Kelas Menengah di Ujung Tanduk: Makan Tabungan atau Terjerat Pinjaman Berbunga?

Kelas Menengah di Ujung Tanduk: Makan Tabungan atau Terjerat Pinjaman Berbunga?

Wakil Menteri Keuangan Thomas Dijiwandono--Katadata Insight Center

JAKARTA, DISWAY.ID - Nasib kelas menengah di Indonesia ternyata saat ini lebih banyak yang memilih makan tabungan. 

Terungkap dalam survei Katadata Insight Center (KIC) tentang Kelas Menengah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi, menjawab pertanyaan penyebab menyusutnya kelas menengah di Indonesia.

Direktur Riset Katadata Insight Center Gundy Cahyadi mengungkapkan, survei KIC menemukan fakta bahwa perilaku finansial kelas menengah sebetulnya cukup positif.

BACA JUGA:Pembelian Gas Elpiji 3 Kg Menjadi Semakin Rumit, Pengamat Soroti Nasib Kelas Menengah

Sebanyak 70 persen responden melakukan perencanaan keuangan.

Satu dari dua responden memisahkan anggaran untuk tagihan dan keperluan harian.

Selain itu, lebih dari 40 persen responden mencatat pengeluarannya.

“Perilaku positif juga tercermin saat kelas menengah mengalami pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Mayoritas responden (76,3 persen) memilih untuk menggunakan tabungan alias makan tabungan untuk bertahan hidup,” kata Gundy di dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2025, di Jakarta, Selasa 18 Februari 2025.

BACA JUGA:Evaluasi 100 Hari Prabowo, Ekonom Soroti Dampak Program Pemerintah ke Kelas Menengah

Ini artinya, kata Gundy, hanya sebagian kecil yang memilih opsi-opsi pinjaman berbunga (masing-masing kurang dari 15 persen).

Perilaku ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang tergolong baik, lantaran mereka cenderung menghindari utang dan lebih mengandalkan cadangan keuangan pribadi untuk bertahan hidup.

“Kelas menengah mengalokasikan 19,3 persen penghasilan untuk tabungan. Sebagian besar berencana menggunakan tabungan ini sebagai dana darurat,” tutur Gundy.

BACA JUGA:Daya Beli Kelas Menengah Menurun, Ekonom Usulkan Kebijakan Pro-Kelas Menengah

Sementara itu, lanjut Gundy, alokasi anggaran untuk tujuan jangka panjang atau perencanaan masa depan relatif masih rendah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads