Sulitnya Mengatasi Malnutrisi di Daerah 3T, Peneliti Ungkap Penyebabnya

Sulitnya Mengatasi Malnutrisi di Daerah 3T, Peneliti Ungkap Penyebabnya

Peneliti ungkap penyebab pengentasan malnutrisi di wilayah 3T.-Anisha Amalia Zahro-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Angka malnutrisi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) masih cukup tinggi dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama Jawa.

"Kasus malnutrisi kita tinggi di Indonesia dan daerah 3T itu daerah yang paling rentan dengan kasus-kasus malnutrisi," ungkap Expert Community Medicine dan Medical and Scientific Affairs Director Danone SN Indonesia Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH di Jakarta, 26 November 2024.

Dijelaskannya, terdapat dua penyebab teratas, yakni sanitasi dan asupan nutrisi.

BACA JUGA:Kalbe Nutritionals melalui DiabetaCare Luncurkan Kampanye 'Gerakan Sadar Diabetes'

Ia mengungkapkan bahwa fasilitas sanitasi yang belum memadai bisa berujung pada gangguan kurang gizi.

"Begitu juga terkait akses air bersih dan sanitasi tentu saja termasuk dengan tingkat infeksi yang berulang-ulang karena kalau terus menerus ya (berujung) stunting."

Dokter kandungan ahli fetomaternal Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG, Subsp. KFM menambahkan pengalamannya berkunjung ke Papua dan memahami penyebab sulitnya malnutrisi diatasi.

Dalam hal ini, ia menyoroti bagaimana anemia dapat berdampak pada gangguan nutrisi dan perkembangan anak.

"Kalau saya lihat pertama adalah dari asupan, karena di situ daging itu frozen, ayam juga frozen. Mungkin lebih banyak makan seafood dibandingkan ayam atau daging," kata Rima.

Hal ini juga dipengaruhi oleh selera masing-masing orang. Terutama bagi warga yang cukup mampu untuk memilih menu yang diinginkan.

BACA JUGA:Jamin Libur Nataru 2024 Lancar, Jasa Raharja dan Korlantas Polri Cek Tol Hingga Pelabuhan Merak

"Untuk pasien-pasien yang mampu, kadang kalau seleranya tidak suka makan daging itu tidak mau makan meskipun secara pengetahuan mengerti manfaat dari protein hewan," lanjutnya.

Kemudian, ia menyoroti infeksi yang tinggi, seperti kasus malaria yang meningkatkan risiko anemia.

Faktor berikutnya adalah usia ibu ketika hamil yang cenderung masih muda sehingga risiko menderita anemia lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads