Sepi! Pedagang Pasar Tanah Abang Menjerit Jelang Lebaran, Begini Kata Gubes IPB

Menjelang Lebaran tahun ini, Pasar Tanah Abang yang dikenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, tampaknya mengalami penurunan jumlah pembeli yang signifikan.-Dok. Bianca Khairunnisa/Disway.id-
JAKARTA, DISWAY.ID - Menjelang Lebaran tahun ini, Pasar Tanah Abang yang dikenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, tampaknya mengalami penurunan jumlah pembeli yang signifikan.
Para pedagang mengeluhkan sepinya transaksi, jauh berbeda dengan suasana ramai pada tahun-tahun sebelumnya.
Menurut para pedagang, kondisi ini cukup mengecewakan, mengingat biasanya Pasar Tanah Abang akan ramai oleh pembeli yang mencari barang-barang kebutuhan Lebaran, mulai dari pakaian hingga aksesoris.
Namun, kenyataannya justru jauh dari harapan.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof. Dedi Budiman Hakim, menjelaskan bahwa fenomena tersebut merupakan dampak dari disrupsi digital yang semakin menguasai pasar.
Menurutnya, semakin banyak konsumen yang beralih ke platform e-commerce atau belanja online, yang dinilai lebih praktis dan efisien.
"Konsumen sekarang lebih memilih berbelanja secara online karena mereka dapat dengan mudah mencari produk yang diinginkan tanpa harus datang langsung ke pasar fisik," ujar Prof. Dedi, Rabu, 26 Maret 2025.
BACA JUGA:Hartadinata Abadi Hadir di Kuningan City, Ada Diskon Pembelian Emas
Prof. Dedi menambahkan bahwa belanja online memberikan kenyamanan lebih bagi konsumen, apalagi dengan adanya berbagai promo dan diskon menarik di platform e-commerce.
Keuntungan lainnya adalah adanya bulan belanja online nasional yang semakin meningkatkan daya tarik konsumen untuk berbelanja secara daring.
Fenomena ini tidak hanya dirasakan di Pasar Tanah Abang, tetapi juga di pusat-pusat perbelanjaan lainnya yang menjual barang-barang seperti elektronik dan telepon seluler.
BACA JUGA:Pecatan Polisi Peras Sopir JakLingko di Stasiun Tanah Abang, Acungkan Pistol Korek Api
"Hal ini menjadi bukti nyata bahwa disrupsi teknologi telah mempengaruhi pola transaksi dan pemasaran. Perubahan pola belanja ini adalah hasil dari efisiensi yang dihasilkan oleh disrupsi teknologi dalam proses produksi dan pemasaran," tambah Prof. Dedi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: