bannerdiswayaward

Krisis Ekonomi Ancam Indonesia, IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan

Krisis Ekonomi Ancam Indonesia, IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan

IMF Sebut Ekonomi Indonesia Akan Sulit Tumbuh-IMF-

JAKARTA, DISWAY.ID – Dampak dari kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) kini semakin mempengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia.

Terkini, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2025.

Penurunan proyeksi ini menambah kekhawatiran, mengingat sebelumnya para ekonom dan pengamat ekonomi telah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada di kisaran 4,2 persen hingga 4,5 persen, bahkan bisa lebih rendah jika kebijakan ekonomi Indonesia tetap tidak responsif terhadap tantangan global.

BACA JUGA:IMF Sebut Ekonomi Indonesia Akan Sulit Tumbuh ke 8 Persen, Ekonom INDEF Ungkap Alasannya

Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, mengatakan bahwa penurunan proyeksi dari IMF justru menguatkan kekhawatiran yang telah lebih dulu disuarakan oleh kalangan ekonom.

Ia menilai bahwa IMF tidak hanya menyoroti tantangan dari luar, namun juga menekankan beban internal Indonesia yang semakin berat akibat kebijakan ekonomi masa lalu.

BACA JUGA:Di Tengah Gejolak Ekonomi Global, IMF Malah Beri Proyeksi Positif Ekonomi Indonesia

“IMF menyiratkan bahwa Indonesia tidak hanya menghadapi tekanan dari luar, tetapi juga membawa beban internal yang berat akibat kebijakan ekonomi yang tidak cukup memadai," ujar Achmad.

Penyebab Penurunan Proyeksi

Menurut IMF, tekanan eksternal seperti ketegangan perdagangan global dan kebijakan tarif baru dari AS, serta perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama, menjadi faktor utama yang menyebabkan turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, yang lebih penting, Achmad menambahkan, adalah penilaian IMF terhadap masalah domestik Indonesia yang sering terlewatkan, seperti stagnasi produktivitas, ketidakmampuan sektor manufaktur untuk bersaing, serta transisi demografis menuju penurunan proporsi penduduk usia produktif.

BACA JUGA:Saat 95 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Menteri Bahlil Pamer Realisasi Investasi Indonesia!

"Investasi besar-besaran dalam infrastruktur yang tidak diimbangi dengan reformasi kelembagaan dan peningkatan produktivitas hanya menciptakan ilusi pertumbuhan jangka pendek," jelas Achmad.

Selain itu, sektor riil Indonesia juga menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah kesulitan dalam mengakses kredit karena tingginya biaya pinjaman. Bank-bank lebih memilih untuk menempatkan dana mereka dalam Surat Berharga Negara (SBN) yang dianggap lebih aman ketimbang menyalurkan kredit ke sektor produktif.

“Ekonomi Indonesia terus menurun secara struktural. Ketergantungan terhadap harga komoditas, lemahnya permintaan domestik, dan lambatnya diversifikasi industri menjadi bukti bahwa narasi optimisme tidak cukup untuk menopang kinerja ekonomi,” papar Achmad.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads