Pacu Jalur di Mata Sejarawan: Warisan Budaya Riau yang Kini Mendunia

Pacu Jalur di Mata Sejarawan: Warisan Budaya Riau yang Kini Mendunia

Para sejarawan dan budayawan turut angkat bicara mengenai tradisi lomba dayung di Riau yang kini menjadi sorotan dunia-Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID - Para sejarawan dan budayawan turut angkat bicara mengenai tradisi lomba dayung di Riau yang kini menjadi sorotan dunia.

Perlombaan yang dikenal dengan sebutan Pacu Jalur ini, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), tidak hanya dipandang sebagai ajang olahraga semata, melainkan sebuah manifestasi kaya dari sejarah, budaya, dan kearifan lokal masyarakat Riau.

BACA JUGA:Viral PSG dan AC Milan Ikutan Joget Tarian Bocah di Pacu Jalur, Tradisi Riau Mendunia!

BACA JUGA:Perjuangan Tim Kuwait Hadiri Kejuaraan Anggar Asia di Bali: Berpacu dengan Perang Iran-Israel

Menurut Dr. Zulfa Hanum, seorang sejarawan kebudayaan dari Universitas Indonesia (UI), Pacu Jalur memiliki akar sejarah yang sangat dalam, bahkan sebelum masa kemerdekaan Indonesia.

"Pacu Jalur itu bukan sekadar perlombaan, melainkan sebuah ritual sosial yang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Melayu di Riau. Awalnya, jalur (perahu) digunakan sebagai alat transportasi utama di sungai, dan perlombaan ini menjadi ajang untuk menunjukkan kekuatan, solidaritas, dan kegotongroyongan antar-kampung," jelasnya saat dihubungi Disway.id, Minggu 6 Juli 2025.

Dr. Zulfa Hanum menambahkan bahwa tradisi ini juga memiliki fungsi sosial yang penting, seperti menyelesaikan sengketa, menjalin silaturahmi, dan bahkan sebagai bentuk pertahanan.

"Setiap 'jalur' atau perahu panjang yang digunakan bukan hanya sekadar benda mati, tetapi memiliki roh dan filosofi tersendiri. Ada ritual pembuatan, pemberian nama, hingga prosesi sebelum perlombaan yang menunjukkan betapa sakralnya tradisi ini bagi masyarakat Kuansing," tutur Dr. Zulfa.

Makna Budaya Pacu Jalur 

Sorotan internasional terhadap Pacu Jalur, terutama setelah diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, disambut baik oleh para sejarawan. Prof. Dr. Wan Syaifuddin, Guru Besar Antropologi Budaya dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa ini adalah momentum penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.

"Ini adalah pengakuan atas keunikan dan kekayaan budaya Melayu yang selama ini mungkin belum banyak diketahui. Pacu Jalur bukan hanya tentang kecepatan mendayung, tetapi juga tentang seni ukir perahu, irama lagu pengiring, pakaian adat, dan semangat kebersamaan yang sangat kental," ujarnya.

BACA JUGA:Kasatlantas dan Kapolsek di Riau Terjatuh dari Paramotor Saat Patroli Udara Memantau Latihan Pacu Jalur

Prof. Wan Syaifuddin juga menyoroti bagaimana tradisi ini berhasil bertahan dan berevolusi seiring waktu, tanpa kehilangan esensi aslinya.

"Meskipun ada sentuhan modernisasi, nilai-nilai luhur seperti musyawarah untuk mufakat dalam menentukan strategi, kepemimpinan 'tukang tari' (juru kemudi), dan semangat pantang menyerah tetap lestari. Ini adalah contoh bagaimana tradisi dapat beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads