Waspada Tanda-Tanda Fenomena La Nina dan Dampaknya Bagi Indonesia

Waspada Tanda-Tanda Fenomena La Nina dan Dampaknya Bagi Indonesia

Waspada fenomena La Nina di Indonesia--NOOA

Salah satu contoh La Niña kuat terjadi pada tahun 2010. Curah hujan rata-rata tiga bulanan di Indonesia saat itu umumnya masuk kategori di atas rata-ratanya.

BACA JUGA:BMKG Update Prakiraan Cuaca Hari Ini di Wilayah DKI Jakarta, Selasa 22 Oktober 2024

Beberapa wilayah di Indonesia bahkan mengalami curah hujan tinggi yang ekstrem tinggi (extremely high rainfall), terutama pada periode Maret – April – Mei (MAM) hingga September – Oktober – November (SON) di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan sebagian Kalimantan.

Berkebalikan dengan La Nina, El Nino Pada bulan Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON) menyebabkan penurunan curah hujan di hampir seuruh wilayah Indonesia.

Pada Desember-Januari-Februari (DJF), El Nino umumnya berpengaruh pada menurunnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

BACA JUGA:Gempa Guncang Pacitan, Jawa Timur Pagi Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya

Sedangkan pada Maret-April-Mei pengaruh El Nino pada curah hujan sangat beragam di berbagai wiayah di Indonesia.

El Niño kuat dalam sejarah juga tercatat pernah terjadi pada tahun 1997.

Curah hujan tiga bulanan di Indonesia mengalami pengurangan yang sangat drastis sebagai dampak dari kejadian ini dan umumnya jauh lebih rendah dibandingkan rata-ratanya.

Beberapa wilayah Indonesia terutama di Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua bahkan mengalami curah hujan yang sangat rendah (extremely low rainfall) sepanjang tahun El Niño itu

BACA JUGA:Gempa Guncang Pacitan, Jawa Timur Pagi Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya

Apakah saat La-Nina tidak ada kemarau?

Saat La Nina, sebagian besar wiayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20-40% pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).

Sedangkan pada periode Desember-Januari-Februari (DJF) dan Maret-April-Mei (MAM) sebagian wilayah barat Indonesia mengalami peningkatan curah hujan karena pengaruh angin monsun.

Namun demikian bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali, hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah.

BACA JUGA:Gempa Bali Terjadi Pagi Ini, BMKG Jelaskan Kekuatan dan Penyebabnya

Bencana apa saja yang mungkin terjadi saat kondisi La-Nina/ El-Nino

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads