Soeharto Kembali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional Tuai Penolakan, Gus Ipul: Manusia Tempatnya Kesalahan
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul): Setiap usulan berhak untuk dipertimbangkan, termasuk Soeharto yang pernah memimpin bangsa.-dok disway-
JAKARTA, DISWAY.ID - Presiden ke-2 Republik Indonesia (RI) Soeharto dan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kembali diusulkan sebagai pahlawan nasional tahun ini.
“Tahun ini ada beberapa nama yang berpeluang, di antaranya Presiden ke dua Soeharto dan Presiden ke empat Gus Dur,” kata Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di kompleks Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rabu, 23 April 2025.
Pihaknya kini juga telah menerima 20 usulan nama untuk dipertimbangkan sebagai calon pahlawan nasional dari berbagai daerah.
BACA JUGA:Keren! Jakarta Jadi Pasar Terbesar Ketiga Dunia Penikmat Formula E
Kendati demikian, pengusulan Soeharto menuai banyak penolakan mengingat rekam jejaknya sebagai Presiden yang otoriter dan militeristik selama 32 tahun di masa Orde Baru (Orba) menjadi salah satu periode kelam Indonesia.
Menanggapi reaksi di masyarakat, Gus Ipul menyebut setiap usulan berhak untuk dipertimbangkan, termasuk Soeharto yang pernah memimpin bangsa.
“Tentu akan dipertimbangkan. Kebaikan-kebaikannya juga harus jadi pertimbangan. Pak Harto, Gus Dur, atau juga seluruh pahlawan yang diusulkan itu pada dasarnya memiliki kelemahan dan kekurangan. Kenapa? Karena mereka manusia,” ujarnya.
Menurutnya, meski nama-nama tersebut diusulkan untuk mendapatkan gelar pahlawan, tetap tak mengubahnya sebagai manusia yang memiliki kesalahan.
BACA JUGA:NOLAN Luncurkan Koleksi 2025, Punya Banyak Warna Baru yang Stylish Khas Italia
BACA JUGA:Keren! Jakarta Jadi Pasar Terbesar Ketiga Dunia Penikmat Formula E
“Semua pahlawan yang diusulkan manusia. Siapa pun pahlawan itu yang diusulkan itu manusia. Manusia itu tempatnya kesalahan. Jadi nggak ada yang sempurna,” tambahnya.
Sedangkan pemberian gelar pahlawan ini merupakan bentuk apresiasi untuk mengingat jasa-jasa baik mereka.
“Kita mempertahankan nilai-nilai yang baik sambil kita juga mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih baik. Jadi yang baik, yang lama kita mempertahankanlah yang jelek nggak usah diteruskan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
