Darmaningtyas Kritik Dihapusnya Jurusan IPA, IPS, Bahasa Bisa Pengaruhi Kesejahteraan Guru, Ini Penjelasannya

Darmaningtyas Kritik Dihapusnya Jurusan IPA, IPS, Bahasa Bisa Pengaruhi Kesejahteraan Guru, Ini Penjelasannya

Darmaningtyas kritik kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPS, Bahasa--Instagram

JAKARTA, DISWAY.ID – Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengkritik kebijakan dihapusnya jurusan IPA, IPS, dan bahasa di level jenjang SMA akan memengaruhi kesejahteraan guru. Mengapa?

Menurutnya, salah satu masalah yang muncul dari sistem peminatan dulu (K13) adalah ada mata pelajaran yang menjadi pilihan favorit murid sehingga guru kelebihan jam mengajar bahan sampai tidak cukup gurunya.

Sebaliknya, ada pula mata pelajaran yang sepi peminat, padahal gurunya tersedia cukup.

BACA JUGA:Latar Belakang dan Karya Darmaningtyas yang Kritik Soal Dihapusnya Jurusan IPA-IPS-Bahasa

Menurutnya, hal ini menjadi permasalahan besar karena menyangkut kesejahteraan guru.

"Ini bukan masalah sepele, terlebih terjadi di hampir semua sekolah, karena ini terkait dengan kesejahteraan guru," tegasnya saat dihubungi Disway.

Nantinya, guru yang minim mengajar akan sulit memperoleh tunjangan profesi karena kewajiban mengajar 24 jam seminggu tidak terpenuhi.

BACA JUGA:Darmaningtyas Sebut Dihapusnya Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa Kebijakan Ngawur: Populis tapi Tidak Cerdas!

Maka dari itu, pada akhirnya kebijakan ini akan membuat sekolah lebih repot.

"Sebagai contoh, ada sekolah yang membagi dengan paket-paket. Paket pelajaran yang kira-kira memang anak-anaknya akan kuliah di jurusan IPA, ada paket untuk menyiapkan mereka yang akan kuliah ke jurusan sosial humaniora. Akhirnya ya bohong-bohongan saja karena hanya ganti istilah, dari jurusan menjadi paket."

Selain itu, sekolah juga akan kesulitan untuk menyiapkan tenaga pengajarnya apabila setiap tahun yang kecenderungan memilih paket pembelajaran berubah-ubah.

BACA JUGA:Kritik Darmaningtyas soal Dihapusnya Jurusan IPA-IPS-Bahasa, Bandingkan Indonesia dengan Negara Maju

"Berbeda misalnya dengan adanya penjurusan, dapat diprediksi secara pasti kebutuhan gurunya, tergantung banyaknya kelas per jurusan yang akan dikembangkan," tutur aktivis asal Yogyakarta tersebut.

Dalam jangka panjangnya, lanjutnya, Indonesia semakin tertinggal dalam bidang ilmu dan teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: