Mengenal Gejala Penyakit Distonia dan Sindrom Tourette, Bisa Diobati dengan Terapi Deep Brain Stimulation

Mengenal Gejala Penyakit Distonia dan Sindrom Tourette, Bisa Diobati dengan Terapi Deep Brain Stimulation--Lone Star Neuology
Sindrom Tourette merupakan gangguan neurologis kompleks yang ditandai dengan munculnya tics, yaitu gerakan otot yang tidak disadari.
Tics ini dapat berupa kedutan pada wajah, otot sekitar mata dan pipi (motor tics), hingga suara-suara tidak disengaja seperti berdehem atau bahkan teriakan mendadak yang tidak dapat dikontrol (vocal tics). Gejala ini sering kali membuat penderitanya kesulitan dalam berinteraksi sosial dan dapat menimbulkan kecemasan atau depresi.
Sindrom Tourette lebih sering terjadi pada laki-laki dan diduga dipengaruhi oleh faktor genetik serta stres pada ibu hamil. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa sindrom ini bisa diperburuk oleh kondisi lingkungan yang penuh tekanan dan gangguan kecemasan yang mendasarinya.
Diagnosis sindrom Tourette melibatkan wawancara klinis dan pengamatan jangka panjang terhadap gejala pasien. “Kami menilai frekuensi dan tingkat keparahan tics menggunakan skala khusus seperti Yale Global Tic Severity Scale (YGTSS). Jika skornya di atas 35/50, prosedur DBS bisa menjadi opsi yang dipertimbangkan,” kata Dr. Rocksy.
BACA JUGA:Awas! Kedutan Otot Bisa Jadi Tanda Kerusakan Hati Permanen, Begini Penjelasannya
Terapi Pengobatan dan Peran DBS
Untuk menangani distonia dan sindrom Tourette, terapi awal biasanya berupa kombinasi obat-obatan dan terapi fisik. Penggunaan obat ditujukan untuk meredakan nyeri serta mengurangi kontraksi otot yang tidak terkendali, sementara fisioterapi dapat membantu pasien dalam memperbaiki postur tubuh serta meningkatkan kontrol terhadap gerakan mereka.
Dalam kasus sindrom Tourette, terapi psikologis juga sering kali diperlukan karena gangguan ini berkaitan erat dengan faktor kecemasan dan gangguan psikologis lainnya seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Konseling dan terapi perilaku kognitif dapat membantu pasien dalam mengatasi dampak psikologis dari kondisi mereka.
Namun, bagi penderita dengan kondisi berat yang tidak membaik dengan terapi konvensional, DBS menjadi pilihan. Prosedur ini bekerja dengan cara menanamkan elektroda di dalam otak yang memberikan stimulasi listrik ke area yang mengontrol gerakan, sehingga gejala dapat berkurang secara signifikan.
BACA JUGA:Firasat Buruk Eva Manurung Sebelum Virgoun Ditangkap Polisi Karena Narkoba: Tiba-tiba Ingin Nangis!
Syarat dan Prosedur DBS
Menurut Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, dokter spesialis bedah saraf di RS Siloam Lippo Village, prosedur DBS hanya bisa dilakukan pada pasien yang memenuhi beberapa syarat tertentu.
DBS direkomendasikan bagi pasien dengan tingkat keparahan yang tinggi, terutama yang mengalami distonia umum (general) atau sindrom Tourette berat.
Evaluasi sebelum prosedur melibatkan diskusi antara dokter spesialis saraf dan bedah saraf, serta keluarga pasien untuk memastikan apakah prosedur ini merupakan pilihan terbaik. Selain itu, pasien harus menjalani serangkaian pemeriksaan neurologis dan psikologis untuk mengidentifikasi apakah ada kontraindikasi medis sebelum operasi.
BACA JUGA:Sejak Sakit Parah Babe Cabita Sudah 'Berfirasat': Udah Sampai Bilang Sama Istri...
Keunggulan RS Siloam Lippo Village dalam Penanganan DBS
RS Siloam Lippo Village memiliki beberapa keunggulan dalam menangani prosedur DBS, antara lain:
• Pendekatan Multidisiplin: Tim medis multidisplin terdiri dari dokter spesialis bedah saraf, saraf, anestesi, rehabilitasi medik, dan psikolog yang bekerja sama dalam perencanaan dan pelaksanaan prosedur.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: