dilakukan Masyarakat

"Walaupun demikian, masyarakat diprediksi tidak terdampak langsung karena sebagian besar biaya tersebut ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," tuturnya.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sendiri juga terus mendorong penggunaan bahan baku serta produk jadi obat dan alat kesehatan dari dalam negeri.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: