Trump Salahkan Intelijen Amerika, Ngotot Tuduh Iran Bikin Bom Nuklir
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial dengan menolak temuan komunitas intelijen negaranya sendiri.--Win McNamee / AFP
AMERIKA, DISWAY.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial dengan menolak temuan komunitas intelijen negaranya sendiri.
Dalam komentarnya pada Jumat (20 Juni 2025), Trump bersikeras bahwa Iran sedang membangun senjata nuklir — bertolak belakang dengan laporan resmi dari Direktur Intelijen Nasional (DNI) Amerika Serikat, Tulsi Gabbard.
“Kalau begitu, komunitas intelijen saya salah,” kata Trump ketika ditanya oleh wartawan tentang bukti bahwa Iran tengah merakit bom nuklir, padahal laporan intelijen menyebut sebaliknya dilansir dari Al Jazeera.
Trump secara gamblang menyebut Gabbard — mantan anggota Kongres dan calon presiden dari Partai Demokrat yang kini menjabat sebagai DNI — telah keliru menilai situasi.
Padahal, Gabbard dalam laporannya kepada Kongres pada Maret lalu menegaskan bahwa Iran belum melanjutkan program senjata nuklirnya yang sempat ditangguhkan.
Namun, tekanan dari Gedung Putih tampaknya berpengaruh. Beberapa jam setelah pernyataan Trump, Gabbard melalui media sosial menyatakan bahwa "Amerika memiliki intelijen yang menunjukkan Iran bisa merakit senjata nuklir dalam hitungan minggu hingga bulan, jika mereka memutuskan untuk menyelesaikannya."
Meski demikian, pernyataan tersebut tidak membatalkan laporan resminya sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak ada bukti Iran saat ini sedang melakukan pembangunan aktif senjata nuklir.
Hingga saat ini, tidak ada penilaian intelijen resmi AS yang menyatakan Iran tengah mengaktifkan kembali program senjata nuklir.
BACA JUGA:50 Ribu Ojol Ancam Kepung Istana dan Off Bid Massal 21 Juli 2025, Bawa 5 Tuntutan untuk Prabowo
Langkah Trump menuai kritik tajam dari kalangan analis dan pengamat.
Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, menyebut tindakan Trump sebagai “astounding” (mengejutkan). Ia menekankan bahwa ini bukan hanya pandangan satu orang di lembaga intelijen, melainkan keseluruhan komunitas intelijen AS.
“Bahwa seorang presiden dengan begitu mudahnya menolak semua temuan itu hanya karena tidak cocok dengan narasinya, sungguh luar biasa,” kata Bishara.
Banyak yang menilai sikap Trump ini sebagai upaya membangun justifikasi bila AS hendak terlibat lebih jauh dalam konflik bersenjata antara Israel dan Iran.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: