Kembangkan SAF, Pertamina Akan Hadirkan Bahan Bakar Pesawat Rendah Emisi

Kembangkan SAF, Pertamina Akan Hadirkan Bahan Bakar Pesawat Rendah Emisi

Dalam rangka mendukung pengembangan bahan bakar pesawat yang rendah emisi, PT Pertamina kini berencana untuk mengembangkan bisnis bahan bakar Sustainable Aviation Fuel (SAF).-Pertamina-

JAKARTA, DISWAY.ID - Dalam rangka mendukung pengembangan bahan bakar pesawat yang rendah emisi, PT Pertamina kini berencana untuk mengembangkan bisnis bahan bakar Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Menurut keterangan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, Atep Salyadi Saputra, rencana pengembangan SAF ini sudah memiliki dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan rencana ini.

“Baik dari sisi teknologi, finansial, ataupun dukungan dari Pemerintah. Pertamina Sudan siap dengan SAF,” ujar Salyadi dalam keterangan tertulis resminya pada Sabtu 21 September 2024.

BACA JUGA:Rundown Pestapora 2024 Hari Ketiga, Dewa 19 hingga Wisnu Santika Jadi Penutup

BACA JUGA:Menkopolhukam Pastikan KKB Tidak Minta Imbalan Saat Bebasan Pilot Susi Air

Melanjutkan, Salyadi menambahkan bahwa PT Pertamina Patra Niaga juga sudah memiliki lisensi yang diperlukan untuk mengembangkan SAF. 

Lisensi-lisensi tersebut terdiri dari lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU).

“Hal ini agar Pertamina dapat menjadi supplier atau penjual SAF.

BACA JUGA:8 Perwira Menengah Ini Ditunjuk Kapolri Bakal Jabat Dirressiber

BACA JUGA:Kala Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens Tiba di Jakarta, Kedubes Selandia Baru Bergegas

Selain itu, upaya lainnya yang dikerahkan Pertamina adalah dengan terus mengupgrade sisi kilang agar dapat terus memproduksi SAF secara maksimal agar dapat menjadi Green refinery.

“Harapannya semua saling menguntungkan,” ujar Salyadi.

Sementara itu menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pengembangan energi SAF ini memiliki potensi yang luar biasa besar. 

Kendati begitu, ia juga menilai bahwa pengembangan SAF ini tidak bisa dilakukan sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: