Deflasi 4 Bulan serta Inflasi yang Tidak Membaik, Ekonom INDEF Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi

Deflasi 4 Bulan serta Inflasi yang Tidak Membaik, Ekonom INDEF Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi

Deflasi 4 Bulan serta Inflasi yang Tidak Membaik, Ekonom INDEF Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi-Disway/Bianca Chairunisa-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Sejumlah Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan kekhawatiran mereka akan krisis ekonomi yang sudah mulai terlihat tanda-tandanya di Indonesia

Menurut keterangan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, tanda-tanda krisis ekonomi di Indonesia dapat terlihat pada fenomena penurunan daya beli yang sudah terjadi di Indonesia selama empat bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2024 lalu ini.

BACA JUGA:Deflasi Sebabkan Harga Pangan Turun Drastis, Penjual Ungkap Kekhawatiran Ini

BACA JUGA:Harga Bahan Pangan Pasar Tradisional di Depok Turun Drastis Buntut Kabar Deflasi

"Daya beli melemah ini merupakan signal ekonomi melemah. Kalau daya beli melemah serta deflasi terus menerus ini sebenarnya tanda-tanda krisis akan terjadi," jelas Esther dalam forum diskusi bertajuk 'Melanjutkan Kritisisme Faisal Basri: Memperkuat Masyarakat Sipil, Mengawasi Kekuasaan' yang digelar secara daring pada Minggu 15 September 2024.

Selain itu, Esther juga menambahkan bahwa target inflasi ini Indonesia yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga tidak bisa dibilang baik. 

Hal ini terbukti dari angka target inflasi tahunan yang ditargetkan berjumlah sebesar 2,8 persen, namun tingkat inflasi Indonesia malah berjumlah 3,27 persen pada Agustus 2024.

BACA JUGA:Indonesia Alami Deflasi Empat Bulan Berturut-turut, BPS Beberkan Penyebabnya

BACA JUGA:Indonesia Alami Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

"Tingkat inflasi inti ini tidak membaik. Jadi target inflasi tahunan dalam APBN itu kan 2,8 persen, sementara inflasi riil-nya pada Agustus 2024 3,27 persen. Artinya ini kan gap-nya masih 1 persen lebih, sehingga kita harus lihat kalau ekonomi kita ini sedang tidak baik-baik saja," jelas Esther.

Tidak hanya itu, Esther juga menambahkan bahwa beberapa inflasi ini juga masih berada di atas inflasi pada umumnya, inflasi transportasi misalnya. 

Menurut Esther, inflasi transportasi yang sangat tinggi ini menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, inflasi transportasi yang tinggi juga menjadi penyebab mengapa daya beli masyarakat menurun.

"Tidak heran jika jumlah kelas menengah menurun," kata Esther.

BACA JUGA:Sempat Diisukan Deflasi, Harga Bahan Pangan di Pasar Kebayoran Lama Masih Tidak Stabil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: