Anak dan Remaja Skizofrenia dan Bipolar Jalani Terapi Obat Rutin, Seberapa Amankah?
Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K) selaku Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI RSCM.-Hasyim Ashari-
JAKARTA, DISWAY.ID - Skizofrenia dan gangguan bipolar tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gangguan kesehatan jiwa ini juga terjadi pada anak dan remaja.
Para ahli menekankan bahwa terapi obat (farmakoterapi) secara rutin sangat penting untuk menjaga kestabilan kondisi pasien muda.
Namun, pertanyaan yang sering muncul: seberapa aman pengobatan ini bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan dalam jangka panjang?
BACA JUGA:Menkes Budi Sebut Pria yang Pakai Jeans Ukuran 33-34 Cepat Menghadap Allah, Kok Bisa?
Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K) selaku Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI RSCM menjelaskan bahwa pemberian obat pada anak dan remaja penderita Skizofrenia dan Bipolar itu sudah berdasarkan rekomendasi yang mengacu pada pedoman di luar negeri lalu diterapkan di Indonesia.
Sehingga, pemberian obat dalam jangka panjang bisa meminimalisir efek samping pada anak dan remaja penderita Skizofrenia dan Bipolar.
"Jadi kalau kita melihat tentunya pemberian obat semuanya mau anak, remaja, maupun dewasa harus sudah sangat evident based karena berbasis bukti," ujarnya ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, dikutip Kamis 15 Mei 2025.
"Tetapi untuk obat-obat yang kita pakai pada umumnya memang sudah direkomendasikan sebenarnya kita melakukan tata laksana berdasarkan pedoman-pedoman misalnya kita mengacu pedoman di luar negeri lalu kita terapkan di Indonesia," jelasnya.
Meski demikian, Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K) menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan efek samping bisa terjadi pada anak dan remaja. Hanya saja, hal tersebut dalam presentase yang sangat kecil.
BACA JUGA:Link Download Pakta Integritas PPG Guru Tertentu 2025, Jadi Syarat Lapor Diri!
"Pasti semua obat ada efek sampingnya mungkin terjadi misalnya satu jenis efek samping mungkin 1 dari 1.000 anak atau 1 dari 10.000 anak mungkin saja dari sekian banyak pasien saya ada satu itu," tuturnya.
"Jadi kalau memang kita pantau secara berkelanjutan setiap terjadi efek-efek yang kita tidak harapkan kan bisa kita segera hentikan atau kita cegah atau kita bantu untuk menurunkannya atau dihentikan obatnya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
