Persepi Sengaja Lambatkan Pemeriksaan Perbedaan SMRC dan Indikator di Jateng
Persepi-Dok. Persepi-
JAKARTA, DISWAY.ID - Skandal besar mengguncang Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) setelah terungkap sengaja memperlambat pemeriksaan terhadap SMRC dan Indikator Politik Indonesia (IPI) terkait perbedaan hasil Survei Pilgub Jateng.
Sikap ini semakin mempertebal dugaan ketidakobjektifan dan konflik kepentingan dalam tubuh Persepi, menghancurkan kredibilitas lembaga yang seharusnya menjadi penjaga etika survei nasional.
BACA JUGA:Poltracking Kembali Bongkar Fakta Tersembunyi Inkonsistensi PERSEPI
Kontroversi ini mencuat ke permukaan melalui serangkaian pernyataan kontroversial yang disampaikan di Jakarta. Hamdi Muluk, anggota Dewan Etik Persepi, dengan entengnya mengatakan sibuk. Perbedaan tanggapan ini jauh berbeda saat mengambil Tindakan atas perbedaan survei Jakarta antara LSI dan Poltracking.
"Tunggu ketersediaan waktu dewan etik yang juga sibuk-sibuk," kata Hamdi dalam keterangannya, Selasa 19 November 2024.
Jawaban ini membukti pemeriksaan terhadap perbedaan hasil survei Jawa Tengah dari SMRC dan Indikator yang signifikan bukanlah prioritas mendesak.
Persepi, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas survei politik, justru menunjukkan keengganan yang mencurigakan untuk segera memeriksa SMRC dan IPI.
BACA JUGA:Dewan Etik Persepi Sanksi Poltracking Buntut Perbedaan Hasil Survei Pilgub Jakarta 2024
Reaksi lambat Persepi ini semakin memperkuat spekulasi bahwa ada agenda tersembunyi yang ingin dilindungi dalam asosiasi.
Fakta bahwa pemilik SMRC, Saiful Mujani, adalah bagian dari anggota Dewan Etik Persepi semakin memperkeruh situasi. Kondisi ini menciptakan konflik kepentingan yang nyata, di mana Saiful Mujani berpotensi memerankan dua peran sekaligus: sebagai "pemain dan wasit" dalam satu pertandingan, menunjukkan betapa rapuhnya sistem etika dalam Persepi.
Perbedaan hasil survei antara SMRC dan IPI untuk Pilgub Jateng 2024 sangatlah signifikan dan mengkhawatirkan. IPI melaporkan elektabilitas Andika Perkasa sebesar 43,46%, sementara SMRC menyatakan angka 50,4% - perbedaan yang mencapai 9% dan jauh melampaui toleransi, menunjukkan adanya anomali serius yang membutuhkan investigasi mendalam.
BACA JUGA:Terungkap, Saiful Mujani Akui Gaduh Perbedaan Metode Survei Incar Poltracking
Lebih mencurigakan lagi, kedua lembaga survei ini melakukan pengambilan data dalam periode yang hampir bersamaan. SMRC melakukan survei pada 7-12 November, sementara IPI pada 7-13 November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: